EPISODE 43...

1 1 0
                                    

♡   ∩_∩
(„• ֊ •„)♡
┏━∪∪━━━━┓
♡ 𝙲𝙾𝙱𝙰𝙻𝙰𝙷 𝚃𝙸𝙳𝙰𝙺 𝚄𝙽𝚃𝚄𝙺 𝙼𝙴𝙽𝙹𝙰𝙳𝙸 𝚂𝙴𝚂𝙴𝙾𝚁𝙰𝙽𝙶 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝚂𝚄𝙺𝚂𝙴𝚂, 𝚃𝙴𝚃𝙰𝙿𝙸 𝙼𝙴𝙽𝙹𝙰𝙳𝙸 𝚂𝙴𝚂𝙴𝙾𝚁𝙰𝙽𝙶 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙱𝙴𝚁𝙽𝙸𝙻𝙰𝙸。 ♡
┗━━━━━━━┛
-𝙰𝙻𝙱𝙴𝚁𝚃 𝙴𝙸𝙽𝚂𝚃𝙴𝙸𝙽

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆


╭────༺♡༻────╮
  𝙲𝙰𝙷𝚈𝙰
╰────༺♡༻────╯

"Cahya, bantuin papa sebentar nak!" panggil papaku.

Aku langsung lari dari ruang tamu sedang menonton TV ke belakang rumah menghampiri papa.

"Kenapa pah?" tanyaku gercep.

"Papa minta tolong belikan paku di toko ya, soalnya stok paku habis, papa mau buat kandang ayam jadi ga bisa!" ucap papa.

"Iya pa, mana uangnya?" tanyaku meminta uang untuk membeli paku.

Papa pun memberikan satu lembar uang limapuluh ribuan, aku langsung bergegas mengambil motorku di garasi lalu pergi ke toko bangunan untuk membeli paku.

Sesampainya disana...

"Pak, beli pakunya limapuluh ribu ya!" ucapku.

"Iya sebentar saya bungkusin!"

Tak lama ada seorang cowok, dia kelihatan masih sekolah, dia berdiri di samping kiriku melihat lihat paku payung yang ada di boks.

"Mau beli apa?" tanya pak penjual.

"Saya mau beli peralatan konstruksi lengkap ya!"

"Wah dek, kalo peralatan lengkap mah, saya ga punya buldoser nya!"

"Peralatannya aja pak, ga usah sampe buldoser nya juga!"

"Memangnya mau yang seperti apa?"

"Peralatan kontruksi buat praktek membangun bangunan kaya miniatur gitu!"

"Ooh, kalo buat miniatur saya ada, sebentar ya saya ambilkan dulu di gudang!"

"Eh, sori gue ga liat lo disitu!" ucap cowok itu menghadap ke arahku.

"Bisa bisanya lo ga liat gue, padahal gue segede ini tapi lo ga liat gue?" ucapku ngegas.

"Lah, gue kan udah minta maaf, malah sewot, jadi nyesel gue minta maaf sama lo tadi!"

"Sok asik banget sih lo!" ucap ku.

"Gue tandain lo, awas aja kalo ketemu!" ucap cowok itu.

Pak penjual pun datang kembali dengan sekotak peralatan konstruksi yang dipesan cowok itu dan satu kotak paku yang aku pesan tadi.

"Makasih pak!" ucap kami berdua bersamaan.

"Ciee!" goda si pak penjual.

"Apaan sih pak, kaya gini aja di cie cie in!" ucap si cowok sedikit membentak.

"Heh lo itu siapa sih sebenernya? Kok sikap lo kaya gitu?" tanyaku mulai emosi dengan tingkahnya.

"Apa? Lo nanya gue siapa? Gue Fandi Mahendra. Kenapa?"

"Oh!"

"Oooh gitu doang reaksi lo? Bener bener ya!"

"Terus lo berharap apa dari gue?"

"Terkejut kek atau gimana! Ini malah biasa aja!"

"Sorry ya dek, tapi gue ga tertarik terkejut sama lo!"

"Ga jelas banget deh!"

Aku pun pergi berniat untuk pulang kerumah karena papa sudah menunggu paku yang aku bawa.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

Maaf ya guys kalo dialog nya ga jelas, soalnya bingung juga mau gimana dialog nya.. Maaf yaaa

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

Sesampainya dirumah, Cahya langsung menemui papanya di belakang rumah.

"Pa, mau aku bantu?" tanya Cahya menawarkan diri.

"Ga usah nak, kamu lanjutin aktivitas kamu tadi, ini biar papa aja yang ngerjain!" jawabnya.

"Tapi pa, Cahya mau bantu papa!" rengek Cahya.

"Ga usah, nanti tangan kamu luka, biar papa aja, lagian nanti ada orang yang mau datang bantuin papa!"

"Siapa pah? Temen papa kah?" tanya Cahya penasaran.

"Bukan, dia juga anak sini, dia masih sekolah juga tapi di SMK Mandiri. Katanya dia mau nyari uang jajan sendiri gitu, jadi papa bolehin dia bantuin papa!"

"Papa kenal dia udah berapa lama?" tanyaku.

"Sudah sejak dia lahir, karena dulu bapaknya itu temen papa waktu SMP!" jawab papanya Cahya.

"Yaudah, aku buat camilan sama minum ya buat papa sama orang yang mau bantu papa!" ucap Cahya lalu pergi ke dapur dari pintu belakang.

"Makasih ya sayang!"

Cahya langsung melakukan apa yang sudah dia rencanakan.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

BandGirl { LENGKAP }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang