Halo, guys
Selagi menunggu cerita ini update
Kalian bisa baca cerita aku yang lain yaaaaRamaikan juga
“Sialan kau, Ruby” umpat Agnes, menaruh gelas yang minumannya sudah dia habiskan ke meja. Dia begitu kesal, bukan kesal karena Chris yang meminta Ruby menjadi kekasihnya, tapi kesal karena Ruby baru memberitahunya ketika dia sudah menghubungi Chris terlebih dahulu. Agnes begitu malu mengingat foto profilnya yang nyeleneh, dan tentu Agnes sudah menggantinya lagi.
“Aku melakukannya agar kau menggodanya, dan dia tidak lagi mau menjadi kekasihku”
Ruby sedikit mengeraskan suaranya karena suara dentuman musik begitu nyaring, memekakkan telinga. Setelah pengakuannya itu, mereka memutuskan untuk pergi ke bar saja. Besok juga hari Minggu, dan mereka semua tidak ada yang bekerja. Jadi, mereka bisa menghabiskan waktu untuk mabuk-mabukan.
“Harusnya kau bersyukur Chris tertarik padamu” ucap Agnes, menuangkan wine ke gelasnya lagi. “Dia ada membahas tentangku padamu?”
Ruby menggeleng. “Tidak. Aku tidak saling bertukar pesan dengannya”
“Sayang sekali, pusaka incaran Agnes kau abaikan”
“Bangsat, Elsa!” Agnes menatap Elsa kesal, kemudian dia ikut tertawa saat melihat Elsa yang tertawa. Benar juga, Chris pusaka incarannya, tapi laki-laki itu di abaikan oleh Ruby. “Kau bodoh sekali, Ruby”
Ruby mengedikkan bahunya, memilih menyesap minumannya secara perlahan. “Aku tidak mencintainya. Hanya karena aku menghabiskan malam bersamanya bukan berarti aku harus menjadi kekasihnya bukan?”
“Kau sudah mengikuti jejak Agnes, Ruby” decak Elsa.
“Memangnya kenapa dengan jejakku?” tanya Agnes tidak terima. “Justru bagus begitu, kau bisa menikmati bermacam-macam pusaka” Agnes beralih menatap Ruby. “Malam ini kau akan mabuk?”
Ruby tampak berpikir. Apakah tidak apa-apa jika dia banyak minum malam ini? Dia juga sudah lama tidak ke bar lagi, dan dia tidak perlu takut lagi karena pengalaman pertamanya sudah terlewatkan.
“Kau masih ragu? Bukankah sekarang kau sudah bisa bebas mendekati laki-laki yang ada di bar? Kau bisa menikmati malammu” ujar Elsa. “Aku sepertinya akan memilih salah satu laki-laki di sini. Jadi, aku tidak bisa menjagamu. Jika kau tidak ingin di giring ke hotel, pastikan untuk tidak mabuk”
“Kau ingin mendekati laki-laki lain? Bagaimana dengan kekasihmu?” tanya Ruby, menatap Elsa bingung.
“Persetan dengan kekasihku, dia saja tidak pernah ada waktu untukku” Elsa melangkahkan kakinya menjauhi meja yang mereka tempati. Dia mulai bergabung dengan orang-orang yang berjoget. Baru saja bergabung, Elsa sudah bersenang-senang dengan seorang laki-laki yang senantiasa berjoget di belakangnya.
Ruby membiarkan Elsa, dia beralih menatap Agnes yang masih meneguk minumannya. “Kau marah padaku?”
“Tidak, Ruby. Untuk apa aku marah, aku hanya sedikit kesal” Agnes mengangkat tangannya, mendekatkan ibu jari dan telunjuknya, menunjukkan kekesalannya yang hanya sedikit saja. “Lagi pula, Chris tidak ada kurangnya. Kenapa kau enggan menjadi kekasihnya?”
Ruby menghela napas, melipat kedua tangannya di atas meja. “Aku juga tidak tahu. Aku hanya tidak memiliki rasa padanya”
“Nikmati saja hartanya” gurau Agnes.
“Kau kira aku perempuan pengincar harta?!” Walaupun Ruby melakukannya, memoroti Chris sampai dia jatuh miskin, laki-laki itu bahkan mengatakan tidak masalah dengannya. Ruby jadi terpikirkan sesuatu, dia memiliki alasan lain untuk membuat Chris menjauhinya. “Sepertinya aku akan tidur bersama laki-laki di bar ini” ucapnya, mengulum senyum. Ada rencana licik yang tersimpan di benaknya itu.
“Kau yakin? Apa karena sudah bisa melakukannya sepuasmu makanya kau menjadi liar begitu?”
Ruby menggeleng. “Aku tahu cara membuat Chris menjauhiku. Dia tidak mungkin mau menjadi kekasih dari perempuan yang hamil”
Agnes tampak terkejut. “Kau gila?! Kau ingin membuat dirimu hamil hanya untuk menjauhinya?!”
Ruby mengibaskan tangannya di udara, mengenyahkan pemikiran Agnes yang jauh melenceng dari rencananya. “Aku hanya berpura-pura hamil, Agnes. Kau bantu aku, foto aku saat dekat dengan laki-laki di sini”
“Aku tidak mau!” tolak Agnes. “Aku juga ingin mabuk-mabukan dan mencari mangsa”
“Ya sudah, kau cari mangsa sana” suruh Ruby. Mungkin dia harus memotret dirinya sendiri nantinya, tapi akan jauh lebih baik jika di potret orang lain karena jika di potret sendiri akan terlihat sebagai setingan semata.
Agnes menatap Ruby cukup lama, sedikit berpikir. “Aku akan membantumu memotret, tenang saja. Kau cari saja dulu targetmu. Aku akan memotretnya nanti” Agnes melangkahkan kakinya meninggalkan meja yang di tempati Ruby.
“Kau janji, Agnes?!” teriak Ruby, menatap Agnes yang perlahan menjauh.
Agnes mengangguk, dirinya ikut bergabung bersama dengan Elsa, menggoyang-goyangkan badannya mengikuti alunan musik. Ruby memilih menatap sekeliling, mencari orang yang bisa dia dekati. Sebelum mencari target, Ruby harus membuat dirinya mabuk terlebih dahulu. Tentu saja dengan meminum wine melebihi batas toleransi minumnya.
*******
Chris menggenggam erat setir mobilnya, mengendarai dengan kecepatan melebih batas rata-rata. Dia baru saja menerima pesan dari Irfan yang mengabarkan jika temannya itu melihat Ruby sedang berada di bar miliknya. Perempuan itu tidak membalas pesannya sama sekali, dan sekarang dia mengetahui Ruby yang berada di bar.
Chris meninggalkan kegiatan olahraga yang sedang dia lakukan karena harus mengecek langsung keberadaan Ruby di bar. Bahkan laki-laki itu belum menukar bajunya, di masih memakai baju kaus polos pas badan tanpa lengan, mencetak dengan jelas dada bidang nan berototnya. Keringat masih menempel di pakaiannya.
Chris memilih menyibukkan diri dengan berolahraga agar tidak berkeinginan untuk menyewa perempuan karena menghargai hubungannya dengan Ruby. Chris menganggap serius ajakannya kepada Ruby terakhir kali, tapi sepertinya Ruby tidak memiliki pikiran yang sama dengannya.
Chris memarkirkan mobilnya secara asal di depan bar, langkah lebarnya tertuju memasuki bar. Dirinya langsung di sambut oleh suara musik keras, dan bau berbagai macam minuman beralkohol. Chris segera menemui Irfan yang berada di meja bartender. Dia menyuruh temannya itu untuk memantau pergerakan Ruby.
“Di mana dia?” tanya Chris begitu sampai di dekat Irfan.
Irfan menunjuk ke arah di mana Ruby berada, perempuan itu sedang berjoget di tengah-tengah kerumunan. Bukan itu yang membuat Chris mengepalkan tangannya, melainkan hatinya memanas saat melihat ada laki-laki lain yang berada di belakang Ruby.
“Kau ingin minum dulu?” tawar Irfan, menyadari jika Chris tengah di bakar api cemburu. Dia sudah tahu mengenai hubungan Chris dengan Ruby, jadi dia tahu jika Chris sangat marah sekarang.
Chris mengabaikan tawaran Irfan, dan Irfan hanya mengangkat bahunya. Chris melangkahkan kakinya mendekati Ruby yang tertawa sambil berjoget-joget. Chris menahan tangan laki-laki yang hendak memegangi bokong Ruby. “Jangan pernah sentuh kekasihku!” peringatnya, menatap tajam laki-laki itu.
Laki-laki itu menatap Chris aneh, memilih menjauhi Chris. Sementara Ruby, dia menatap ke arah Chris sambil tersenyum. Ruby menunjuk-nunjuk wajah Chris, terlihat jika dia sudah mabuk. “Aku melihat Chris. Agnes, ada Chris di sini” teriak Ruby.
“Ke mana kedua temanmu, Ruby?” tanya Chris, dia tidak menemukan keberadaan Agnes maupun Elsa.
Ruby malah tertawa, memencet-mencet dada bidang milik Chris. “Kau basah kuyup” Ruby melihat tangannya yang terasa basah akibat terkena keringat Chris.
Agnes yang melihat kondisi Ruby, menghampiri temannya itu. Agnes menepuk-nepuk pipi Ruby pelan. “Sadar, bodoh. Di depanmu memang Chris”
Ruby tersenyum khas orang teler. “Ini pusaka incaranmu, Agnes”
Agnes meringis, menatap Ruby yang berbicara melantur, tanpa memikirkan betapa malunya dirinya saat ini. Ruby mengatakan pusaka incaran di depan Chris, orangnya langsung. “Kau ingin aku mati saja, Ruby?”
“Jangan mati” Ruby menggerak-gerakkan telunjuknya, badannya sedikit oleng, dan dia akan terjatuh jika Agnes tidak memeganginya. “Kau belum merasakan pusaka Chris. Dia di sini” Ruby menunjuk ke arah Chris dengan senyumannya yang kali ini menyebalkan di mata Agnes.
Agnes menatap ke arah Chris dengan senyuman yang dia paksakan. “Sepertinya Ruby mabuk. Dia sedikit melantur, tidak biasanya dia mabuk begini” jelasnya, sementara tangannya sibuk menahan tubuh Ruby.
“Kalian belum ingin pulang?” tanya Chris.
“Kau ingin mengantarkan Ruby pulang?” tanya Agnes. Melihat bagaimana Chris menghampiri Ruby dengan bajunya yang seperti itu. Dia yakin jika Chris ke sini bukan untuk minum-minum, melainkan hanya untuk menjemput Ruby.
“Agnes, pusakamu” Ruby masih saja meracau tidak jelas.
“Kau membuatku malu. Jika tahu kau mabuk begini, aku akan melarangmu mabuk” bisik Agnes kepada Ruby. Lalu, Agnes beralih menatap Chris lagi. “Kau saja yang mengantarkannya” Agnes sedikit mendorong Ruby ke arah Chris, yang kemudian di sambut dengan baik oleh laki-laki itu.
Ruby tersenyum, menengadahkan kepalanya untuk melihat wajah Chris. “Kau mirip Chris. Kau mau tidur denganku?” Ruby memencet-mencet pipi kanan Chris.
Kau tidur dengannya sampai puas. Agnes menggerutu sendiri dalam hatinya. “Aku akan kembali ke sana. Kau bawa saja dia. Dia menyebalkan jika mabuk” Agnes menjauhi Chris dan Ruby. Dia percaya Ruby akan aman jika bersama Chris. Walaupun Chris nanti meniduri Ruby lagi, itu salah Ruby yang mabuk, bukan salahnya.
“Kau mabuk berat, Ruby”
Ruby menggeleng, tersenyum kepada Chris. “Kau operasi di mana? Kau begitu mirip Chris”
Chris menatap gemas wajah Ruby yang memerah karena mabuk. Dia tidak marah, tapi malah merasa lucu melihat perempuan di depannya ini. “Aku Chris. Bagaimana? Kau masih ingin mengajakku tidur?”
Ruby mengangguk dengan cepat. “Aku pernah tidur dengan Chris”
Chris tersenyum, satu tangannya dia gunakan untuk memegangi pinggang Ruby agar perempuan itu tidak terjatuh. Sementara satu tangan yang lain bertugas merapikan rambut Ruby yang berantakan. “Kau suka tidur dengannya?”
Ruby tersenyum malu, pipinya makin merona merah, semakin membuat Chris gemas, ingin rasanya dia melahap pipi perempuan itu. “Suka, tapi setelahnya sakit”
“Maafkan aku karena sudah membuatmu sakit”
Ruby menggeleng, tangannya di gerak-gerakkan di depan wajahnya. “Kenapa kau yang minta maaf. Chris yang harus minta maaf”
Chris terkekeh geli. “Iya, Chris harus meminta maaf padamu. Sekarang ikut denganku, kita pulang”
Ruby menggeleng. “Tidak. Aku belum mendapatkan laki-laki yang akan aku tiduri. Aku harus meniduri laki-laki lain agar Chris menjauhiku” Chris mengernyit alisnya, menatap Ruby heran. Ruby mendekatkan wajahnya kepada Chris, berbisik di telinga laki-laki itu. “Ini rahasia saja. Aku memberitahumu karena kau mirip Chris. Aku akan mengaku hamil padanya” Ruby cekikikan.
Chris menatap Ruby dalam. “Jangan lakukan itu. Kau mau Chris mengamuk, hmm?”
Ruby terdiam beberapa saat. “Dia memaksaku menjadi kekasihnya”
“Dia melakukan itu karena ingin memilikimu”
Ruby tertawa cekikikan. Kali ini telunjuknya memencet-mencet bibir Chris. “Aku mau memakan ini” ucapnya. Ruby berjinjit, menggapai bibir Chris.
Chris tidak diam saja, dia menahan tubuh Ruby dengan tangannya yang berada di pinggang perempuan itu. Chris menundukkan kepalanya agar bisa melumat bibir Ruby, tidak peduli jika mereka berada di tengah keramaian. Banyak juga orang yang melakukan ini di sini, jadi tindakan ini akan terlihat biasa saja.
Chris melakukannya dengan lembut, memberikan Ruby rasa nyaman di dalam pagutan bibir mereka. Chris menggigit bibir Ruby, meminta agar perempuan itu membuka mulutnya. Saat mulut Ruby terbuka, Chris langsung memasukkan lidahnya ke dalam mulut Ruby, membelit lidah perempuan itu. Ciuman itu semakin dalam, dan Chris di buat mabuk oleh peraduan bibir mereka.
Chris mendesis, melepaskan tautan bibir mereka saat merasakan tangan Ruby yang berada di selangkangannya. Perempuan itu memegangi bagian dari dirinya yang mulai membengkak di bawah sana. Chris menjadi bergairah hanya karena sebuah ciuman, iya, dia mengakuinya.
“AGNES, PUSAKA CHRIS HIDUP!”
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Boss!! (TAMAT)
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!) WARNING!! (21+) Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Ruby menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk mengajak tidur laki-laki acak yang berada di bar di mana mereka sedang minum...