Walaupun tantangan yang dia lakukan gagal total, Agnes tetap berbaik hati membantu Ruby untuk bisa mendapatkan pekerjaan di MFood, di mana Paman Agnes bekerja. Jika masuk lewat jalur orang dalam memang selalu cepat, beberapa hari setelah Agnes meminta tolong pamannya, Ruby langsung di kabarkan bisa masuk bekerja.
Tidak sia-sia pengorbanan Ruby di bar waktu itu, walaupun tubuhnya harus gemetar hebat, walaupun harus merelakan bibirnya di jamah oleh Chris. Hasilnya cukup memuaskan, mulai hari ini dirinya bukan lagi pengangguran, dia memiliki pekerjaan. Dengan begitu, Ruby tidak akan menjadi beban lagi bagi Agnes dan Elsa yang sudah lama menampung Ruby, membiayai segala kebutuhan Ruby.
Ruby melangkahkan kakinya memasuki area kantor MFood, menatap gedung tinggi yang menjulang itu. Matanya berbinar, tidak menyangka akan bekerja di MFood, perusahaan makanan yang terkenal di pasaran, semua produknya mengisi supermarket-supermarket besar. Bahkan, di televisi, MFood menjadi pusat perbincangan, banyak produk keluaran mereka yang di promosikan oleh artis-artis ternama.
Ruby tidak terlalu mencari tahu mengenai MFood, hanya membaca sekilas di internet sebagai bahan baginya selama bekerja di sini. Mulai hari ini, dia karyawan MFood, jadi dia harus tahu mengenai perusahaan tempatnya bekerja. Walaupun hanya sebagai pekerja di gudang, tetap saja Ruby bagian dari MFood.
Ruby kembali melanjutkan langkah kakinya, dia tidak memasuki gedung utama MFood, melainkan menuju ke arah belakang gedung tinggi itu. Gudang di mana dirinya akan bekerja berada di bagian belakang, sesuai dengan apa yang di beritahu oleh Agnes tadi pagi.
Ruby berhenti sejenak, menatap ke arah pintu gudang, di depannya ada beberapa mobil besar yang terparkir. Ada sekitar 5 orang yang memakai baju seragam berwarna biru terang tengah mengangkat kardus berisi makanan-makanan yang akan mereka kirimkan ke supermarket. Sistem di sini, MFood akan memasok produk makanan mereknya secara rutin ke supermarket yang sudah bekerja sama.
Seperti informasi dari Agnes, tugas Ruby di bagian gudang hanya mengontrol stok barang yang datang dari pabrik pembuatan, sekaligus mengecek setiap barang yang keluar. Pekerjaannya tidak terlalu berat, tapi akan sering lembur mengingat ada pengiriman barang yang dilakukan pada malam hari. Bagi Ruby, itu tidak masalah asalkan dia bisa bekerja.
Ruby semakin berjalan mendekati gudang, dan ketika mencapai pintu gudang, langkahnya di cegat oleh seorang laki-laki yang sedari tadi memantau barang yang di masukkan ke dalam mobil oleh pekerja. “Kau tidak di izinkan masuk jika bukan bagian dari pegawai di sini” ucap laki-laki itu, memperhatikan Ruby yang tidak memakai baju pegawai gudang, serta wajahnya yang baru dia lihat.
Ruby menatap ke arah baju laki-laki itu, tepatnya di bagian dada laki-laki itu, tertulis nama Daffa. “Aku ingin bertemu dengan Pak Burhan, dia kepala gudang di sini”
Memang, Agnes mengatakan untuk menemui pamannya saja di gudang MFood, beliau yang akan menjelaskan nantinya lebih jelas mengenai pekerjaan dan posisi apa yang akan Ruby tempati di sana.
Daffa memperhatikan penampilan Ruby, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah salah satu pegawai yang mengatakan jika semua barang sudah di masukkan ke dalam mobil. “Sudah semua?” tanyanya.
Pegawai itu menganggukkan kepalanya. “Sudah, Pak”
Daffa melangkahkan kakinya mendekati belakang mobil, memeriksa isi mobil dari luar. Setelah di rasa sesuai, Daffa menandatangani berkas di tangannya, berkas yang berisi barang yang keluar dan paraf orang yang melakukan pengecekan, yaitu dirinya sendiri. “Kau sudah boleh jalan”
“Aku belum menerima surat jalannya, Pak” ucap pegawai itu.
Daffa mengalihkan pandangannya ke dalam gudang, mencari keberadaan seseorang. Saat menemukan keberadaan orang itu, Daffa menatap Ruby sejenak. “Ikut denganku” ajaknya.
Ruby mengangguk, mengikuti langkah kaki Daffa yang semakin masuk ke dalam gudang. Terus melangkah ke bagian paling belakang, dan di sana terdapat beberapa meja dengan komputer di depannya. Ada seorang perempuan yang duduk di kursi itu, dengan pandangan fokus ke layar komputer.
“Kau belum memberikan surat jalannya kepada Pak Naryo?” tanya Daffa, menepuk bahu Melly.
Melly yang tadi fokus ke komputer di buat kaget oleh Daffa. “Kau mengagetkanku”
Daffa terkekeh. “Surat jalannya, Melly. Kau lupa lagi”
“Ah, iya, sudah aku siapkan” Melly bangkit dari duduknya, membawa surat jalan yang sedari tadi sudah dia siapkan menuju ke tempat Pak Naryo, pegawai yang tadi menanyakan surat jalan.
Daffa geleng-geleng kepala sendiri melihat Melly yang selalu lupa memberikan surat jalan kepada pegawai yang bertugas mengantarkan barang. Kemudian, Daffa mengalihkan pandangannya kepada Ruby yang menunggu sedari tadi. “Kau ingin bertemu Pak Burhan?”
Ruby sedikit terkesiap karena dirinya mengedarkan pandangan untuk melihat-lihat isi gudang yang dipenuhi dengan produk-produk MFood yang sudah rapi di dalam dus kemasannya. Ruby menganggukkan kepalanya kepada Daffa. “Iya, aku pegawai baru di sini”
“Oh, ternyata kau pegawai baru itu” seru Daffa seakan sudah tahu kabar tentang adanya pegawai baru. “Ikut denganku. Ruangan Pak Burhan ada di gedung utama”
Ruby kembali mengikuti langkah kaki Daffa yang melangkah keluar gudang melalui pintu bagian belakang gudang, pintu yang menghubungkan gudang dengan gedung utama. Saat pintu itu mereka lewati, ada lorong sepanjang 500 meter, dan di ujung lorong itu ada sebuah pintu lagi, lebih tepatnya lift.
Daffa masuk ke dalam lift dengan Ruby yang mengekor di belakangnya, laki-laki itu menekan tombol menuju lantai 2 dari gedung utama. “Kita bisa ke gedung utama dengan melewati lift ini, dan ruangan Pak Burhan ada di lantai 2. Lebih tepatnya ruangan untuk pegawai gudang di sana, tapi karena kita lebih sering bertugas di gudang. Jadi, tidak pernah di gedung utama, dan memilih duduk di meja yang tadi. Kita lebih sering bekerja di sana” jelas Daffa.
Ruby mengangguk mengerti. “Kau bekerja sebagai apa?”
Daffa menatap Ruby. “Sebagai pemandu?” Daffa mengangkat alisnya sebelah, mengulum senyumnya, bermaksud menggoda Ruby.
“Pemandu?” ulang Ruby, mengernyitkan dahinya bingung. Apakah ada pemandu di gudang?
Daffa tertawa kecil. “Bukan. Aku hanya bercanda. Aku bawahannya Pak Burhan, dan aku bertugas mengontrol barang masuk dan barang keluar. Masih banyak lagi tugasku, tapi akan memakan waktu jika aku jelaskan semuanya”
Ruby mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda mengerti.
“Oh, iya, kita belum berkenalan” Daffa mengulurkan tangannya kepada Ruby. “Aku Daffa”
Ruby menyambut uluran tangan Daffa, tersenyum kepada laki-laki itu. “Aku Ruby”
Daffa mengangguk, kemudian menatap Ruby lekat, tersenyum kepada perempuan itu. “Nama yang cantik, seperti orangnya”
Ruby sedikit salah tingkah di tatap serta di puji oleh Daffa. Laki-laki di depannya itu berkulit sawo matang, dengan hidung tidak mancung, tidak juga pesek, sedang, alisnya juga tebal, dan cukup tampan di mata Ruby. “Terima kasih”
Daffa mengangguk, bertepatan dengan itu, pintu lift terbuka. Daffa melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Pak Burhan yang berada di sisi kanan setelah keluar dari lift. Mereka melewati lorong lagi, hanya sebentar, dan Daffa berhenti tepat di depan ruangan. Daffa membuka pintu yang menutupi ruangan itu.
“Ini ruangan untuk pegawai gudang, tapi seperti yang aku katakan, kita jarang berada di sini. Seharian penuh di gudang, dan di sini hanya menaruh barang-barang pribadi saja” jelas Daffa.
Ruby memperhatikan isi ruangan yang terdapat beberapa meja di susun sedemikian rupa, tapi tidak ada penghuninya, hanya ada tas dari para pegawai saja. Ruby terus mengikuti langkah kaki Daffa yang menuju ke satu ruangan terpisah di dalam ruangan itu. Sebelum masuk, Daffa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“Iya, masuk”
Setelah mendengar sahutan dari dalam, baru Daffa menarik gagang pintu, berdiri di depan pintu. Di dalam ruangan ada Pak Burhan yang tengah menatap dokumen di tangannya.
Pak Burhan mengalihkan pandangannya ke arah Daffa. “Ada apa, Daffa? Ada kendala di gudang?”
Daffa menggeleng. “Tidak, Pak. Ada yang ingin bertemu dengan Anda” Daffa sedikit menggeser tubuhnya, memberikan Ruby akses untuk masuk ke dalam ruangan Pak Burhan.
Pak Burhan mengernyitkan dahinya, menatap Ruby bingung.
Ruby yang mengerti arti tatapan itu, langsung memperkenalkan diri. “Saya Ruby Sabrina, teman Agnes, Pak”
Pak Burhan memang belum kenal dengan Ruby, mereka belum pernah bertemu sama sekali. Meskipun Ruby sangat dekat dengan Agnes, dia tidak pernah kenal dengan keluarga Agnes, hanya kenal dengan orang tuanya saja, itu pun baru bertemu sekali saat orang tua Agnes datang ke apartemen.
Pak Burhan langsung ingat. “Oh, iya, masuk. Kau juga Daffa”
Daffa dan Ruby berjalan mendekati meja kerja Pak Burhan, berdiri di depan meja, menatap ke arah laki-laki itu.
Pak Burhan menaruh berkas di tangannya di atas meja, berikut dengan kaca mata bacanya. Laki-laki itu tampak sudah berumur dengan beberapa uban yang menghiasi rambutnya. “Kau langsung bekerja saja, Ruby. Kau bisa meminta bantuan Daffa jika kesulitan di gudang. Saya tidak bisa menjelaskannya padamu, kau belajar perlahan saja dari Daffa, dia yang akan menjadi rekan kerjamu”
Ruby menganggukkan kepalanya. “Baik, Pak” ucapnya, melirik ke arah Daffa. Ternyata, dia akan bekerja seperti yang Daffa lakukan tadi. Pantas saja selagi mereka menuju ruangan Pak Burhan, Daffa sedikit menjelaskan padanya secara sepintas.
Pak Burhan beralih menatap Daffa. “Tolong ajari Ruby, Daffa. Dia yang akan membantumu nanti”
“Baik, Pak. Saya akan mengajarkan Ruby dengan baik” Daffa melirik ke arah Ruby, tersenyum kepada perempuan itu.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Boss!! (Tamat)
Romansa(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!) WARNING!! (21+) Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Ruby menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk mengajak tidur laki-laki acak yang berada di bar di mana mereka sedang minum...