Perputaran waktu tak terasa, sebulan berlalu dengan begitu cepat. Ruby terus menjalani harinya dengan penuh semangat. Perempuan itu mencoba untuk meningkatkan suasana hatinya ketika bekerja, dan mengabaikan orang-orang yang tidak suka padanya.
Semenjak Vino yang Ruby tampar untuk kedua kalinya, laki-laki itu tidak lagi berani mengganggu Ruby. Vino hanya berkomunikasi dengan Ruby saat membahas pekerjaan saja. Vino lebih sering berbincang dengan Melly, dan perempuan itu tampak begitu ceria dengan kehadiran Vino. Baguslah, dengan begitu Ruby bisa bekerja tanpa gangguan.
Ruby melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Saat melihat jam itu, Ruby tersenyum karena itu hadiah dari Chris. Laki-laki itu memberikan hadiah yang katanya kecil, tapi kata Agnes dan Elsa jam tangan yang Chris berikan harganya cukup mahal. Ruby sempat ingin mengembalikannya kepada Chris karena merasa tidak enak menerima hadiah, padahal dia sedang tidak berulang tahun. Tapi, Chris terus memaksa Ruby untuk tetap memakainya, dan Ruby menuruti permintaan Chris.
"Aku punya sesuatu untukmu." Chris mengulum senyumnya sembari menyembunyikan tangannya di belakang tubuh.
Ruby yang tengah duduk di sofa ruang tamu menatap Chris heran. Pasalnya, laki-laki itu tadi izin ke kamar sebentar untuk mengambil ponselnya. "Apa?" tanyanya, mengangkat alisnya sebelah.
Chris masih mengulum senyum, membawa tubuhnya untuk duduk di sebelah Ruby. Laki-laki itu membawa tangannya ke depan, memperlihatkan sebuah kotak kepada Ruby. "Ini hadiah untukmu." Chris menyerahkan kotak itu kepada Ruby. "Ambillah." Chris menggerakkan tangannya saat Ruby tak kunjung mengambil kotak itu.
Dengan sedikit ragu, Ruby mengambil kotak yang katanya hadiah untuknya. "Aku sedang tidak berulang tahun, Chris. Hadiah untuk apa ini?" Ruby membuka kotak itu, melihat sebuah jam tangan di sana.
"Aku tahu kau sedang tidak berulang tahun." Chris mengambil jam tangan itu, melingkarkannya di pergelangan tangan Ruby. "Cantik sekali saat jam ini berada di tanganmu. Kalian berdua terlihat cocok. Pilihanku sangat tepat," ucapnya sembari tersenyum.
Senyuman itu ikut menular kepada Ruby. "Aku tidak enak menerima hadiah darimu, Chris."
Chris menggelengkan kepalanya. "Aku memberikan ini untuk kekasihku. Lagi pula, ini harganya tidak seberapa, Ruby. Uangku tidak akan habis hanya karena membelikanmu jam tangan."
Mungkin, nanti Ruby juga harus membelikan Chris sesuatu. Ruby akan menabung sebagian dari gajinya untuk membelikan Chris hadiah juga sebagai balasan dari hadiah yang Chris berikan padanya. Ya, Ruby tahu dia tidak akan bisa membelikan hadiah dengan harga yang sama, tapi setidaknya dia bisa memberikan ketulusan hatinya saat menyiapkan hadiah itu.
Ruby segera mencetak surat jalan yang sudah dia siapkan ketika baru sampai di gudang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, dan sebentar lagi Ruby harus memantau muatan barang yang akan dikirim. Ruby mengambil surat jalan yang sudah dia cetak, membawanya ke tempat pemotongan kertas, dan memotongnya sesuai ukurannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Boss!! (Tamat)
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!) WARNING!! (21+) Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Ruby menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk mengajak tidur laki-laki acak yang berada di bar di mana mereka sedang minum...