BAB 26

3.1K 109 6
                                    

100 votes untuk next

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

100 votes untuk next

*****
Mengingat jika itu percintaan terakhir untuk hari ini, Chris melakukannya dengan lebih lama, laki-laki itu tidak berhenti menggempur Ruby, melakukan pelepasan berkali-kali. Chris seperti tidak pernah puas, dan dia sudah kecanduan dengan Ruby. Kegiatan mereka benar-benar berakhir ketika jarum jam menunjukkan pukul 6 sore.

“Kau begitu lama menghabiskan waktumu bersama Ruby” gerutu Davin, laki-laki itu baru bisa menemui Chris saat semua pegawai sudah pulang bekerja. Jam kerja sudah usai sejak satu jam yang lalu, dan Davin harus menunggu Chris untuk menyerahkan beberapa berkas yang harus di tanda tangani oleh laki-laki itu.

Chris tersenyum. “Kau seperti tidak pernah merasakannya saja”

“Aku tidak separah kau. Saat bersama Ruby kau lupa waktu, dan pekerjaanmu tertunda. Otakmu sudah diracuni oleh kegiatan seks. Makin lama kau makin parah, dulunya kau masih mengontrol diri dalam berhubungan seks dengan perempuan. Kau melakukannya hanya sesekali saat benar-benar ingin saja” Davin terus mengomeli Chris, dia merasa Chris terlalu terbawa jauh dengan perasaannya sekarang.

“Kau masih ingin mengomel lagi?” tanya Chris, menatap ke arah Davin yang berdiri di dekatnya. “Aku sampai menyelesaikan tanda tangan berkasnya saat kau mengomel” Chris mengembalikan berkas yang tadi di berikan Davin. Dia sudah menandatangani semuanya ketika Davin sibuk mengomel.

Dengan wajah sungut, Davin mengambil berkas itu. “Aku sudah mengingatkanmu, Chris. Berhenti memikirkan seks..”

“Kau salah” potong Chris, menunjuk Davin. “Aku tidak berhubungan seks dengan Ruby, aku bercinta dengan kekasihku. Jadi, tidak ada yang salah dengan semua itu”

Kata bercinta lebih cocok mengingat mereka melakukannya karena rasa suka, dan mereka saling mencintai. Mereka sama-sama menikmatinya, dan mereka memadu kasih di atas ranjang. Sedangkan berhubungan seks hanya untuk mencapai kepuasan seksual tanpa melibatkan perasaan di dalamnya.

“Kau masih melakukannya dengan pengaman bukan?” tanya Davin. Gerak-gerik dari Chris terlihat aneh, laki-laki itu tampak begitu senang saat mengatakan kata bercinta.

“Aku kehabisan..”

“Harusnya kau memintanya padaku, Chris!”

Chris melirik ke arah pintu yang terhubung dengan ruangan kamar, kemudian kembali menatap Davin. “Pelankan suaramu, Ruby masih ada di kamar”

Davin menahan dirinya, dia sempat kelepasan dan berbicara dengan nada tinggi. “Kau tahu aku selalu menyiapkan kondom untuk kau pakai saat kau butuh, Chris. Kenapa kau melakukannya tanpa memakai kondom? Kau ingin dia hamil?” nada suara Davin sangat pelan, dia juga tidak ingin pembicaraan mereka di dengar oleh Ruby.

Chris tampak berpikir. Baginya, tidak masalah jika Ruby hamil, mereka bisa merawat anak mereka bersama-sama. Chris tidak takut jika Ruby hamil karena kegiatan mereka tadi, bahkan untuk ke depannya dia tidak berniat memakai kondom lagi. “Biar itu menjadi urusanku dengan Ruby”

Oh, My Boss!! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang