Bab 25: Lucas Terjebak dalam Skandal Baru

2 1 0
                                    

Langit Istana Lilaine yang biasanya berwarna biru cerah kini dipenuhi awan gelap, seolah mencerminkan badai yang sedang menggantung di kehidupan Lucas dan Jade. Suara bisikan para pelayan dan staf istana terdengar di sepanjang koridor, setiap langkah terasa lebih berat karena skandal baru yang mengguncang fondasi keluarga kerajaan. Di tangan Jade, sebuah koran dengan headline besar terpampang jelas:

"Pangeran Lucas Tertangkap Berduaan dengan Wanita Bangsawan dari Masa Lalunya: Apa yang Disembunyikan Istana?"

Jade menatap tajam pada judul itu, meskipun hatinya terasa semakin hampa dengan setiap kata yang dibaca. Foto-foto yang tersebar memperlihatkan Lucas bersama seorang wanita yang tidak asing—wanita bangsawan bernama Isabelle, sosok dari masa lalu yang telah ia kenal lewat surat-surat yang ditemukan beberapa waktu lalu. Rasa tak percaya menjalari dirinya. Lucas telah menjelaskan tentang masa lalu mereka, tentang cinta yang terputus karena kewajiban. Namun, melihat gambar-gambar itu membuat Jade meragukan semua penjelasan yang pernah diucapkan Lucas.

Pintu kamar terbuka perlahan, dan Lucas masuk dengan wajah yang tegang. Matanya yang biasanya lembut kini dipenuhi kelelahan dan rasa frustrasi. Ia mendekati Jade dengan hati-hati, menyadari ketegangan yang menggantung di udara di antara mereka.

"Jade," kata Lucas pelan, suaranya penuh kejujuran namun terasa terbebani, "Aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Berita itu... semuanya berlebihan. Tidak ada yang terjadi."

Jade menutup koran di tangannya, lalu mengangkat pandangan penuh keraguan. "Lucas, aku ingin mempercayaimu. Aku ingin percaya bahwa semua ini hanya kebohongan media. Tapi ketika aku melihat foto-foto ini... Isabelle lagi? Kau pernah bilang bahwa masa lalu itu sudah selesai."

Lucas duduk di depannya, napasnya berat. "Dan itu memang sudah selesai. Aku bertemu dengannya secara kebetulan dalam sebuah acara resmi—itu bukan rencana. Kami hanya berbicara sebentar, tidak ada yang lebih dari itu. Dia bukan bagian dari hidupku lagi, Jade."

Namun, kata-kata Lucas, meskipun terdengar tulus, tidak mampu menghapus ketidakpastian yang kini mencekam hati Jade. Foto-foto itu menunjukkan lebih dari sekadar percakapan singkat. Isabelle, dengan gaun anggun dan senyumnya yang halus, tampak terlalu dekat. Ada tatapan tertentu dalam foto itu, seolah-olah ada sesuatu yang belum sepenuhnya berlalu.

Jade berdiri, matanya masih memandang Lucas dengan tatapan penuh kebingungan. "Bagaimana aku bisa yakin, Lucas? Bagaimana aku bisa tahu bahwa kau benar-benar sudah meninggalkan masa lalumu? Setiap kali kita mulai membangun sesuatu, masa lalumu kembali menghantui kita."

Lucas mendekat, menggenggam tangan Jade dengan lembut, meskipun Jade terasa dingin dan jauh. "Aku tidak bisa mengubah masa laluku, Jade. Tapi aku bisa menjamin bahwa masa lalu itu tidak relevan lagi. Isabelle... tidak ada apa-apa di antara kami. Hanya percakapan biasa. Media mengambilnya dan membuatnya lebih dari yang seharusnya."

Jade menatap Lucas dengan air mata yang menggenang di matanya. "Aku ingin percaya padamu. Aku benar-benar ingin. Tapi setiap kali aku mencoba, sesuatu selalu muncul untuk membuatku meragukan perasaanmu. Aku takut, Lucas. Aku takut bahwa kau tidak pernah sepenuhnya bersamaku, bahwa sebagian dari hatimu masih terikat pada apa yang pernah terjadi dengan Isabelle."

Lucas terdiam sejenak, merasakan ketidakberdayaan yang dalam. Dia tahu kata-katanya tidak cukup untuk meredakan rasa sakit yang Jade rasakan. Dia menarik napas panjang, berusaha untuk menemukan cara lain untuk meyakinkannya. "Jade, kau adalah orang yang ingin kujalani hidupku sekarang. Bukan Isabelle. Bukan siapa pun dari masa laluku. Aku memilihmu karena aku ingin bersama denganmu."

Tapi Jade menggeleng perlahan, menarik tangannya dari genggaman Lucas. "Aku butuh lebih dari kata-kata, Lucas. Aku butuh keyakinan bahwa kita tidak akan terus dihantui oleh masa lalumu. Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi aku tidak bisa hidup dalam bayangan orang lain lagi."

Lucas menunduk, merasa bahwa tembok yang telah lama ia coba robohkan dengan perlahan mulai kembali berdiri di antara mereka. Dia ingin mendekat, merengkuh Jade dan meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi Lucas tahu, bahwa luka masa lalu itu tidak bisa dihapus hanya dengan kata-kata.

"Kau benar," Lucas berkata akhirnya, suaranya rendah namun penuh rasa bersalah. "Aku belum memberimu rasa aman yang kau butuhkan. Dan aku tahu ini tidak mudah. Tapi aku bersamamu, Jade. Hanya kau yang ada di pikiranku."

Jade menatap Lucas, dan meskipun ada rasa cinta yang dalam di dalam hatinya, ketidakpastian tetap bergelayut. "Aku ingin mempercayaimu, Lucas. Tapi aku butuh waktu."

Lucas mengangguk, mengerti bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diselesaikan dalam semalam. "Aku akan memberimu waktu sebanyak yang kau butuhkan," bisik Lucas, suaranya penuh harapan. "Aku tidak akan pergi ke mana pun."

Malam itu, meskipun Lucas tetap berada di sisi Jade, ada jarak yang sulit dijembatani. Media, dengan kekuatannya yang kejam, telah menanamkan keraguan dalam hati Jade. Dan meskipun Lucas telah berjanji bahwa masa lalunya tidak akan mengganggu mereka lagi, Jade masih merasa terjebak dalam bayangan Isabelle—seseorang yang mungkin tidak pernah sepenuhnya keluar dari kehidupan Lucas.

Di tengah kesunyian istana yang dingin, Jade berdiri di jendela, memandang langit yang gelap tanpa bintang. Hatinya masih berperang antara cinta yang ia rasakan untuk Lucas dan rasa takut bahwa cinta itu tidak sepenuhnya menjadi miliknya. Masa lalu Lucas, meskipun sudah berlalu, masih membayangi masa depan mereka.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, Jade merasa bahwa meskipun Lucas ada di sisinya, dia tidak pernah benar-benar bisa memilikinya sepenuhnya.

The Royal ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang