"Aisyah &Ayen"

268 28 16
                                    

Seorang remaja tengah terdiam menatap seorang gadis yang terlihat murung di dalam kamarnya. Dengan perlahan, kaki panjangnya ia langkahkan menuju sosok cantik tersebut.

"Galau mulu Teh, ikan cupangnya Jian seminggu galau besoknya mati"

"Bacot Ram, gue lagi gak semangat debat sama lo"

Remaja tampan bertubuh tinggi itu tertawa pelan dan duduk di sisi ranjang milik si gadis.
"Butuh pelukan gak? Anggap aja Ram itu Kang Sobin. Tinggi Ram sama kang Sobin kan sama" Ram merentangkan tangannya lebar.

Gadis tersebut, Lia, nampak terdiam. Sebelum akhirnya berbalik dan langsung masuk kedalam dekapan adik sepupunya dari pihak ayah.

"Kalo mau nangis, nangis aja Teh" Bisik Ram sembari mengelus punggung Lia. Dan benar saja, gadis itu langsung terisak hebat. Cengkramannya pada baju Ram menguat, bahkan kain dibagian dada remaja tampan itu sudah basah akibat air mata si kakak sepupu.

"Gue sayang banget sama Sobin Ram"

"Iya Ram tau Teh. Tapi teteh gak bisa gini terus, kang Sobin juga pasti sedih kalo tau teteh nangisin dia mulu."
Ram memang anak yang konyol, namun diwaktu tertentu ia bisa mengeluarkan sikap dewasa dan perhatiannya yang jarang sekali orang tau.

"Gue selama ini ngira kalo cinta gue bertepuk sebelah tangan Ram, tapi ternyata Sobin juga suka sama gue dari lama. Dan dia baru mau bilang disaat dia mau pergi, kurang ajar bangetkan?. Gue ngerasa kok ngenes banget kisah cinta gue, gak bisa apa kisah cinta gue semanis kisah orang?"
Ram mengangguk paham, karena ia pun sering berfikir seperti itu. Ia yang selama satu tahun ini mengejar cinta seseorang yang bahkan tak pernah meliriknya sedikitpun, jelas paham rasanya.

"Ram ngerti yang teteh rasain, tapi kang Sobin pasti punya alasan kenapa gak bilang suka dari dulu kan? Dan buat pemikiran teteh yang bilang kalo kisah cinta teteh gak semanis orang lain, mungkin bukannya engga teh, tapi belum. Kita gak tau di masa depan bakal kayak apa? Bisa ajakan nanti teteh bakal bahagia?"

"Iya Ram, makasih ya. Gue jadi agak tenang setelah luapin semuanya. Gue yakin siapapun cwek yang jadi pacar lo nanti pasti beruntung" Lia mendongak menatap wajah tampan adik sepupunya itu. Ya bagaimanapun adiknya ini memang tampan diluar tingkah absurdnya. Gen Kai dan Lilis memang tidak diragukan. Apalagi Lilis kan adik ayahnya yang sering mendeklarasikan diri sebagai worl wide handsome Bangtan Asri.

"T-teh, liatinnya jangan gitu, ntar suka lagi sama Ram"
Lia menatap datar Ram "Sorry gak minat, gue gak mau di duain sama domba kayak Bi Lilis"

"Ehehe ngomong-ngomong soal domba, Ram kangen banget sama Roberto selama di Jakarta, gak nyangka dia udah tumbuh gede sekarang, Ram jadi terharu" Ujarnya dengan semangat yang ditanggapi dengusan oleh Lia.

"Lia, ada yang mau ketemu tuh" Lia yang masih dalam posisi memeluk Ram melirik ke arah pintu kamarnya yang terbuka lebar. Disana ada Siti yang tersenyum melihat interaksi anak dan ponakannya.

"Iya Ma"

Lia langsung melepas pelukan Ram kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci muka. Kemudian keluar dari kamar meninggalkan Ram yang malah rebahan di ranjangnya sembari bermain ponsel.

Saat tiba di ruang tamu, Lia melihat seorang perempuan bercadar yang tengah menggendong bayi, dan disebelahnya ada seorang gadis cantik berhijab putih.

"Bi Jihan?" Sapanya kemudian mencium tangan Jihan, calon ibu mertuanya. Eh? Ibu Sobin maksudnya.

"Lia, gimana kabarnya?" Tanya Jihan sembari mengelus surai Lia lembut.

"Alhamdulillah baik Bi"

"Yakin?"

"Mmm... eheheh ya gitu, kadang masih suka galau kalo kepikiran Sobin eheheh" Jawabnya jujur. Jihan terkikik sedangkan Siti menepuk keningnya tak habis pikir.

"Asep Family"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang