"Permintaan Lia"

194 21 24
                                    


(Spesial Acep-Yeji)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yeji melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul 16.30. Gadis cantik yang mengambil jurusan hukum itu baru saja menyelesaikan kelasnya untuk hari ini. Sedangkan sahabatnya, Lia, yang memilih jurusan sastra Indonesia sudah pulang karena hanya ada kelas pagi.

"Mau pulang Ji?" Yeji melirik ke arah temannya.

"Iya Dan"

Pemuda bernama Wildan itu mengangguk "Mau bareng gak?"

"No thanks, gue naik angkot aja"

"Emang motor lo kemana?"

"Lagi males bawa motor"

"Oh gitu. Yaudah mending bareng gue, gratis"

Yeji memutar matanya malas, ia berniat untuk menjawab sampai tiba-tiba ponselnya berdering tanda panggilan masuk.

"Assalamualaikum, napa Cep?"

"..... "

"Iya baru keluar, ini lagi nunggu angkot"

".... "

"Oke, Walaikumsalam"

Panggilan terputus, Yeji kembali memasukkan ponselnya kedalam saku jaketnya.
"Mau bareng gak?" Tawar Wildan kesekian kalinya.

"Gak usah, gue udah dijemput"

"Dijemput siapa?"

"Kepo lo kek Dora" Bukannya sebal, Wildan malah tertawa dengan nada jutek Yeji. Pemuda tampan itu sudah kebal dan hafal betul dengan sifat Yeji karena mereka teman sekelas waktu SMK dulu.

"Yaudah iya gue gak bakal nanya lagi. Tapi gue temenin ya ampe jemputan lo dateng"

"Terserah"

Beberapa menit kemudian sebuah motor berhenti di depan mereka. Si pengemudi mengenakan helm fullface dan jaket hitam yang melapisi kemeja lapangan khas anak jurusan BKP.

(Yang punya lagu Highway 1009 by Enhypen boleh sambil di play ya🎵)

"Jemputan gue udah nyampe, gue duluan ya Dan"

"Iya Ji, ati-ati"

Yeji berjalan menghampiri sosok tersebut yang langsung memberikan helm tambahan untuk gadis tersebut kenakan. Setelah memakai helm, Yeji mendudukkan dirinya di boncengan belakang dengan menjadikan tas ranselnya sebagai pembatas antara punggung si pengendara dan tubuh depannya agar tidak menempel.

"Udah?"

"Udah, gas mang!" Ucap Yeji sembari menepuk bahu si pengendara yang tak lain adalah Acep.
Ya semenjak Ram dan Jian memiliki motor sendiri, akhirnya Acep pun memakai motor miliknya pemberian dari Cahyo saat ia ulang tahun kemarin.

Acep terkekeh dan melajukan motornya membelah jalanan ibu kota di sore hari yang cukup teduh ini. Tidak ada pelukan sebagaimana pasangan ketika berboncengan. Jangankan pelukan, Yeji saja hanya memegang tasnya yang menjadi pembatas antara ia dan Acep, persis seperti naik motor dengan mamang ojek. Namun keduanya tetap menikmati perjalanan diselingi obrolan ringan.

Ini adalah kali pertama Acep menjemput Yeji. Karena biasanya putri dari Agus itu membawa motor sendiri, dan kebetulan juga jarak B&S tempat Acep pkl dan kampus Yeji memang tidak begitu jauh. Jadi saat gadis itu berkata jika kelasnya sudah selesai bertepatan dengan Acep pulang pkl, akhirnya si sulung Syarifuddin itu memutuskan untuk menjemput Yeji.

"Tumben bawa motor Cep"

"Iya Teh, soalnya biar lebih gampang aja kalo mau kemana-mana. Emangnya kenapa?"

"Asep Family"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang