Selamat membaca, tandai jika ada kesalahan dalam menulis.
✯✯✯
Mereka berempat kini berada diruang keluarga, Lara yang berada dipelukan suaminya sedangan Anin duduk disamping Shaka—kekasihnya.
"Mas, aku mau ceritain semuanya ke Anin sama anak kita." ujar Lara, "Tentang cerita kita di masalalu."
"Kamu gak keberatan ceritain itu?" tanya Alva.
Lara menggeleng, "Aku engga keberatan sama sekali."
"Mama mau ceritain apa?" tanya Shaka.
"Anin mungkin udah tau sebagian dari cerita ini, tapi tante mau ceritain ulang karna Shaka belum tau."
"Iya tante, silahkan." tutur Anin.
"Keluarga mama hancur, dari kecil udah dipisahin sama ayah sendiri. Mama tinggal sama ibu yang tiap hari sibuk, engga pernah dapat kasih sayang ngebuat mama selalu berpikiran mau mati." Lara melirik Alva sejenak, "Mama ketemu cowok, namanya Raven, mantan mama. Hidup mama jadi lebih baik setelah dia hadir, namun engga bertahan lama karna dia juga pergi buat ngegapai cita-citanya."
"Mama, maaf aku nyela. Terus opah Andra sama Omah Gina siapa?" tanya Shaka.
"Orangtua mama." jawab Lara. "Mama ceritain lagi. Awal masuk SMA mama ketemu cowok lagi, dia ngetreat baik banget, tapi lagi-lagi engga bertahan lama. Mama mulai dikasarin, dijadiin budak nafsu."
Nafas Shaka dan Anin tercekat, tak menyangka masalalu Lara sekelam ini. Sedangkan sang pencerita hanya tersenyum tipis, ia seperti tak ada beban menceritakan itu semua. Mungkin karna tangan suaminya terus mengelus tangannya seakan memberi obat penenang.
"Puncaknya mama lompat dari gedung sekolah dilantai lima karna mantan mama di ajak putus gamau, dia ngancam dengan iming-iming mau nyebarin video mama. Tapi pas mama sadar dari koma video mama tetap disebar." kekeh Lara.
"Waktu itu engga ada satupun orang yang jagain mama, tapi mantan pertama mama balik lagi. Mama dijagain terus sama dia sampe akhirnya mama tau kalo mereka berdua masih saudaraan." ucap Lara, "Mama milih engga pernah komunikasi sama mereka lagi, tapi karna mama di usir dari rumah jadi milih buat tetap komunikasi. Jalan satu-satunya waktu itu cuma dia, mantan kedua mama."
"Mama tinggal di apartemennya cukup lama sebelum akhirnya kerja di club malam yang syukurnya saat itu ada mess." ujar Lara.
Shaka dan Anin yang tadinya hampir mau menangis berubah jadi heran, pasalnya raut wajah Lara setelah itu berubah merah layaknya kepiting rebus.
"Mama, kenapa wajah mama merah?"
"Mama malu ceritainnya." jawab Lara.
"Biar aku yang ceritain." tutur Alva mengelus pucuk kepala istrinya.
"Setelah istri papa kerja di club, papa ketemu dia, itu kali pertama kita ketemu. Papa nyewa dia dimalam pertama kita ketemu, bahkan malam-malam setelahnya papa lakuin hal yang sama." ucap Alva, "Cuma sebatas teman tidur, bukan aneh-aneh."
"Sampe disuatu malam ada orang lain yang nyewa mama kamu, ternyata dia mantan mama kamu. Disitu papa sama dia ribut, tapi papa kalah juga, bukan kalah tarung tapi kalah bicara." ujar Alva.
"Mas, biarin aku lagi yang cerita." pinta Lara yang disetujui oleh Alva.
"Setelah kejadian itu, mama semakin sering ketemu mantan mama padahal sebelumnya udah engga ada kabar. Tapi dilain sisi papa kamu makin nempel sama mama, dia ngebasmi mantan mama dan ngebantuin mama sehat lagi dari gangguan mental yang mama alami. Mama yang selalu ditemani jadi kebawa perasaan, mama suka sama papa kamu, tapi engga berani jujur, sampe akhirnya papa kamu jujur juga."
"Tapi waktu itu aku engga ngajak kamu pacaran, aku ngajak komitmen, inget kan?" tanya Alva.
Lara mengangguk, "Inget kok, kita komitmen, aku nungguin kamu lulus kuliah dan kamu bantuin aku bangun kedai impianku." jawab Lara, "Setelah kamu dapat gelar S2 kita langsung nikah."
"Mama, balik lagi ke pertanyaan ku yang awal. Jadi yang usir mama Omah Gina?"
Lara menggeleng, "Bukan, yang usir mama istri pertama Opah Andra. Namanya Adisa, ibu kandung mama, nah Omah Gina tuh ibu tiri mama sekaligus istri kedua Opah Andra."
"Berati Opah Andra nikah dua kali?"
Lara mengangguk, "Iya, dua kali. Kan mama udah bilang, dari kecil keluarga mama udah hancur. Ibu mama misahin mama dari ayah mama sendiri karna takut rahasianya dibocorin."
"Rahasia apa, ma?" tanya Shaka.
"Rahasia kalo sebenarnya dia udah selingkuh sejak lama, bahkan ada anak yang umurnya dibawah mama dari laki-laki lain." jawab Lara.
"Serumit itu?" tutur Anin.
Lara tersenyum tipis, "Puji Tuhan tante bisa lewatin sampe sekarang." ucap Lara.
"Syukurlah, kalo waktu itu kamu mati, mungkin engga bakal ada Shaka sama Acel." celetuk Alva, "Dua bibit hasil keringat kita."
Pipi Lara merona, "Mas udah ih."
"Kan bener sayang, kok pipi nya merah?" tanya Alva menggoda.
Lara menyembunyikan wajahnya dibalik dada bidang suaminya, dengan gesit Alva menggendong tubuh istrinya. "Udah lah papa mau tidur siang sama mama, kalian lanjut aja, nanti kalo udah sore papa sama mama belum bangun jemput Acel."
Shaka berdehem pelan, "Iya, papa."
Anin melirik kedua orangtuanya Shaka yang semakin menjauh lalu berujar, "Aku baru tau kalo orang dewasa suka tidur siang juga."
"Dewasa pun butuh tidur, apalagi pulang dari kerja, capek butuh istirahat." jawab Shaka dengan deheman pelan.
Anin mengangguk paham, "Oh gitu."
"Sekarang giliran kamu yang cerita." pinta Shaka. "Aku mau denger dari mulut kamu sendiri."
"Cerita apa?" tanya Anin pura-pura tak mengerti.
Shaka mencubit pipi Anin, "Sayang." gumamnya lembut.
Anin mengangguk malas, ia merebahkan kepalanya dipaha Shaka lalu menghadap perut sixpack kekasihnya. Mulai bercerita dengan tangan yang bergerak menekan roti yang tercetak jelas di perut pemuda itu.
"Anggap aja keluargaku kayak keluarga kamu, jangan pernah ngerasa sendiri, okay?" ujar Shaka.
Anin mengangguk, "Iya Shaka."
"Jangan selfharm lagi."
"Heum." sahut Anin. "Shaka, libur semester kan dua bulan lagi tuh." ucap Anin.
"Iya, kenapa emangnya?"
Anin mengerjab, "Aku boleh minta sesuatu ke kamu?"
"Apa sayang? Ngomong aja."
"Main ke Bandung yuk? Sehari aja gapapa, aku pengen banget kesana."
Shaka mengangguk seraya tersenyum tipis, "Boleh sayang, nanti kita kesana ya. Tapi nginepnya dirumah Opah sama Omah ku aja, ya?"
"Mereka baik kan?"
"Baik kok, baik banget malah."
Anin mengangguk, "Oke Shaka!" serunya.
"Jemput Acel masih tiga jam lagi, kalo kamu mau tidur gapapa." ucap Shaka mengelus pipi Anin.
"Aku tidur aja ya? Ngantuk soalnya."
"Iya sayang, tidur aja."
Anin mulai memejamkan mata diiringi dengan usapan lembut yang terus terasa dipucuk kepalanya, sedangkan Shaka memilih mengecek data keuangan selama beberapa bulan belakang di laptopnya.
✯✯✯
Temui saya di Instagram: @lizaliza17_
Beri vote sebagai bentuk feedback kepada penulis.
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOGYAKARTA | ARSHAKA
Ficção AdolescenteMenjabat sebagai ketua kelas dan memiliki predikat selalu mendapat juara satu pararel membuat Shaka harus berurusan dengan Anindya-teman kelas sekaligus murid yang dijuluki preman sekolah. Hari yang dulu selalu berjalan flat berubah sedikit berwarna...