Selamat membaca, tandai jika ada kesalahan dalam menulis.
✯✯✯
Tak kunjung mendapat respon dari mulut Shaka, lantas Anin mendekat mendekap erat tubuh kekasihnya. Jari lentiknya mengelus pucuk kepala Shaka lalu menopang pipi pemuda itu menggunakan kedua tangan.
"Jangan nangis." ucap Anin dengan suara lembut. Ini kali pertama ia membujuk seorang pria, ia bingung takut salah, namun ia berusaha menenangkan Shaka. Mau bagaimanapun dirinya sendiri yang membuat pemuda itu menangis.
"Jangan putus, jangan nyari cowok lain." Suara isak tangis masih berbunyi, bahkan ucapan Shaka terdengar bergetar.
"Iya." jawab Anin.
"Kita gaboleh putus." ujar Shaka menatap manik indah Anin.
"Iya." jawab Anin lagi.
"Aku mau sama kamu terus." tutur Shaka sesegukan kemudian menenggelamkan wajahnya dipelukan Anin.
Anin mengelus pucuk kepala Shaka, "Iya."
"Kamu juga gitu." ucap Shaka sangat pelan, namun Anin masih dapat mendengarnya.
"Iya." jawab Anin seraya merenggangkan pelukannya, ia mengelap air mata Shaka kemudian mencium pelipis kekasihnya cukup lama.
Otak Shaka ngeblank, matanya melotot tak percaya dengan apa yang baru saja Anin lakukan. Gadis itu memeluk bahkan menciumnya tanpa disuruh, ini benar-benar suatu kemajuan. Ia harap kedepannya juga seperti itu.
"Aku boleh minta sesuatu sama kamu?" tanya Shaka.
Anin mengangguk mengiyakan, "Kenapa, mau apa?"
"Aku mau kamu ganti kosakata kalo ngobrol sama aku." ucap Shaka, "Sekarang aku pacar kamu bukan temen kamu."
"Tapi kita backstreet, nanti ketauan." jawab Anin dengan helaan nafas berat.
Shaka mengelus pergelangan tangan Anin, "Kamu malu pacaran sama aku?" ujar Shaka dengan nada lirih.
Anin menggeleng, ia tak malu sama sekali. Shaka tampan, pintar, royal, pemuda itu jikapun di pamerkan tidak akan malu-maluin. Anin baru kali pertama menjalin hubungan, belum terlalu mengerti, jadi menurutnya hubungan backstreet jalan satu-satunya.
Anin mengangguk, "Oke, gu—aku setuju." jawab Anin, "Tapi jangan bocorin soal status kita, ya? Biarin aja orang nyari tau sendiri."
Shaka tersenyum manis, "Iya sayang." jawab Shaka.
"Ayo balik ke kelas, pasti temenku nyariin." ajak Anin.
Shaka beranjak, "Aku mau minta satu hal lagi sama kamu, boleh?"
"Apalagi?" tanya Anin, untung saja stok kesabarannya jika bersama Shaka menjadi seluas samudra, jika tidak dipastikan ia akan mengamuk.
"Aku mau cium kamu." ucap Shaka, "Aku bakal tanggung jawab kalo kamu jerawatan."
Anin menarik sudut bibirnya lalu mengangguk, "Cium aja, gak perlu izin."
"Aku takut kamu risih, makanya bilang dulu." jawab Shaka lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi Anin.
"Aku pacar kamu." jawabnya membuat telinga Shaka memerah, Anin hanya spontan menjawab seperti itu, ia bahkan tak sadar jika Shaka salah tingkah.
Shaka menyamai langkah Anin yang kini sudah mulai berjalan melangkahkan kaki menuju gedung sekolah, deheman pelan ia lontarkan kala teringat sesuatu. "Anindya, berhenti bentar."
Anin menoleh, "Kenapa Shaka?"
"Aku mau ke warung mbak Naura aja, temenku pasti disana. Kamu gak masalah kan ke kelas sendiri?" tanya Shaka, pasalnya jarak dari sini hingga tiba ke kelasnya cukup jauh melewati lorong anak-anak kelas sepuluh dan biasanya banyak laki-laki yang tengah berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOGYAKARTA | ARSHAKA
Novela JuvenilMenjabat sebagai ketua kelas dan memiliki predikat selalu mendapat juara satu pararel membuat Shaka harus berurusan dengan Anindya-teman kelas sekaligus murid yang dijuluki preman sekolah. Hari yang dulu selalu berjalan flat berubah sedikit berwarna...