Bab 11: Konflik dengan Eleanor

2 1 0
                                    

Cahaya pagi menyusup melalui jendela-jendela besar Istana Lilaine, melukis lantai marmer dengan kilauan lembut yang seharusnya membawa ketenangan. Namun, di dalam aula utama, udara terasa tegang, hampir seperti bayangan tak kasat mata yang menggantung di atas kepala Jade.

Sejak pernikahannya dengan Lucas, Jade tahu hidup di istana bukanlah sesuatu yang mudah. Tapi yang tak pernah ia duga adalah betapa sulitnya menghadapi Putri Eleanor. Eleanor, kakak perempuan Lucas, yang dengan senyuman tipis dan kata-kata halusnya, terus-menerus menciptakan jarak antara Jade dan istana.

Pagi itu, saat Jade duduk di ruang makan bersama beberapa staf kerajaan, mencoba membiasakan diri dengan rutinitas istana, Eleanor melangkah masuk, seperti bayangan yang selalu ada di saat-saat terburuk. Gaun biru safir yang dikenakannya berkilau dengan anggun, tetapi ekspresi wajahnya tidak menyembunyikan niat tersembunyi.

"Jade," panggilnya dengan nada yang terkesan ramah, tetapi Jade sudah belajar membaca maksud sebenarnya di balik suara itu. "Aku mendengar kau masih kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di sini."

Jade meneguk teh di tangannya, mencoba tetap tenang. "Aku masih belajar, Eleanor. Ada banyak yang harus kupahami."

Eleanor tersenyum, tetapi senyum itu tidak pernah mencapai matanya. "Ah, tentu saja. Aku bisa membayangkan betapa beratnya bagi seseorang yang berasal dari… dunia yang begitu berbeda." Tatapan Eleanor melayang ke para staf yang berada di ruangan itu, seolah-olah ingin memastikan bahwa mereka mendengarnya.

Jade merasakan panas di pipinya. Sindiran itu terlalu jelas untuk diabaikan. "Aku mungkin berasal dari latar belakang yang berbeda, tapi itu bukan berarti aku tak bisa belajar," jawabnya, suaranya lebih tegas daripada yang ia kira.

Eleanor mendekat, seolah berbisik namun suaranya cukup keras untuk didengar semua orang. "Tentu saja, sayang. Tapi kau harus paham, ini bukan sekadar masalah belajar. Istana ini… ia menuntut lebih dari sekadar kemauan. Dan beberapa orang… tak peduli seberapa keras mereka mencoba… tak akan pernah benar-benar menjadi bagian darinya."

Jade merasakan jantungnya berdegup kencang. Sindiran itu terasa seperti belati yang menusuk tepat di hatinya, setiap kata Eleanor menggores harga dirinya, diucapkan dengan anggun tapi penuh penghinaan.

Para staf di sekitarnya tetap diam, namun keheningan mereka berbicara lebih banyak dari kata-kata apa pun. Mereka tidak akan membelanya. Mereka tahu posisi mereka dan siapa yang harus mereka taati. Eleanor, putri mahkota, memegang kendali di sini. Dan Jade? Ia hanyalah seorang pendatang, istri pangeran tanpa status yang jelas.

Jade ingin melawan, tetapi kata-kata seakan tersangkut di tenggorokannya. Bagaimana mungkin ia melawan seseorang seperti Eleanor? Seseorang yang dilahirkan untuk hidup di istana ini, yang setiap gerak dan napasnya mencerminkan kekuasaan?

Saat itu, pintu aula terbuka, dan Lucas masuk dengan langkah cepat. Pandangannya dengan segera tertuju pada Jade dan Eleanor, seolah-olah ia langsung merasakan ketegangan yang memenuhi ruangan. Tanpa menunggu, ia berjalan mendekat, matanya tajam memandang Eleanor.

"Eleanor, ada masalah di sini?" Lucas bertanya, suaranya dingin tapi penuh kendali.

Eleanor menatap Lucas dengan senyum lembut yang biasa ia gunakan ketika berusaha mengesankan orang lain, tapi kali ini, ada sedikit ketidaksenangan di balik senyum itu. "Tentu saja tidak. Kami hanya berbicara sedikit, berbagi pemikiran. Bukankah itu yang biasa dilakukan keluarga?"

Lucas berhenti di samping Jade, pandangannya tidak bergeser dari Eleanor. "Jika pemikiran yang kau maksud adalah merendahkan orang lain, maka itu bukan yang dilakukan keluarga. Kau tahu lebih baik dari itu."

Eleanor terdiam, senyumnya mulai memudar sedikit. “Lucas, kau terlalu sensitif. Aku hanya ingin memastikan Jade tahu betapa besarnya tanggung jawab di sini.”

"Tanggung jawabnya adalah tanggung jawab kita bersama," jawab Lucas tegas, suaranya lebih rendah namun penuh peringatan. "Dan itu termasuk memperlakukan istri pangeran dengan hormat."

Kata-kata Lucas terasa seperti cambuk yang tajam, dan Jade merasakan detak jantungnya sedikit melambat. Untuk pertama kalinya, Lucas berbicara membelanya di depan Eleanor, dan meskipun ia tidak sepenuhnya yakin tentang kedalaman hubungan mereka, saat itu, Jade merasa sedikit lebih kuat.

Wajah Eleanor sedikit memerah, namun ia tetap menjaga ketenangannya. "Tentu, Lucas. Aku hanya ingin membantu. Tapi jika kau merasa itu berlebihan, aku akan berhenti." Ia tersenyum lagi, namun kali ini lebih dingin. "Lagipula, Jade akan segera terbiasa dengan dunia ini, bukan?"

Lucas menatap Eleanor sejenak sebelum menjawab dengan nada tenang namun tegas. “Ya, dan aku yakin Jade akan melakukannya dengan baik. Tanpa perlu diperlakukan seperti orang luar.”

Eleanor tak mengatakan apa-apa lagi. Hanya senyum tipis yang tetap menghiasi bibirnya sebelum ia berbalik dan melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan keheningan di belakangnya.

Setelah Eleanor pergi, Lucas berbalik menghadap Jade. Ada kehangatan singkat dalam tatapannya, meskipun hanya sekejap. “Maafkan dia,” kata Lucas dengan suara yang lebih lembut. “Eleanor terbiasa memiliki kendali di istana ini. Kadang dia lupa bahwa tidak semua orang lahir dengan hak itu.”

Jade mengangguk, masih merasakan ketegangan di dalam dirinya meski Eleanor sudah pergi. "Terima kasih," ucapnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh perasaan yang bergejolak di dadanya.

Lucas memandangnya dalam-dalam sebelum akhirnya menambahkan, “Aku tahu ini tidak mudah. Tapi aku ada di sini. Dan kita akan melewati ini bersama.”

Kata-kata Lucas terasa seperti janji, namun Jade tidak sepenuhnya yakin apakah itu adalah janji yang bisa ia pegang erat. Lucas memang membelanya kali ini, tetapi hubungan mereka tetap diselimuti oleh formalitas dan jarak yang sulit dijembatani. Namun, untuk saat ini, Jade merasa sedikit lebih lega. Setidaknya, ia tidak sendirian menghadapi Eleanor dan ketidakpastian istana.

Malam itu, saat Jade beristirahat di kamarnya yang besar dan sunyi, ia merenungkan kejadian hari ini. Kehidupan di istana mungkin penuh dengan tantangan yang tidak pernah ia bayangkan, namun ia bertekad untuk tidak menyerah. Meski dunianya kini penuh dengan bayangan dan konflik tersembunyi, Jade tahu bahwa ia harus terus bertahan.

Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, ia akan menemukan tempatnya di sini.

The Royal ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang