Yogyakarta 26 : Fakta sebenarnya

112 12 0
                                    

Selamat membaca, tandai jika ada kesalahan dalam menulis.

✯✯✯

Sepulang dari sekolah Anin memutuskan untuk langsung pergi ke perpustakaan kota guna mengerjakan semua tugasnya. Tempat yang sudah lama tak ia kunjungi, mungkin terakhir menapakkan kaki disini sekitar satu tahun lalu.

Kaki jenjang terus melangkah, tujuan yang akan didatangi terletak ditengah-tengah toko yang menjual makanan khas kota pelajar tersebut. Jogja Library Center tujuannya saat ini, perpustakaan yang menjadi tempat favorit mahasiswa atau murid sekolah untuk mengerjakan tugas maupun belajar karena memiliki fasilitas internet gratis sekaligus koleksi buku yang lengkap.

Meja-meja yang saling berhadapan dengan deretan laci berisi majalah dan tabloid menemani waktunya. Koran-koran lama seperti harian masa kini atau suara merdeka juga ada disini. Pengelola juga menyediakan tangga jikalau pengunjung ingin mengambil koran yang terletak di rak atas.

Tapi, karna Anin hanya ingin mengerjakan tugas jadi ia tak memerlukan tangga. Ia memilih mendudukkan bokong disalah satu kursi yang jauh dari anak-anak lainnya.

Buku-buku dibiarkan berserakan diatas meja, headphone terpasang ditelinga, tangan bergerak mencatat tugas-tugas yang ia biarkan menggunung pun mulut yang bergumam mengikuti alunan lagu yang diputar lewat sambungan bluetooth.

Dering ponsel menyala, pertanda ada telepon masuk. Anin mengangkatnya lalu kembali menulis, tak menghiraukan Shaka yang tengah menikmati nasi didalam piring yang ada dihadapan pemuda itu.

"Belum pulang sayang?"

Anin menggeleng, "Belum."

"Nanti kalo udah mau pulang chat aku, biar ku jemput." ujar Shaka membuat Anin menoleh dengan jelasn nafas berat.

"Aku bawa motor."

"Oh iya lupa." jawab Shaka, "Kalo capek jangan langsung dikerjain semua tugasnya, aku bantuin nanti."

"Iya." jawab Anin singkat.

"Kamu masih bete?" tanya Shaka. Pasalnya sejak pulang sekolah tadi, ia dapat melihat raut Anin tak secerah biasanya, gadis itu juga marah-marah tak jelas entah apa sebabnya.

"Engga."

Shaka menghela nafas, "Besok mau jalan engga? Aku turutin deh kamu mau apa." ucap Shaka.

"Gatau, liat besok."

"Kamu bete gara-gara aku sebarin tentang hubungan kita, ya?" tanya Shaka.

Anin menggeleng, "Engga."

"Terus apa?" Shaka penasaran, karna menurutnya ia tak melakukan kesalahan apapun.

"Banyak tanya, aku matiin telponnya." ancam Anin.

"Yaudah, kamu lanjutin aja." ujar Shaka kembali melanjutkan makanannya, sedangkan Anin terus menulis hingga selesai.

☆☆☆☆

Anindya: Aku gak suka ya kamu manjain aku pake duit, cari duit susah.

Anin menghela nafas berat, ia baru saja mendapat transfer-an dari Shaka sebesar lima puluh juta sebagai permintaan maaf, ia benar-benar tak menyukai cara Shaka. Pemuda itu sama saja seperti membuang-buang uang. Lagipula Shaka tak salah, lantas buat melakukan hal itu?

Bahkan isi ATM Anin sudah mencapai angka seratus juta karna Shaka, bisa saja ia berhenti bekerja karna sudah memiliki banyak uang, namun ia tak ingin bergantung kepada Shaka.

YOGYAKARTA | ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang