Langit di atas Istana Lilaine berwarna kelabu, menyelimuti taman-taman luas dengan cahaya lembut yang menipis. Jade duduk di balkon kamarnya, memandangi langit sore yang tenang, namun dadanya penuh dengan perasaan yang berkecamuk. Dalam istana yang indah ini, setiap dinding terasa jauh dan dingin, setiap sudut mencerminkan keterasingannya dari dunia yang ia harapkan bisa ia sebut rumah. Sementara itu, Lucas—pria yang kini menjadi suaminya dalam ikatan kontrak—terasa seperti sosok bayangan, selalu ada di sana, tapi tak pernah benar-benar hadir.
Setiap hari, Jade menyaksikan Lucas terlibat dalam tugas-tugas kerajaan. Pikirannya tampak selalu sibuk, wajahnya tetap tenang namun dingin, seolah dia menyembunyikan sesuatu di balik lapisan-lapisan ketenangan yang dibangunnya begitu rapi. Meski mereka tinggal di bawah atap yang sama, Jade merasa seolah-olah Lucas berada di dunia lain yang tak bisa ia jangkau.
Malam itu, Jade bertekad untuk mengubahnya. Ia tahu bahwa hidup dalam keheningan yang berjarak ini tidak akan pernah membawanya pada pemahaman. Mungkin, jika ia berusaha lebih keras, Lucas akan membukakan pintu kecil dari hatinya.
Ketika Lucas akhirnya masuk ke kamar, wajahnya seperti biasa—terpahat dengan ketenangan dan keseriusan yang telah menjadi ciri khasnya. Dia mengenakan jas hitam yang rapi, lengan kemejanya sedikit digulung, memperlihatkan urat-urat di pergelangan tangannya yang kuat.
“Bagaimana hari ini?” Jade mencoba memulai percakapan, suaranya pelan, namun ada harapan kecil dalam nada bicaranya.
Lucas menoleh sekilas, lalu melepaskan jasnya dan menggantungnya di kursi. “Sibuk,” jawabnya singkat, tanpa terlalu banyak detail. Dia meraih sebuah berkas di meja, membuka dokumen itu dengan cepat, seolah-olah pertemuan mereka hanyalah jeda singkat dalam rutinitasnya.
Jade menahan napas, mencoba menjaga suasana tetap ringan. "Aku melihat persiapan untuk perayaan tahunan di halaman istana. Itu terlihat seperti acara besar."
Lucas menutup dokumen yang dipegangnya, tetapi tidak benar-benar menatap Jade. “Ya, itu acara penting. Banyak tamu kehormatan akan hadir. Semua harus berjalan sempurna.”
Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Jade menatapnya, mencoba membaca sesuatu di balik wajah tenangnya, mencari celah untuk bisa masuk. Ia tahu bahwa Lucas telah terbiasa menjaga jarak, menghindari percakapan yang lebih dalam, tetapi ia tidak ingin menyerah begitu saja.
“Lucas,” suara Jade sedikit gemetar, namun ia memberanikan diri, “Apa kau pernah merasa… lelah dengan semua ini? Dengan tanggung jawab yang kau pikul setiap hari?”
Lucas akhirnya menatapnya. Mata birunya menelusuri wajah Jade sejenak, seolah-olah sedang mempertimbangkan apakah ini pertanyaan yang layak dijawab. “Tanggung jawab itu bagian dari siapa aku,” jawabnya tenang, namun ada sesuatu dalam nadanya yang terdengar lebih manusiawi kali ini, seakan-akan ada celah kecil di balik perisainya.
Jade mengambil kesempatan itu. “Aku bisa melihat betapa sulitnya tugas-tugasmu. Aku hanya… ingin tahu bagaimana perasaanmu. Kau selalu tampak kuat, tapi aku tahu pasti ada beban yang kau rasakan.”
Lucas menutup berkas yang dipegangnya, berjalan menuju jendela. Suaranya nyaris tak terdengar ketika ia menjawab, “Terkadang, aku merasa seperti bayangan diriku sendiri. Semua yang kulakukan di sini adalah demi mereka—demi menjaga citra dan nama keluarga. Tapi jarang ada yang peduli dengan apa yang aku rasakan.”
Kata-kata itu mengambang di udara, dan bagi Jade, itu adalah momen paling jujur yang pernah keluar dari mulut Lucas. Ia merasakan simpati yang dalam mengalir dari hatinya, dan untuk pertama kalinya, ia melihat Lucas tidak hanya sebagai pangeran yang tenang dan dingin, tapi sebagai seorang pria yang terluka oleh beban yang ia pikul terlalu lama.
“Lucas…” Jade melangkah mendekat, jarak di antara mereka semakin mengecil. “Aku di sini, kau tahu. Meskipun pernikahan ini adalah kesepakatan, aku ingin kau tahu bahwa aku benar-benar ada untukmu.”
Lucas menoleh sedikit, tetapi tidak sepenuhnya. Dia menatap langit di luar jendela, seolah mencari jawaban di balik awan kelabu yang menggantung. “Aku tahu, Jade. Tapi ada hal-hal yang tidak bisa aku bagikan dengan siapa pun. Termasuk denganmu.”
Rasa kecewa menggelitik hati Jade, namun ia tahu Lucas tidak bermaksud menyakitinya. Ini hanyalah dinding yang selama ini ia bangun—dinding yang mungkin akan sulit diruntuhkan, bahkan dengan niat terbaik sekalipun.
“Aku mengerti,” jawab Jade pelan, mencoba menyembunyikan perasaan sedihnya. “Tapi jangan pernah merasa kau harus menghadapi semuanya sendiri.”
Lucas akhirnya berbalik, menatap Jade dengan tatapan yang lebih lembut, meski masih ada jarak di baliknya. “Terima kasih, Jade. Aku menghargai apa yang kau coba lakukan. Tapi kita berdua tahu bahwa ini semua hanya sementara. Kau tak perlu terlalu terlibat dalam apa yang terjadi di sini.”
Perkataan itu terasa seperti dorongan halus, seakan-akan Lucas mengingatkannya akan batasan pernikahan mereka. Jade merasa terluka, tapi ia juga tahu bahwa Lucas tidak salah. Pernikahan mereka hanyalah sebuah kesepakatan, dan meskipun ia ingin mengenal Lucas lebih dalam, perasaan itu mungkin hanya bertepuk sebelah tangan.
Lucas kembali ke meja, mengambil berkas yang tadi ia tinggalkan, dan tanpa kata-kata lebih lanjut, ia kembali tenggelam dalam tugas-tugas kerajaannya. Jade memandangnya dari balik punggungnya, merasa bahwa meski ia berada di ruangan yang sama dengan Lucas, mereka tetap hidup di dunia yang berbeda.
Malam itu, Jade duduk sendirian di balkonnya, menatap bintang-bintang yang mulai muncul di langit. Meskipun ada momen singkat di mana Lucas menunjukkan sedikit simpati, ia tahu bahwa itu belum cukup untuk menembus dinding yang ia bangun di sekeliling hatinya. Jade merasakan kesedihan halus merayap di dalam dirinya, kesedihan yang berasal dari keinginan untuk mendekat namun selalu menemukan jarak yang tak bisa ia jembatani.
Dan meskipun ia sudah mencoba, dunia Lucas tetap terasa tak tersentuh olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Proposal
ŞiirJade adalah seorang wanita biasa yang tiba-tiba dilamar oleh Pangeran Lucas dari sebuah kerajaan kecil di Eropa, untuk melindungi takhta dan citra kerajaan. Lucas perlu menikah dengan wanita yang tidak berasal dari keluarga kerajaan untuk meluruskan...