♡ ∩_∩
(„• ֊ •„)♡
┏━∪∪━━━━┓
♡ "𝚂𝙴𝙳𝙸𝙷, 𝙺𝙴𝙲𝙴𝚆𝙰, 𝙼𝙰𝚁𝙰𝙷, 𝙺𝙴𝚂𝙴𝙻, 𝙰𝚃𝙰𝚄 𝙰𝙿𝙰𝙿𝚄𝙽 𝙸𝚃𝚄, 𝙶𝚄𝙴 𝙷𝙰𝚁𝙰𝙿 𝙶𝙰 𝙿𝙴𝚁𝙽𝙰𝙷 𝙰𝙳𝙰 𝙺𝙰𝚃𝙰 𝙼𝙴𝙽𝚈𝙴𝚁𝙰𝙷"。 ♡
┗━━━━━━━┛
-𝙲𝙰𝙽𝚅𝙰 𝙽𝙰𝚁𝙴𝙽𝙳𝚁𝙰⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
Saat sampai di taman, Lina menunggu Al dan Abdil sampai sambil duduk di bangku kayu panjang dengan sandaran setinggi bahu.
"Mana mereka? Lama banget! Ini udah jam delapan lewat!" gumam Lina.
Tak lama Al dan Abdil datang tapi tidak hanya berdua, mereka bertiga dengan...
"Loh, Wulan? Kok lo disini?" tanya Lina.
"Hehe, iya nih, tadi main ke rumah mama sebentar!" jawab Wulan.
"Sama siapa?"
"My new family!"
"Terus lo pulangnya gimana?"
"Dijemput Leo nanti!"
"Yaudah, katanya mau ketemu sama Abdil, nih orangnya, gue sama Wulan disana kalo butuh!" kata Al sambil mendorong Abdil mendekat ke Lina.
"Lah, kok gue? Katanya gue suruh nemenin lo!"
"Bukan nemenin gue, tapi nemenin Lina bentar, yaudah bye!" ucap Al lalu pergi menarik tangan Wulan.
Abdil menghembuskan nafasnya kasar, pasrah dengan kelakuan kakaknya yang seperti ini.
"Jadi?" tanya Abdil membuka topik
"Jadi apa?"
"Ya mau lo apa ketemu gue?"
"Nih!" ucap Lina memberikan sekotak makanan yang dia masak tadi.
"Apa ini?" tanya Abdil.
"Makanan buat lo! Lo pasti belum makan kan? Jadi gue buatin ini buat lo!" ucap Lina.
"Gausah repot repot bawa makanan buat gue! Gue juga udah makan kok tadi!" ucap Abdil jutek.
"Seenggaknya makan sesuap aja, gue udah capek capek buat, masa mau dibuang gitu aja? Kan mubazir!" ucap Lina menunduk.
"Hah, yaudah sini!" uap Abdil mengambil kotak makanan dari tangan Lina.
"Makan sesuap aja!"
"Nanti aja! Gue udah makan!"
"Kenapa nanti? Kalo nanti gue ga bisa liat lo makan, dan gue ga akan tau dimakan atau malah dibuang!"
"Ya udah, gue makan tapi sesuap aja ga lebih!"
Abdil pun memakan makanan yang dimasak Lina pagi ini. Dia memakan satu suap setelah itu dia meletakkan kotak makannya di tengah tengah antara Abdil dan Lina. Tiba-tiba perut Abdil terasa sangat nyeri, Lina yang menyadari itu langsung panik karena Abdil merintih kesakitan.
"Abdil, lo kenapa?" tanya Lina mulai panik.
"Dil? Lo kenapa? Jawab gue!" ucap Lina Lina mulai panik.
"Bentar gue panggil Al sama Wulan!" ucap Lina lalu pergi.
Dia memanggil Al dan Wulan yang sedang membeli eskrim didekat taman.
"Al, tolongin gue pliss!" pinta Lina panik.
"Kenapa? Tolongin apa?" tanya Al menerima eskrim dari penjual.
"Abdil, dia tiba-tiba kesakitan, gue ga tau harus apa, tolongin gue Al!"
"Apa? Kok bisa?" ucap Al langsung berlari menghampiri Abdil yang duduk di bangku sambil memegangi perutnya.
"Dil, lo kenapa?" tanya Al, lalu dia melirik ke arah Lina.
"Lin, lo apain adek gue?" sentak Al.
"Al, jangan pake emosi, bicara baik baik!" bujuk Wulan.
"Gue ga bisa baik baik kalo udah menyangkut adek gue Lan! Sekarang jawab gue Lin, lo apain adek gue?" bentakku sekali lagi.
"Gue ga apa apain dia, gue tadi cuma ngasih makanan yang gue buat tadi pagi buat Abdil, tapi tiba-tiba Abdil kesakitan kaya gini, gue ga tau harus gimana jadi gue panggil lo! Gue ga salah Al!" ucap Lina.
"Pasti bahan makanan yang lo pake, bikin Abdil kaya gini!"
"Enggak Al serius, gue beli bahannya tadi pagi juga!"
"Gue ga percaya sama lo! Mana ada orang salah yang ngaku!"
Lina hanya tertunduk mendengar ucapan Al yang sangat menusuk. Lina bahkan menggunakan bahan bahan yang higienis, dan sebelum memasaknya dia sudah mencucinya hingga bersih.
Lina kemudian memandang Al yang tengah membujuk Abdil untuk ke rumah sakit.
"Ke rumah sakit ya?" tanya Al lagi tapi Abdil tidak menjawab.
"Dil? Ke RS ya? Gue anter!"
"G-gak papa kok.. Gue cuma.. Sakit perut biasa!"
"Bohong! Sakit perut kok sampe segitunya, ikut gue ke rumah sakit!" paksa Al.
"Maksa banget sih jadi orang!" ucap Abdil berdiri karena tangannya ditarik oleh Al.
"Kalo ga dipaksa, ga akan nurut! Dah ayo jangan banyak omong lo" ucap Al.
"Haha, cieee khawatir ya?" goda Abdil.
"Diem lo! Udah tau sakit masiih aja godain orang!"
"Iya iya!"
Mereka pun pergi ke rumah sakit dengan motor karena tidak ada yang bisa nyetir mobil.
"Wulan, tolong bantuin Abdil naik!" ucap ku lalu Wulan melakukannya.
Setelah Abdil naik al langsung menarik pedal gas tapi kemudian dihalangi oleh Lina.
"Al, maafin gue, gue gak..." Lina tidak melanjutkannya karena al memandangnya dengan sorot mata tajam.
"Pegangan, Dil!" ucap Al.
Abdil pun pegangan di pinggang Al menggenggam bajunya, sedangkan tangan yang satunya memegangi perutnya.
"Tahan bentar ya, kita udah mau nyampe!"
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
KAMU SEDANG MEMBACA
BandGirl { LENGKAP }
De TodoKisah persahabatan yang di setiap anggotanya punya bakatnya masing-masing, mereka sangat akrab pada awalnya hingga akhirnya terpecah belah. Kenapa bisa seperti itu? Apa yang terjadi?