"Trauma"

438 55 17
                                    

Jajang terperanjat saat sadar jika ia tertidur di gazebo samping hotel yang menghadap laut. Tadi setelah dari kamar Asep, ia memang diam di gazebo sembari bertelpon ria dengan sang istri.

"Waduh gawat! saya lengah jagain pak bos nih, bahaya kalo si mak lampir nyuri kesempatan. Mana hape abis batre lagi" Buru-buru ia bangkit dan sedikit merapikan jasnya. Sesampainya di depan pintu kamar hotel milik Asep, pria 40 tahun itu malah berpapasan dengan Sofia yang baru keluar dari pintu tersebut. Untuk memastikan, ia lihat nomor dipintu kamar sekali lagi dan benar itu memang kamar milik bosnya.

"Ibu Sofia sedang apa di depan pintu kamar milik Pak TJ?" Tanyanya penuh selidik. Perempuan cantik itu terkekeh ringan kemudian membenarkan kerah jas milik Jajang sembari berbisik. "Pak TJ tampan sekali saat tidur ya, apa selelah itu menjadi CEO B&S sampai saya kasih servis dia tidak terusik sama sekali kkkkkk"

Jajang mengepalkan tangannya menahan emosi. Sofia melepaskan tangannya dari kerah jas Jajang, kemudian ia tatap wajah blasteran milik asisten TJ Syarifuddin tersebut. "Santai saja Jack, kamu tidak perlu ikut campur, ini urusan saya dengan bos kamu." Ucapnya kemudian pergi meninggalkan Jajang dengan segala umpatannya.

"Bener emang kata Asep, gak boleh tidur sore ntar diganggu jin, bukan jin lagi diamah tapi setan, anjing, bangsat, lonte, ulerrrrrrr hih!" Jajang terus saja memaki Sofia juga kelalayannya sendiri dalam menjaga Asep. Sampai tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Lah, pak boss sekarang dimana?!"

Jajang kembali berlari mencari keberadaan Asep dan untungnya ia bertemu dengan bosnya itu di lobi hotel.
"Jang, kamu dari mana aja saya cariin gak ada, di telpon juga gak aktif"

"Duh maaf Pak bos tadi saya ketiduran di gazebo depan, mana hape mati lagi"

"Yaudah gapapa, sekarang kita harus cepet kebandara, saya udah pesen tiket penerbangan tercepat ke Jakarta."

"Loh, kok buru-buru Sep? Bukannya masih dua hari lagi kepulangan kita?"

"Tadi Lia, ponakan saya telpon katanya Acep masuk rumah sakit, tenggelam, trauma nya kambuh lagi" Jajang tentu terkejut dengan kabar tersebut. Dan keduanya langsung menuju bandara, untung saja pekerjaan mereka selesai lebih cepat, jadi pulang lebih dulu tidak masalah.

Selama di dalam pesawat Asep terlihat melamun. Jajang yang ingin bertanya masalah Sofia pun jadi ragu. Namun Asep sadar dengan kegelisahan asistennya itu. "Kenapa Jang?"

"Gak papa Sep, itu, cuma mmm.... kamu sadar gak kalo tadi ada Sofia dikamar kamu?" Asep mengangguk. "Saya sadar pas dia manggil saya, tapi karena panik masalah Acep saya gak terlalu nanggepin. Untuk saat ini saya mau fokus ke Acep, buat masalah Sofia kita lupain dulu, tapi saya minta tolong ke kamu sama Lukas, tolong cari tau apa aja yang dia lakuin ke saya beserta barang bukti apapun itu, takutnya dia muncul dihadapan istri saya dan bilang aneh-aneh"

"Oh kayak yang di sinetron-sinetron gitu ya Sep? Nanti dia ngaku-ngaku hamil anak kamu, terus istri kamu percaya, kalian berantem terus cerai--"

"Hush ah! Apaan bawa-bawa cerai. Apapun yang terjadi saya lebih milih keluarga saya"

Jajang mengangguk paham "Bener Sep, berarti kamu penganut keluarga cemara ya? Karena harta yang paling berharga adalah keluarga"

"Ini lagi serius Jang, jangan ngelawak." Asep memijat pelipisnya.

"Biar gak tegang-tegang amat Sep eheheh"

.....

Asep sampai di rumah sakit tempat Acep dirawat pukul satu dini hari. Ia tak menghiraukan tubuhnya yang lelah karena perjalan Bali-Jakarta, yang ia pedulikan hanya keadaan putranya. Rupanya Acep sudah dipindahkan ke ruang rawat, disana sudah ada Ram, Jian, dan Cahyo.

"Asep Family"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang