EPISODE 32...

1 1 0
                                    

♡   ∩_∩
(„• ֊ •„)♡
┏━∪∪━━━━┓
♡ 𝙺𝙴𝙷𝙸𝙳𝚄𝙿𝙰𝙽 𝙺𝙸𝚃𝙰 𝚃𝙸𝙳𝙰𝙺 𝚂𝙴𝙻𝙰𝙻𝚄 𝙱𝙴𝚁𝙹𝙰𝙻𝙰𝙽 𝙼𝚄𝙻𝚄𝚂, 𝚃𝙴𝚁𝙺𝙰𝙳𝙰𝙽𝙶 𝙺𝙸𝚃𝙰 𝙳𝙸 𝙰𝚃𝙰𝚂, 𝙺𝙰𝙳𝙰𝙽𝙶 𝙹𝚄𝙶𝙰 𝙳𝙸 𝙱𝙰𝚆𝙰𝙷。 ♡
┗━━━━━━━┛


⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

Ketika Abdil dibawa ke ruang rawat, Al dan mamanya mengikuti.

"Ma, mama belum jawab pertanyaan aku tadi!" ucap Al mengingatkan.

"Hahh, kalo kamu ada di posisi Abdil, mama akan sangat khawatir, kamu ini anak perempuan mama satu satunya, kamu penerus keluarga!" Laras menghembuskan nafasnya kasar.

"Hanya aku penerus keluarga ini?" tanya Al penasaran, karena masih ada Abdil di keluarganya tapi Laras bilang kali Al satu satunya penerus.

"Iya, Al!" jawab Laras pelan.

"Bukan kah ada Abdil? Dia juga anak kandung mama kan? Dia juga penerus mama! Tapi kenapa mama bilang cuma aku?" tanyaku heran.

"Sebenarnya, Abdil bukan adik kandung kamu!"

"Apa? T-tapi kenapa?" Al sangat terkejut ketika mendengar mamanya menyebutkan bahwa Abdil bukan adik kandungnya.

"Mama sama papa dulu, mengadopsi Abdil di panti asuhan karena, saat mama dan papa lewat, kami melihat Abdil bermain sendirian tanpa teman di tempat itu!"

"Mama teringat akan permintaan kamu untuk punya adik laki-laki. Jadi mama sama papa memutuskan untuk mengadopsi dia, dan kebetulan, kalian hampir seumuran. Mama ganti nama dia yang dulunya Abi, menjadi Abdillah Aljazair!" ucap Laras.

"Kenapa namanya diganti mah?" tanya Al penasaran.

"Mama ganti namanya agar dia bisa mendapatkan kehidupan yang indah, dan lebih baik sebelumnya, mama juga pengen dia melupakan masa kecilnya ketika di panti!"

"Emangnya dia masih ingat? Aku aja udah lupa kemarin ngapain aja. Masa dia yang udah bertahun-tahun yang lalu masih ingat?" ucap Al.

"Mama ga tau, mungkin ingatannya sangat kuat?" jawab Laras menaikan bahunya.

"Lalu, setalah Abdil dibawa pulang gimana mah?"

"Saat mamaembawanya pulang, kamu sangat senang dan selalu bersama Abdil, juga sebaliknya, jadi mama tidak tega memberi tahu kalau kalian saudara tiri!" jelas Laras.

"Tapi mah, kenapa aku tidak ingat waktu mama bawa Abdil pulang?" tanya Al.

"Karena satu itu, kalian masih berumur sekitar satu setengah tahun!" jawab Laras.

Al diam mendengar penjelasan dari mamanya, dia duduk di kursi ruang tunggu.

"Kenapa mama gak bilang dari awal?" tanya Al.

"Mama takut kamu kecewa karena mama ga bisa kasih adek buat kamu, jadi mama sembunyiin ini dari kamu!"

"Tapi kenapa Abdil tau mah? Sedangkan aku tidak!"

"Tentu saja dia tau! Dia itu orangnya ga akan berhenti sebelum puas dengan jawaban yang diberikan!"

"Terus kemana kita cari ginjal yang cocok buat Abdil?" tanya Al.

Laras diam, berfikir sejenak.

"Kita cari di pasar gelap, di pinggiran Jakarta!" ucap Laras.

"Pasar gelap? Mama serius?"

"Tante jangan bercanda deh! Masa beli disana?" ucap Wulan yang sedari tadi mendengarkan.

"Iya, disana kan ada banyak organ manusia yang dijual, tapi harganya juga tidak main main!"

"Mah, kalo para pedangang itu mencari organ dalam untuk dijual dengan cara haram bagaimana? Kita kan ga tau dari mana mereka dapat semua organ itu!"

"Memangnya mama mau kalau Abdil..."

"Sudah, mama ga mau denger lagi! Kita cari ginjal yang cocok buat Abdil besok! Soal itu, pikir besok saja! Sekarang, kita jagain Abdil dulu, kasian dia!" ucap Laras memotong ucapan Al.

Mereka bertiga masuk ke ruang rawat Abdil untuk menemaninya, tetapi Wulan pamit pulang karena sudah dijemput oleh Leo, sebab besok dia harus ke butik untuk memilih gaun pengantin dengan Leo.

"Tante Laras, Al, aku pamit pulang dulu ya? Udah dijemput Leo soalnya!" ucap Wulan sebelum masuk ke ruang rawat.

"Kenapa buru buru? Kamu ga nginep di rumah mama kamu?" tanya Laras .

"Enggak tan, soalnya besok aku dan Leo ada acara, jadi ga bisa nginep!" jelas Wulan.

"Baiklah kalau begitu! Kamu hati hati ya pulangnya!"

"Iya tan, Wulan pamit ya, bye Al!" ucap Wulan mengalami tangan Laras lalu pergi setelah berpamitan dengan Al.


⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆


BandGirl { LENGKAP }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang