🍂 Two Cooks 🍂

101 13 37
                                    

⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌

"Lepaskan aku!" kata Augur dengan wajah datar.

Kedua tangan dan kakinya diborgol oleh Usopp menggunakan batu laut agar tidak lari.

"Tidak akan! Siapa yang tahu kau akan melakukan hal apa jika kami sampai melepaskanmu," tolak Usopp mentah-mentah.

Seluruh kru termasuk Aokiji dan Pudding kini berkumpul di dek Sunny.

"Kuzan! Jadi kau hanya berpura-pura bergabung dengan bajak laut kami? Jika Sencho sampai tahu kalau kau melakukan pemberontakan, kau pikir dia hanya akan diam?" kata Augur.

"Aku bergabung hanya untuk mengumpulkan beberapa informasi," jawab Aokiji.

"Kau bukan seorang marinir lagi. Untuk apa kau mengumpulkan informasi sampai rela menjual namamu menjadi bawahan Sencho?"

"Aku mengumpulkan informasi untuk diriku sendiri. Aku tidak peduli aku harus melakukan apapun termasuk menjadi bawahan seseorang paling menjijikkan di dunia busuk ini. Dengan adanya informasi, aku bisa tahu seperti apa keadilan itu sebenarnya," Aokiji merebahkan tubuhnya di dek rumput.

"Jangan bicara sok keren seperti itu sementara mottomu adalah 'Kemalasan sama dengan keadilan'!" cibir Usopp.

"Arara...kau masih mengingat mottoku ya?" Aokiji berpaling pada Pudding. "Tapi dengan caramu memukuli gadis malang ini untuk mendapatkan informasi, aku tidak akan tinggal diam. Rasanya percuma jika aku mencari arti sesungguhnya dari keadilan jika melakukan hal tidak terpuji seperti itu."

Pudding memeluk tubuhnya sendiri. Dia menangis saat mengingat bagaimana cara Augur mengorek informasi darinya. Jika tidak menjawab, dia akan diberikan satu pukulan, baik itu di pipi maupun bagian tubuhnya yang lain.

"Dia adalah orang yang tidak memiliki hati sama sekali!" umpat Pudding.

Nami memeluk Pudding untuk menenangkannya. "Tidak apa-apa, Pudding. Sekarang kau aman bersama kami."

Sanji menendang wajah Augur penuh dendam hingga mulutnya mengeluarkan darah. "Sekali lagi kau menyentuh Pudding-chan dengan tangan kotormu itu, aku tidak akan segan-segan memenggal kepalamu!" katanya cukup menekan.

"Tch!" Augur benar-benar membenci situasinya saat ini. Dia menatap Aokiji kembali. "Gadis itu tidak akan memberikan informasi secara cuma-cuma pada orang asing sepertimu. Jadi percuma kau menolongnya. Dia juga pasti tidak akan membocorkan rahasia apapun padamu," ucapnya remeh.

"Asal kau tahu, tujuan utamaku menyelamatkannya darimu bukan karena informasi penting itu lagi..." Aokiji menatap Pudding yang kini juga sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "...tapi karena kau punya sesuatu yang harus dikembalikan pada koki mereka," lanjut Aokiji seraya melemparkan sebuah gulungan ingatan yang mirip dengan roll film itu ke tengah-tengah mereka.

In Another Life [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang