Yogyakarta 34 : Break up?

63 6 0
                                    

Selamat membaca, tandai jika ada kesalahan dalam menulis.

✯✯✯

Hampir tiga hari tak masuk sekolah akibat demam, akhirnya hari ini Anin kembali masuk. Ia sudah sembuh total dan kembali melakukan aktifitas seperti biasa.

Kini ia tengah berada dikantin bersama teman-temannya, sekarang belum waktunya istirahat, namun karna guru tengah rapat, semua siswa dibebaskan asal tak mendekat kearah lab biologi—tepat yang digunakan guru untuk mengadakan rapat.

Semangkuk seblak juga air mineral dingin menemani, ia memang sudah lama mengidam-idamkan makanan pedas asli Bandung satu ini. Kuah memerah pekat, serta banyak toping didalamnya.

Keringat menetes kemana-mana, namun tak ia hiraukan. Karna sedari tadi tangan Shaka sudah memegang kipas portable yang langsung diarahkan ke wajahnya.

"Sumpah Mel kok bisa lo gasuka dumpling ayam, padahal seenak ini." ujar Kalula yang diangguki oleh Anin.

"Seblak tanpa dumping ayam tuh hampa banget, kayak jalin hubungan gaada rasa." sambung Anin.

"Ngerasain diri sendiri lo mah." ketus Melody seraya menyedot es teh dihadapannya.

"Gua mah sayang sama pacar gua, jadi rasanya engga hambar tuh." jawab Anin seraya melirik Shaka, mengedipkan sebelah mata berniat menggoda.

Mendengar itu Shaka lantas mencubit pipi kekasihnya, ia meraih satu buah cireng isi milik Anin lalu memakannya. Sengaja ia menjadikan kuah seblak sebagai cocolan, Anin menyipitkan mata melihat tingkah Shaka, lalu berujar. "Enak gak? Aku mau." ucap Anin.

Shaka mengangguk, ia kembali mencocoli cireng dengan kuah seblak lalu menyodorkannya ke Anin, gadis itu membuka mulut lalu memakannya. "Ih enak!" seru Anin.

"Abisin dulu seblak kamu, nanti kekenyangan." titah Shaka yang langsung diangguki oleh Anin.

"Nin, kita kekelas duluan ya, mau nyatet." ucap Kalula seraya beranjak.

Anin mengangguk, "Iya, kalo ada guru chat gua."

"Emang lo abis ini mau kemana?" tanya Melody.

"Kepo deh."

☆☆☆☆

Taman belakang sekolah lagi-lagi menjadi tujuan keduanya. Mereka duduk di kursi berhadapan seraya bersenda gurau. Anin bahkan sudah melayangkan berapa pukulan akibat pemuda itu tak henti-hentinya membuat ia tertawa lepas.

"Oh iya, awas aja kalo kamu ngeladenin ulat bulu!" Mood Anin tiba-tiba memburuk mengingat banyak pesan masuk yang di kirim lewat dm Instagram Shaka.

Ia memang memegang akun pemuda itu, tak sekali dua membalas pesan-pesan masuk yang dikirimkan oleh wanita lain untuk kekasihnya. Namun, tak pernah mempermasalahkan hal itu. Tapi, mengingat kakak kelasnya menjadi salah satu pengirim pesan, ia jadi kesal.

"Hah, maksud kamu apa?" tanya Shaka seraya merapihkan anak rambut Anin.

Anin berdecak, "Masa dia ngajak kamu ketemuan mulu, katanya dia juga buatin bekal buat kamu, engga kayak aku." ketus Anin, "Aku kan kesel di banding-bandingin!"

"Mau di bandingin kayak gimana pun, kamu tetap menang sayang." Shaka memegang lengan Anin menyandarkan kepala wanita itu ke dada bidangnya.

Elusan pelan ia layangkan, sedangkan Anin hanya diam merasa kantuk menyerangnya. Tak ingin ketiduran, ia lantas membalik badan menatap manik tajam Shaka.

"Kamu ganteng banget." puji Anin lalu memeluk erat pemuda itu dengan posisi menyamping.

Alis Shaka bertaut, "Tiba-tiba banget?"

Anin menyengir lebar, ia menepuk pelan pucuk kepala Shaka lalu berujar, "Kamu emang ganteng, makanya ku puji."

Ting!

Suara pesan masuk terdengar, Shaka meraih ponsel Anin lalu membukanya. Gadis itu memang tak pernah mempermasalahkannya untuk mengotak-atik benda pipih tersebut.

"Kata Kalula, balik ke kelas sekarang. Semua murid dipulangin karna guru gabisa masuk sampe jam terakhir." Shaka beranjak diikuti Anin, gadis itu berjalan lebih dulu diikuti Shaka dibelakangnya.

"Kak Anin!" sapa Jaleo—anak kelas sepuluh yang tempo lalu memberinya susu kotak. Dan yang Anin yakini, pemuda itu juga yang mengiriminya bunga.

"Eh, Jaleo, kan?" tanya Anin menghentikan langkahnya, begitupun Shaka yang turut berhenti.

Jaleo mengangguk, "Bentar kak." Jaleo meraih bucket disampingnya lalu memberikan kepada Anin. "Gua tau lo bakal lewat dari sini, makanya gua mau kasih ini, Kak."

Anin melirik Shaka, Jaleo yang paham lantas tersenyum. Ia menarik kembali bucket berisi mekaup yang ia buat susah payah lalu menyodorkannya ke Shaka. "Bang, tolong terima ya buat cewek lo, gua janji abis ini engga bakal kasih apapun lagi ke dia."

Shaka menerimanya, "Thanks." ujar Shaka. "Iya gausah kasih cewek gua apapun lagi, lagian lo tau cewek gua ada pacar masih di kasih ginian."

Jaleo menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Maaf ya bang."

"Aman, gua engga cemburuan kok." ujar Shaka lalu menepuk pelan pundak Jaleo.

"Yaudah bang makasih ya, gua mau langsung pulang deh." pamit Jaleo.

Setelah pemuda itu pergi, Shaka memberikannya kepada Anin, ia lalu berujar. "Kamu duluan ke kelas gih, aku mau ke toilet dulu." ucap Shaka, "Jangan ke parkiran dulu, barengan sama aku aja."

Anin mengangguk, ia langsung menuju kelas dengan langkah pelan. Sesampainya dikelas, tak ada lagi penghuni, mungkin semua sudah pulang termasuk teman-temannya. Sekitar lima belas menit menunggu, akhirnya Shaka kembali, pemuda itu langsung meraih tas-nya kemudian segera mengajak Anin menuju parkiran.

Shaka langsung masuk tanpa membukakan pintu untuk Anin, membuat gadis itu berdecak. Biasanya pemuda itu akan selalu membukakannya pintu, apalagi ia sekarang tengah kesusahan akibat membawa sepucuk bucket yang cukup berat.

Ia membuka pintu dengan perasaan dongkol hendak melayangkan omelan, namun ia urungkan kala melihat bangku belakang berisi dua bucket besar. Satu berisi skincare dan satunya bunga mawar.

"Sayang, buat aku ya?" tanya Anin seraya kembali menutup pintu, ia menaruh bucket pemberian Jaleo lalu meraih bucket bunga pemberian kekasihnya.

"Iya sayang, buat kamu." jawab Shaka menghidupkan mesin mobilnya, lalu menjalankan dengan kecepatan sedang.

"Terimakasih sayang, aku suka banget!" puji Anin berseru, "I love you." tuturnya jujur.

"I love you more." balas Shaka mencium tangan Anin, setelah itu ia mengelus pucuk kepala kekasihnya penuh sayang.

"Kamu cemburu ya sama Jaleo tadi?" tanya Anin seraya menaruh bucket di pangkuannya.

Shaka mengangguk, "Iya, aku cemburu."

"Aku sayang kamu, tenang aja." ujar Anin seakan mengerti apa yang Shaka takutkan. "Aku bakal terus sama kamu, kecuali kamu yang nyuruh pergi."

✯✯✯

Temui saya di Instagram: @lizaliza17_

Beri vote sebagai bentuk feedback kepada penulis.

Terimakasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOGYAKARTA | ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang