Ruby mengerjapkan matanya berulang kali, menormalkan cahaya yang masuk ke pelupuk matanya. Ruby meringis kala dirinya merasakan perih di bagian selangkangannya. Tangan Ruby bergerak memeriksa bagian bawahnya, dan di sana terasa begitu perih. Ruby kembali memejamkan matanya, menarik tubuhnya dengan paksa untuk duduk di kasur. Sakit teramat sangat itu menyerangnya, tanpa sadar Ruby meneteskan air mata.
Ruby membuka matanya lagi, mengedarkan pandangannya meneliti ruangan di mana dirinya berada. Pakaiannya berserakan di lantai, dan ada pakaian milik Chris juga. Ruby mengingat semuanya, dia ingat dengan apa yang dirinya lakukan bersama Chris semalam. Ruby menyerah di bawah Chris, dan mereka melakukannya.
Ruby memejamkan matanya, merasa malu dengan dirinya sendiri, dia mendesah di bawah Chris. Menjerit minta di puaskan, bahkan Ruby menguasai permainan seperti singa betina yang kelaparan. Ruby tidak tahu apa yang merasukinya sampai dia kelepasan kontrol, dan menyebabkan kekacauan ini. Bagaimana dia akan menghadapi Chris nanti? Laki-laki itu pasti akan mengejeknya yang sok jual mahal, tapi begitu bergairah di bawah laki-laki itu.
Ruby mengalihkan pandangannya ketika mendengar pintu terbuka, terlihat Chris di sana, memasuki kamar, dan berjalan mendekatinya. Ruby hanya bisa diam menatap Chris, laki-laki itu pasti akan mengejeknya habis-habisan.
“Aku tidak tahu jika kau sudah bangun”
Apa ini? Kenapa Chris jadi berubah lembut dengannya? Tatapan laki-laki itu berubah hangat, dan Chris tersenyum padanya. “Aku minta maaf atas apa yang aku lakukan semalam, Chris. Aku tidak akan memarahimu karena aku tahu jika aku yang menginginkanmu. Aku akan anggap ini sebagai kesalahan, dan aku harap kau juga melakukannya”
“Aku tidak mau”
Ruby menarik matanya untuk menatap Chris. “Kau tidak mau?” ulangnya, di balas dengan anggukkan oleh Chris. “Lalu, kau mau aku memutar waktu? Kau juga menikmatinya semalam. Bukankah itu sudah cukup bagimu?”
Chris menggeleng, membuat Ruby mengernyit heran. “Aku memang menikmatinya, tapi aku tidak mau menganggapnya sebagai kesalahan karena aku ingin kau menjadi kekasihku”
“Aku tidak mau!” tolak Ruby, menatap Chris terkejut. Namun, perempuan itu meringis ketika tanpa sengaja menggerakkan tubuh bagian bawahnya.
“Apa sakit?” tanya Chris panik. Laki-laki itu duduk di sebelah Ruby, tangannya hendak menyibakkan selimut Ruby, tapi di tahan oleh perempuan itu. “Aku sudah melihatnya semalam. Biar aku cek di bagian mana yang sakit”
Ruby tetap menahan selimut itu agar menutupi tubuhnya. “Kau tidak perlu mengeceknya”
Chris menghela napas pasrah. “Baiklah, aku tidak akan mengeceknya. Semalam aku sudah menyuruhmu untuk pelan-pelan, tapi kau tidak mendengarkanku. Aku tahu jika aku begitu nikmat”
Ruby memalingkan muka saat merasakan pipinya memanas. Dia tahu jika semalam dirinya begitu agresif, berkali-kali Chris menahan pinggulnya agar tidak bergerak terlalu cepat. Berkali-kali juga Chris mengingatkan Ruby untuk melakukannya dengan perlahan.
“Kau seperti orang yang tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk melakukannya. Aku tahu kau begitu karena meminum obat perangsang”
“Aku tidak meminumnya” Ruby menatap Chris, tidak terima dengan tuduhan yang dilayangkan oleh laki-laki itu.
Chris menyelipkan rambut Ruby yang menutupi wajahnya ke belakang telinga perempuan itu. “Kau meminum obat perangsang, Ruby. Kau tidak akan kepanasan jika kau tidak meminum obat itu. Aku tahu bagaimana reaksi tubuhmu semalam, kau begitu kepanasan, dan kesakitan. Kau sangat agresif ketika aku menuruti keinginanmu. Hanya karena kau meminum obat itu semuanya terlihat masuk akal”
“Aku tidak meminumnya” Ruby masih membantah. Untuk apa dirinya meminum obat perangsang saat akan menemui Chris? Dia tidak seniat itu untuk menyerahkan dirinya kepada Chris.
Chris mengusap sudut mata Ruby yang berair, sudah dia duga jika Ruby akan kesakitan. “Kau akan kesulitan berjalan hari ini” Ruby menarik matanya untuk menatap Chris, laki-laki itu menatapnya lekat, tutur katanya penuh kelembutan. “Hari ini kau beristirahat saja. Aku sudah meminta Davin untuk mengatakan kepada Pak Burhan jika kau izin tidak masuk hari ini”
“Hari ini aku sudah berjanji akan menemui seseorang”
“Menemui Daffa maksudmu?”
Ruby menatap Chris, sedikit terkejut. Bagaimana laki-laki itu bisa tahu jika dia membuat janji dengan Daffa?
“Apa kau tidak curiga dengan Daffa yang telah memberikan obat perangsang di minumanmu?”
“Kau jangan menuduhnya” Ruby tidak terima Chris menuduh Daffa yang bukan-bukan. Daffa laki-laki yang baik dan tidak mungkin memberikannya obat perangsang.
“Sekarang katakan padaku. Apa semalam kau berniat keluar bersamanya?”
Ruby terdiam beberapa saat, dia memang akan keluar bersama Daffa, dan di gagalkan karena Chris yang memanggilnya ke ruangannya. “Daffa tidak mungkin seperti itu”
Chris tersenyum miring. “Kau sangat percaya dengan Daffa. Kau baru mengenalnya, kau tidak akan tahu apa yang dirinya pikirkan, dia bisa saja berniat menidurimu semalam”
Ruby tersenyum sinis. “Bukankah kau yang meniduriku semalam? Kau juga baru aku kenal. Bagaimana aku bisa mempercayai ucapanmu?”
“Setidaknya aku tidak memberimu obat perangsang agar bisa menidurimu. Aku jauh lebih baik dari Daffa, laki-laki yang kau bela itu”
Ruby terdiam. Chris ada benarnya juga, laki-laki itu tidak berlaku curang dengan memberikannya obat perangsang. Jika ingin, Chris bisa saja memerkosanya saat pertama kali mereka bertemu di hotel, ataupun saat dirinya berada berdua saja di ruangan Chris. Laki-laki itu memang meminta Ruby untuk membuktikan keperkasaannya, tapi laki-laki itu tidak memaksakan kehendaknya.
“Hari ini kau istirahat di sini saja. Jika kau paksakan berjalan yang ada kau akan kesakitan. Di bawah sana pasti lecet karena kegiatan kita semalam terlalu berlebihan. Aku juga tidak bisa mengontrol diriku semalam, harusnya aku tidak terlalu menuruti hasratku”
“Apa punyaku terluka?” tanya Ruby pada akhirnya. Rasa sakit di pengalaman pertamanya yang paling Ruby takutkan, dan dia sekarang merasakan rasa sakit itu. Biasanya dia hanya mendengar cerita dari orang lain saja, dan pernah melihat film dewasa yang memperlihatkan proses pecah perawan. Ternyata, semua yang ada di film itu benar adanya, rasanya memang sangat sakit. “Aku melihat darah di kasur”
Chris membelai wajah Ruby, mengusap wajah perempuan itu yang tampak ketakutan. “Sedikit banyak memang darahnya, tapi tidak apa-apa. Aku sudah bertanya kepada dokter tadi” Chris sampai berkonsultasi dengan dokter terkait darah yang keluar lebih banyak dari organ intim Ruby, dan jawaban dokter, itu hal yang wajar.
“Rasanya tidak akan sesakit itu jika kita melakukannya tidak separah semalam. Kau baru pertama kali melakukannya, tidak boleh seagresif itu”
Di saat seperti ini, Ruby bukannya marah, pipinya malah bersemu merah. Dia masih merasa malu dengan keagresifannya, dia mengakuinya jika dia yang paling ganas semalam. Sementara Chris, laki-laki itu masih berusaha menahan dirinya.
“Jadi kekasihku, Ruby. Aku memohon padamu. Aku yang merebut keperawananmu, dan aku ingin kau menjadi kekasihku”
“Aku tidak mau, Chris. Aku akan mengikhlas...”
“Tidak” potong Chris. “Aku yang tidak ikhlas” Ruby mengernyitkan dahinya bingung. “Aku ingin kau menjadi kekasihku. Sekarang kau pilih, menjadi kekasihku atau tidak akan aku biarkan kau keluar dari sini”
“Kau mengancamku?!”
Chris mengangguk, jika tidak bisa memiliki Ruby dengan mudah, maka dia akan memaksa perempuan itu. “Bisa di katakan begitu. Aku sangat ingin kau menjadi kekasihku”
“Aku rasa ini semua sangat salah. Kau tidak perlu melakukannya sampai sejauh ini, anggap saja ini hanya percintaan semalam. Kau pasti juga sering melakukannya”
Ruby sangat tidak paham kenapa Chris begitu ingin menjadi kekasihnya, laki-laki itu pasti juga sudah sering berhubungan seks dengan perempuan lain, dan ini pasti bukan pengalaman pertamanya. Lagi pula yang di rugikan di sini adalah Ruby, tapi kenapa Chris yang begitu ingin memperjelas hubungan mereka.
“Aku tidak akan pernah menganggap ini sebagai percintaan semalam. Bagaimana jika aku katakan bahwa aku tertarik denganmu sejak pertama melihatmu di bar? Aku tahu niat awalnya begitu ingin bertemu denganmu karena aku kesal kau menghinaku, tapi aku jadi sadar, bukan kata-katamu yang membuatku ingin bertemu denganmu lagi, tapi karena dirimu, Ruby” Chris menatap Ruby dalam. “Aku begitu ingin bertemu denganmu lagi karena dirimu. Kau yang membuatku tertarik”
“Kau hanya ingin menikmati tubuhku”
“Aku tidak akan melakukannya jika kau merasa keberatan dengan semua itu. Aku hanya ingin kau menjadi kekasihku. Aku tidak akan menidurimu lagi”
Ruby menatap Chris, laki-laki itu tampak serius dengan ucapannya. Tapi, untuk apa Chris menjadikannya kekasih jika laki-laki itu tidak akan menidurinya lagi? Bukankah tujuan laki-laki selalu mengarah ke seks?
“Apa kau masih belum yakin? Kau tidak percaya dengan ucapanku? Apa kau butuh surat perjanjian hitam di atas putih?” tanya Chris bertubi-tubi. Dia begitu ingin Ruby menjadi kekasihnya, walaupun perempuan itu tidak ingin berhubungan badan dengannya nantinya, tidak apa, asal dia memiliki Ruby.
“Aku akan memikirkannya”
Jawaban yang selalu Ruby berikan jika dia belum terlalu yakin. Ruby tidak bisa memutuskan dengan begitu cepat, dia harus mencari tahu alasan di balik semua ini. Tidak mungkin seorang Chris akan memacarinya tanpa memiliki keinginan tertentu.
“Aku ingin kau menjawabnya sekarang” Chris sedikit memaksa, dia tidak bisa menunggu, dia harus tahu jawaban pastinya dari Ruby.
Ruby menatap Chris lelah. “Apa untungnya bagimu aku menjadi kekasihmu?”
“Aku merasa senang, Ruby. Aku senang jika kau menjadi kekasihku. Aku hanya butuh kau memperhatikanku layaknya kekasih, aku ingin merasakan itu”
Ruby masih belum yakin. “Aku akan memikirkannya”
“Aku ingin kau jawab sekarang”
“Kenapa kau memaksaku?!”
“Aku tidak memaksa, aku hanya memintamu untuk menjawabnya sekarang. Jika kau tidak setuju, aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini”
Ruby mendengus kesal, ini sama saja Chris memaksanya untuk tetap menjadi kekasih laki-laki itu. “Baiklah”
“Baiklah apa, Ruby?”
“Aku akan menjadi kekasihmu! Kau puas?” jawab Ruby, menatap Chris jengkel.
Chris terkekeh, dia menarik kepala Ruby untuk mendekat padanya, kecupan singkat Chris jatuhkan di bibir Ruby. “Aku puas”
Ruby mendengus, dia tidak akan terbiasa dengan semua ini. Mendadak dalam semalam dia menjadi kekasih Chris hanya karena kesalahan yang dia lalukan dengan laki-laki itu. Ruby tidak terlalu masalah jika dia harus kehilangan keperawanannya, dia juga sudah dari lama ingin melakukannya juga, hanya belum memiliki keberanian saja. Ruby tidak menyangka jika itu justru menjerumuskannya untuk masuk ke kehidupan Chris, bahkan menjadi kekasih laki-laki itu.
“Aku boleh memeriksa di bawah sana?” tanya Chris, melirik bagian bawah Ruby yang masih tertutup selimut.
“Kau bilang tidak akan meniduriku lagi”
Chris menatap Ruby, mengangguk. “Iya, aku hanya ingin memastikan jika di sana baik-baik saja. Jika lukanya parah, aku harus membawamu ke rumah sakit. Apa boleh?”
Ruby mengangguk ragu, dia juga penasaran apakah di bawah sana terluka parah. Rasanya masih sakit. Kata Agnes tidak akan sakit, hanya kurang nyaman. Dan kata Elsa, sakit di awal saja setelahnya baik-baik saja. Mungkin ini juga efek karena Ruby terlalu agresif.
Chris menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Ruby, dan tidak lagi di tahan oleh perempuan itu. Tangan Chris bergerak merambat ke bawah, membuat bulu kuduk Ruby meremang saat tangan itu menyentuh sela pahanya. “Sepertinya tidak usah kau periksa, Chris”
Chris menatap Ruby. “Sebentar saja. Kau berbaring dulu” Chris membantu Ruby untuk kembali berbaring, kemudian laki-laki itu memeriksa selangkangan Ruby, ada bekas darah di sana, darah yang mulai mengering, dan ada beberapa yang basah, sepertinya Ruby terangsang karena sentuhannya.
Ruby meringis ketika jari Chris menyentuh organ intimnya. “Perih, Chris”
Chris menatap wajah Ruby yang meringis. “Di sini pasti lecet. Kau ingin di bawa ke rumah sakit?”
Ruby menggeleng pelan, akan memalukan jika dirinya mengeluhkan sakit di selangkangan setelah berhubungan intim. Bisa-bisa dokter akan menertawakannya. “Biarkan saja. Nanti juga hilang, temanku berkata begitu”
Chris mengangguk. “Biar aku bantu membersihkan darah di sini. Semalam kita langsung tertidur dan aku lupa membersihkannya” Chris mengambil tisu yang ada di nakas, membersihkan bagian luar organ intim Ruby dengan sangat hati-hati. Sesekali Ruby mendesis, ketika tanpa sengaja Chris sedikit menekannya.
Setelah membersihkan semuanya, Chris membuang tisu bekas itu ke tempat sampah yang ada di sana. Chris kembali ke kasur, menatap Ruby yang terbaring dalam diam menatap ke arahnya. Perempuan itu membiarkan tubuh telanjangnya terlihat oleh Chris. Sadar dengan Chris yang tersenyum melihat tubuhnya, segera Ruby menarik selimut untuk menutupi tubuhnya kembali.
Chris terkekeh, menarik tubuhnya untuk berbaring di sebelah Ruby, tanpa merasa canggung, laki-laki itu memeluk pinggang Ruby. “Memeluk begini boleh bukan?” tanyanya.
Ruby memilih tidak menjawab pertanyaan Chris, laki-laki itu sudah memeluknya, jadi untuk apa meminta persetujuannya lagi. “Kapan aku boleh keluar dari sini?”
Chris memejamkan matanya, menikmati tangannya yang bersentuhan dengan tubuh telanjang Ruby di balik selimut. “Aku akan mengantarkanmu pulang nanti malam. Sekarang di luar masih ramai, banyak pegawai. Kau tidak mungkin berjalan sendirian, akan terlihat aneh dengan kondisimu sekarang. Aku bisa saja menggendongmu jika kau mau”
Ruby menggeleng, akan lebih aneh lagi jika Chris yang menggendongnya keluar. “Aku akan pulang nanti malam saja”
Chris membuka matanya, menatap Ruby yang kini juga menatap ke arahnya. “Aku bersyukur saat kau mengajakku ke hotel waktu itu, Ruby. Aku jadi bisa mengenalmu, dan berakhir di sini sekarang”
Dan Ruby menyesal mengajak Chris ke hotel waktu itu. Jika dia tidak mengajak Chris, mungkin dia tidak akan berakhir menjadi kekasih laki-laki itu. Ruby mungkin masih hidup melajang, dan mencari laki-laki yang dia cintai.
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Boss!! (Tamat)
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!) WARNING!! (21+) Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Ruby menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk mengajak tidur laki-laki acak yang berada di bar di mana mereka sedang minum...