Bab 4: Tawaran yang Menggoda

3 1 0
                                    

Angin sore membelai lembut rambut Jade saat dia berdiri di tepi jendela kamar kecilnya, menatap langit yang mulai berwarna jingga. Semuanya terasa begitu berlawanan—keindahan alam di luar yang tenang, seolah tak peduli pada badai yang berkecamuk di dalam hatinya. Setiap kali ia memejamkan mata, suara Lucas kembali menggema dalam pikirannya. Kalimatnya seperti benang halus yang terus menarik perhatian Jade, mengikatnya pada pilihan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Aku bisa memastikan keluargamu aman."

Kata-kata itu, meskipun diucapkan dengan tenang, terasa seperti palu yang menghantam kenyataan yang selama ini ia coba abaikan. Keluarganya. Ayahnya yang semakin hari semakin lemah. Tagihan rumah sakit yang menumpuk dan tak terjangkau. Jade menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa cemas yang menyesakkan dada.

Di atas meja kecil di sudut ruangan, ponselnya bergetar pelan. Nama yang tertera di layar seolah membawa Jade kembali ke bumi. Mia, sahabatnya sejak kecil, menelepon.

"Hei, apa kabar?" suara ceria Mia terdengar di ujung telepon, namun Jade tak mampu menyembunyikan kebingungannya.

“Mia…” suara Jade terdengar pelan, nyaris seperti bisikan. “Aku… aku tidak tahu harus mulai dari mana.”

"Ada apa?" tanya Mia, suaranya berubah serius. "Kau terdengar berbeda. Apa sesuatu terjadi?"

Jade terdiam, merasakan keraguan yang menjalar. Bagaimana mungkin ia bisa menjelaskan semua yang baru saja terjadi? Bagaimana ia bisa menjelaskan bahwa seorang pangeran telah datang, menawarkan pernikahan sebagai solusi untuk semua masalahnya?

“Mia, aku... bertemu seseorang. Seseorang yang bisa membantuku. Membantu kita, keluargaku.” Mata Jade berkeliling ruangan, mencari sesuatu yang nyata untuk dipegang, namun hanya menemukan kehampaan.

"Apa maksudmu?" Suara Mia kini terdengar semakin bingung.

Jade menghela napas panjang. “Pangeran Lucas. Dia... Dia menawarkan sebuah pernikahan. Sebagai solusi untuk skandal yang dia hadapi. Dan dia bilang, dia bisa membantu keluargaku. Membantu ayahku.”

Keheningan di ujung telepon terdengar lebih berat dari apa pun. Jade bisa merasakan Mia berusaha memproses kata-katanya. Sesaat kemudian, Mia tertawa, tapi terdengar kaku. "Ini pasti lelucon, kan? Pangeran Lucas? Yang Pangeran Lucas dari kerajaan itu?"

Jade menutup matanya, merasa semakin tenggelam dalam realitas yang sulit diterima. "Aku harap ini lelucon, Mia. Tapi tidak. Ini benar-benar terjadi."

Mia terdiam lagi, lalu suaranya menjadi lebih tenang, lebih lembut. "Jade, kau tahu ini gila, kan? Kau bahkan tidak mengenalnya. Pernikahan? Untuk apa?"

“Dia bilang ini hanya sementara,” Jade menjawab dengan cepat, mencoba meyakinkan dirinya sendiri lebih dari siapa pun. “Kontrak. Kami akan menikah untuk menyelamatkan reputasinya, dan sebagai gantinya, dia akan memastikan ayahku mendapat perawatan terbaik. Setelah semuanya selesai, aku bisa pergi.”

Mia mendengus pelan. “Tapi, Jade… ini pernikahan. Bukan hanya sekadar kesepakatan bisnis.”

“Aku tahu,” bisik Jade, suaranya melemah. “Aku tahu.”

Di ujung sana, Mia terdiam lagi sebelum akhirnya berkata, “Apa kau benar-benar mempertimbangkan ini?”

Jade tidak menjawab. Ia hanya memandang langit yang kini berangsur berubah menjadi warna malam, seolah menunggu jawaban datang dari cakrawala yang jauh. Pikirannya dipenuhi gambaran tentang ayahnya yang terbaring di rumah sakit, wajahnya pucat, dan tubuhnya lemah. Bayangan itu menghantui setiap mimpinya, setiap langkah yang ia ambil dalam hidup. Bagaimana ia bisa mengabaikan kesempatan ini? Bagaimana jika ini adalah satu-satunya cara?

"Dia bilang akan membantuku," Jade akhirnya mengucapkan dengan lirih. “Dan aku… aku tidak tahu apa lagi yang bisa kulakukan.”

Sore berikutnya, Lucas menepati janjinya. Ia datang tanpa banyak basa-basi, masuk ke ruangan dengan ketenangan yang membuat Jade merasa semakin kecil. Setelan jas abu-abunya yang sederhana tetap memancarkan keanggunan, namun kali ini tidak ada senyum di wajahnya. Hanya tatapan penuh harap dan urgensi.

"Jade, aku tidak ingin mendesakmu," katanya, suaranya dalam dan serius, "tapi waktu kita terbatas."

Jade duduk di kursi kayu di depan Lucas, merasa bahwa seluruh dunia kini berada di atas pundaknya. "Lucas, aku tidak tahu bagaimana harus merespons ini. Pernikahan? Ini terlalu besar untuk diputuskan dalam waktu singkat."

"Aku paham." Lucas mendekat, matanya menatap Jade tanpa keraguan. "Tapi aku ingin kau tahu, aku tidak akan memaksa. Namun, kita butuh jawaban. Media sudah mulai mencium jejak skandal ini, dan semakin lama aku menunda, semakin parah situasinya."

Jade mengangguk pelan, merasa kepalanya berat oleh keputusan yang harus ia buat. "Aku hanya takut... aku tidak tahu apakah aku bisa menjalani hidup seperti ini. Di bawah sorotan, menjadi pusat perhatian. Itu bukan aku, Lucas."

Lucas tersenyum kecil, senyuman yang tidak sepenuhnya cerah. "Aku tidak meminta lebih darimu daripada yang kau mampu. Aku akan memastikan bahwa kau tidak harus menjalani apa pun yang membuatmu merasa tak nyaman. Kita akan membuat pernikahan ini sehalus mungkin. Dan yang terpenting, Jade… keluargamu akan baik-baik saja."

Pernyataan itu mengiris hati Jade. "Ayahku..." bisiknya.

Lucas mendekat, menatap Jade dengan penuh empati. "Aku tahu kau melakukannya untuknya. Dan aku akan menepati janji. Ayahmu akan mendapatkan perawatan terbaik. Kau tidak perlu khawatir tentang apa pun."

Jade merasakan air mata menggenang di sudut matanya. Ia mencoba menahannya, tapi beratnya pilihan ini membuat pertahanannya runtuh. "Ini terlalu berat, Lucas."

Lucas meraih tangannya, sentuhannya hangat dan lembut. "Kita bisa menjalani ini bersama. Hanya beberapa tahun. Dan setelah itu, kau bisa kembali ke hidupmu yang tenang. Tapi untuk sekarang... kau punya kesempatan untuk membantu keluargamu. Aku hanya memintamu untuk mempertimbangkannya."

Keheningan jatuh di antara mereka. Angin di luar jendela terdengar pelan, seolah mengiringi keputusan besar yang menggantung di udara. Di dalam hati Jade, ada pertempuran yang sulit untuk dimenangkan. Namun di satu sisi, ia tahu bahwa ini mungkin satu-satunya cara untuk menyelamatkan orang-orang yang paling ia cintai.

Dengan suara yang hampir tak terdengar, Jade akhirnya berkata, “Baiklah, Lucas. Aku akan melakukannya.”

Dan dengan kata-kata itu, hidupnya berubah selamanya.

The Royal ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang