BAB 48

127 6 0
                                    

          Di pagi hari nya, gadis itu bangun lebih awal dari lelaki itu. Riak wajah nya sama sekali tak menggambar begitu senang. Satu senyuman pun tak terukir di bibir nya seperti biasa nya. Dia mula dengan kesendirian nya lagi sejak bertemu dengan orang-orang itu.

Nafas dihembus perlahan. Dia memandang suasana di luar tingkap yang terdapat di dalam dapur itu. Tangan nya tak henti membuat sarapan pagi untuk lelaki itu.

Wajah gadis itu masih saja terlihat pucat seperti tak berdaya.

Ianya tak tahu apa yang dia harus lakukan. Pikiran nya benar-benar sangat kacau sejak saat itu. Dia mula bermimpi buruk dan menggigil secara tiba-tiba.

Tanpa ianya sedari air mata nya mengalir dengan setitik.

Jari-jemari nya terus mengangkat botol panas untuk dituang ke dalam cawan. Lama ianya termenung jauh. Air panas yang mula penuh dalam cawan itu melimpah keluar dengan deras. Ianya terjerit apabila air yang melimpah itu menitis ke kaki nya.

" ARGHH ! " Jerit nya. Dia terus memegang kaki nya untuk menahan sakit.

Spontan tubuh nya terus dicempung secara tiba-tiba. Lelaki itu meletakkan tubuh kecil itu di atas kabinet dapur.

" What's wrong with you ? " Ujar nya tegas.

Gabriel terus mengambil kotak
first-aid di dalam almari. Dia menunduk lalu memegang kaki gadis itu yang terkena air panas. Ubat di sapu perlahan di sekitar kaki itu.

Dia berdiri kembali lalu menatap anak mata gadis itu. Benar-benar terlihat berbeza dari sebelum nya. Gabriel terus merapatkan tubuh nya sehingga pinggang nya bersentuh dengan paha gadis itu. Sebelah tangan nya diletak di atas kabinet sisi paha Elice. Manakala sebelah tangan lagi memegang bahu Elice.

" Hey.. tell me.. what happen.. why do you look so sad ? "  Soal nya.

Elice terus tersenyum kelat. Dia menggeleng perlahan. Kepala nya masih saja tertunduk.

" T-tak a-ada apa-apa.. " Ujar Elice perlahan.

" Tell me now. " Ujar nya dingin. Dagu gadis itu diangkat untuk mendongak ke arah nya.

Bawah mata gadis itu terlihat memerah seperti menahan tangisan nya.

Elice hanya berdiam saja. Ianya tak menjawab apa yang lelaki itu tanyakan.

" Awak.. saya dah lambat nak pergi Uni.. " Ujar nya.

Dia terus mendepakan kedua tangan nya ke arah lelaki itu agar membantu nya turun dari atas kabinet.

Gabriel menghela nafas kecil. Dia terus mengangkat tubuh gadis itu lalu diturun kan ke lantai. Pantas saja Elice keluar dari dapur itu.

Dia meraup wajah nya. Timbul sedikit kesal terhadap gadis itu kerana mengabaikan nya. Entah mengapa dia merasakan ada sesuatu yang berlaku pada gadis itu. Di saat menuangkan air saja gadis itu tak fokus, malah menghayal terus menerus.














         

       Gabriel yang hanya fokus memandu. Manakala gadis itu sejak tadi hanya melihat keluar tingkap kereta. Ianya sama sekali tak seperti biasa nya yang sentiasa banyak bertanya pada lelaki itu. Namun saat ini gadis itu hanya berdiam diri saja.

Kereta di hentikan. Kini mereka berada di belakang Uni. Gabriel terus menoleh ke arah gadis nya yang masih termenung melihat keluar tingkap.

" Adelea.. " panggil nya.

Namun gadis itu tak menjawab sama sekali. Gabriel terus menyentuh paha gadis itu.

Elice yang baru saja tersedar terus menoleh ke arah lelaki itu. " Dah sampai. " Ujar Gabriel.

GABRIEL AIZEN (OG)Where stories live. Discover now