Bab 3: Lucas Membutuhkan Pernikahan

7 0 0
                                    

Jade masih berdiri terpaku di ruangan besar itu, cahaya matahari sore yang menerobos masuk melalui jendela-jendela tinggi memantulkan bayangan halus di lantai marmer. Lucas menatapnya, seolah sedang menunggu sesuatu—jawaban, mungkin sebuah pengakuan. Namun, Jade hanya merasakan detak jantungnya yang makin cepat. Pernikahan? Hanya untuk meredam skandal? Itu terlalu tidak masuk akal, bahkan dalam mimpi liar sekalipun.

"Kau tidak serius, kan?" Suara Jade pecah, sedikit bergetar di ujung kalimatnya.

Lucas mengambil napas dalam, menggeser langkahnya mendekat tanpa terburu-buru, mencoba menenangkan ruang di antara mereka yang terasa seperti jurang tak terlihat. "Jade, aku tahu ini terdengar gila. Aku tahu kau pasti merasa tersesat di sini. Tapi percayalah, aku tak punya banyak pilihan."

Jade menggelengkan kepala pelan, mencoba memahami pria yang berdiri di hadapannya. "Tapi kenapa aku? Dari semua orang, dari semua wanita bangsawan yang mungkin bisa kau pilih... kenapa aku, Lucas?"

Lucas menatapnya dalam, mata birunya yang dingin namun penuh kesungguhan. "Justru karena kau bukan bangsawan. Kau seseorang yang tak terjebak dalam semua permainan kekuasaan itu. Kau nyata, dan itulah yang kubutuhkan."

Ia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya terurai pelan di udara. "Aku terlibat dalam sebuah skandal. Sebuah kesalahan besar yang telah menghancurkan kepercayaan banyak orang. Keluarga kerajaan, dewan, semua orang mengawasi setiap langkahku, berharap aku jatuh lebih dalam. Mereka ingin aku menikahi seorang bangsawan untuk menutupinya, tetapi aku tahu itu hanya akan memperburuk keadaan."

Jade merasakan dunia berputar. Semua ini terasa seperti plot dari sebuah novel yang tak pernah ia minta untuk ikut serta. Ia mencoba menahan rasa panik yang semakin menguasainya. "Tapi kau berbicara tentang pernikahan, Lucas. Ini bukan permainan kecil. Pernikahan adalah sesuatu yang... sesuatu yang penting."

"Tepat sekali." Lucas mendekat lagi, sekarang hanya beberapa langkah dari Jade. "Itu sebabnya aku butuh seseorang yang bisa kupercayai. Seseorang yang bisa mengalihkan perhatian dari segala skandal ini dan membantu memperbaiki citra keluargaku."

Jade menelan ludah, pikirannya berlarian ke segala arah. "Aku tidak bisa, Lucas. Ini terlalu... terlalu banyak. Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya seorang perempuan biasa yang bekerja di kafe kecil. Aku tidak punya apa-apa untuk diberikan kepadamu."

Lucas tersenyum tipis, seolah-olah sudah memperkirakan penolakan itu. "Itu yang mereka pikirkan juga. Bahwa kau bukan siapa-siapa. Tapi kau lebih dari itu, Jade. Kau kuat, kau pintar, dan yang paling penting, kau tidak terlibat dalam semua drama politik yang ada di sini. Aku bisa mempercayaimu."

Jade menatapnya, kebingungan dan ketidakpastian memenuhi hatinya. Semua ini terlalu tiba-tiba, dan ia tidak siap.

"Aku tidak bisa melakukannya," ulangnya, lebih yakin pada dirinya sendiri kali ini. "Aku tidak tahu apa yang kau harapkan dariku, tetapi ini bukan jalan yang bisa aku ambil."

Lucas terdiam sejenak, menatap Jade dengan tatapan penuh penyesalan, namun juga keteguhan. "Aku paham, Jade. Tapi sebelum kau benar-benar menolak, biarkan aku memberitahumu sesuatu yang lain."

Lucas melangkah lebih dekat, namun kali ini suaranya lebih lembut, seolah menyimpan sesuatu yang lebih dalam. "Aku tahu keluarga yang kau cintai sedang dalam masalah. Ayahmu, kesehatannya... aku tahu betapa sulitnya bagi kalian untuk membayar biaya rumah sakit. Aku bisa membantumu. Aku bisa memastikan ayahmu mendapatkan perawatan terbaik. Kau tak perlu khawatir lagi tentang tagihan, tentang uang, tentang apa pun. Aku bisa memastikan keluargamu aman."

Kata-kata itu menghantam Jade seperti badai. Dia mencoba menahan air mata yang tiba-tiba muncul di sudut matanya. Lucas mengetahui segalanya. Tentang ayahnya, tentang perjuangan keluarganya untuk bertahan. Semua masalah yang selama ini ia sembunyikan dari dunia luar, kini terhampar di hadapannya.

"Kau... kau tak bisa melakukan ini," bisik Jade, suaranya nyaris tenggelam. "Ini bukan... ini bukan jalan keluarnya."

"Tidak, mungkin bukan jalan keluar yang kau harapkan," balas Lucas dengan tenang. "Tapi ini adalah kesempatan. Kau bisa menolong keluargamu dan, pada saat yang sama, aku bisa melindungi keluargaku. Aku tidak meminta cinta, Jade. Aku hanya meminta bantuan. Kita bisa membuat kesepakatan ini, dan setelah beberapa tahun, kau bisa pergi dengan bebas. Hidupmu akan kembali seperti semula, tapi dengan keamanan finansial untuk keluargamu."

Jade terdiam. Kata-kata Lucas terasa seperti pedang bermata dua. Ada daya tarik yang kuat dalam tawaran itu, namun juga rasa takut. Apakah dia benar-benar mampu melangkah ke dunia yang bukan miliknya? Apakah hidupnya akan benar-benar sama setelah semua ini?

Lucas kembali menatapnya, kini lebih lembut. "Aku tidak akan memaksamu, Jade. Ini keputusanmu. Tapi jika kau memutuskan untuk menerima tawaran ini, aku akan berdiri di sisimu dan memastikan kau tidak pernah merasa sendiri."

Jade menggigit bibirnya, pikirannya berputar. Tawaran itu nyata—bantuan untuk ayahnya, untuk keluarganya. Namun, dengan harga yang tinggi: pernikahan dengan seorang pangeran, hidup di tengah sorotan dan tekanan.

"Tolong pikirkan ini dengan hati-hati," lanjut Lucas, suaranya lembut tapi mantap. "Aku tahu ini sulit, tapi kadang-kadang, kesempatan datang dari tempat yang paling tak terduga."

Ruangan itu sunyi sejenak, hanya terdengar detak jantung Jade yang berdegup kencang di telinganya. Ia menatap keluar jendela, ke arah taman istana yang luas. Udara terasa berat, seolah menguji setiap pilihan yang ada di depannya.

Akhirnya, dengan suara pelan, hampir tidak terdengar, Jade mengangguk kecil. "Aku butuh waktu... untuk berpikir."

Lucas menatapnya, dan dalam tatapan itu ada rasa syukur dan pengertian. "Tentu saja. Aku akan memberimu waktu, Jade. Tapi ingat, keputusan ini bukan hanya tentangku. Ini juga tentangmu. Dan keluargamu."

Dengan kata-kata itu, Lucas berbalik perlahan, meninggalkan ruangan, meninggalkan Jade sendiri dengan pikirannya yang bergejolak, di tengah dunia yang telah berubah begitu cepat di hadapannya.

The Royal ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang