Guratan senyum kebahagiaan itu tidak pernah lepas dari bibir dua orang yang tengah menyambut kehadiran buah cinta mereka. Sedari tadi, Chris sibuk mengusap-usap perut Ruby yang masih rata. Setelah melakukan pemeriksaan kehamilan, Chris membawa Ruby ke ruangannya, laki-laki itu belum memperbolehkan Ruby untuk kembali bekerja di gudang.
“Benihku sedang bertumbuh di sini, Ruby,” ucap Chris. Laki-laki itu menyejajarkan kepalanya dengan perut Ruby, melihat benihnya yang tumbuh di sana. “Bagaimana bisa? Astaga, aku tidak menyangka, Ruby.”
Ruby terkekeh geli. Chris terus saja meracau, mengatakan masih tidak menyangka jika benihnya sudah tumbuh. “Tentu saja bisa, Chris. Kita melakukannya secara terus menerus, dan tanpa memakai pengaman sama sekali.”
Chris mengangguk, masih tetap di posisinya, belum berniat mengalihkan pandangannya dari perut Ruby. “Aku sangat takut menyentuhmu jika begini, Ruby. Apa aku harus berpuasa dulu?”
Ruby tersenyum, tangannya tergerak mengusap rambut Chris. “Kau bisa memangnya berpuasa?”
Chris mengangkat kepalanya, menatap Ruby dengan wajah tampak sedang berpikir. “Aku akan mencobanya. Aku pasti bisa, aku tidak mau anak kita kenapa-kenapa karena ulahku.”
“Ya sudah, kalau memang kau bisa.”
Chris menarik kepalanya ke atas, menyejajarkan kepalanya dengan kepala Ruby, tapi tangannya masih terus ada di perut Ruby. “Kau ingin kita periksa kandunganmu ke dokter?”
Ruby menggeleng. “Nanti saja, Chris. Kata Dokter Ines aku baik-baik saja, hanya kelelahan. Aku yakin anak kita juga baik-baik saja.”
“Kau tidak perlu bekerja lagi, Ruby. Aku tidak mau kau kelelahan dan pingsan seperti tadi lagi. Tadi wajahmu sangat pucat.” Chris membelai wajah Ruby. Pipi perempuan itu sudah kembali berseri, tidak sepucat saat dia melihat Ruby terbaring di ranjang klinik tadi. “Kau beristirahat saja.”
Tangan Ruby menimpali tangan Chris yang ada di pipinya. Perempuan itu tersenyum begitu hangat. “Aku akan tetap bekerja, Chris. Aku masih menjadi pegawai di sini, dan aku harus melakukan tugasku. Keadaanku sudah jauh lebih baik saat ini. Aku sudah tidak pusing lagi,” ucapnya, penuh pengertian.
Kehamilannya tidak akan menghalangi pekerjaannya, Ruby masih bisa bekerja seperti biasa karena pekerjaan yang dia lakukan tidak berat. Ruby hanya perlu menghindari berdiri lama-lama, dan menjaga agar dirinya tidak kelelahan.
“Bagaimana jika kau pingsan lagi?”
Ruby terkekeh geli melihat Chris yang begitu khawatir padahal segala pemikiran buruk di kepala laki-laki itu belum tentu terjadi. “Aku akan lebih berhati-hati nantinya. Jika aku pingsan, ada pegawai lain yang akan membantuku, tapi aku yakin bahwa aku tidak akan pingsan lagi.”
Chris membenarkan posisi duduknya menjadi tegap. “Aku belum bisa membiarkanmu bekerja, Ruby. Kali ini dengarkan aku, kau beristirahat saja dahulu di ruanganku. Masalah pekerjaan biar nanti kita bahas lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Boss!! (Tamat)
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!) WARNING!! (21+) Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Ruby menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk mengajak tidur laki-laki acak yang berada di bar di mana mereka sedang minum...