"Teman Baru Zam"

198 33 8
                                    

"Safa, Safa harus ikut Umi. Nanti kalo kamu udah agak gede baru bisa tinggal sama Aa" Ucap Acep sembari menimang adiknya. Asep dan Jennie yang melihat itu hanya terkekeh pelan.

Hari ini Jennie, Asep, Minji, Zam dan Niki akan kembali ke Nangka Runtuh. Tentunya ini kali pertama si kembar akan datang ke tanah kelahiran Abi dan kakaknya. Namun sedari tadi Safa rewel tidak ingin lepas dari Acep. Setiap Acep menyerahkan gendongannya ke Abi, Umi atau Minji, Safa langsung menangis.

"Nah loh Ji, Safa nempel ke Acep. Jadi sekarang kamu bukan kesayangan Acep lagi" Ledek Asep.

"Biarin, Minji kan sekarang punya Iki"

"Eh?"--Niki

"Kayak A Iki mau aja sama teteh" Celetuk Zam.

Acep, Asep dan Jennie otomatis tertawa mendengar celetukan Zam. "Padahal cuma satu hari kamu nempel ke Teh Yeji, tapi ilmu savagenya udah nurun ya" Ucap Minji sembari menggeleng pelan. Sedangkan Zam hanya mengangkat bahunya tak perduli.

"Terus gimana dong ini Safanya?" Acep menatap Umi dan Abinya bingung.

"Iki coba gendong boleh A?"

"Yaudah nih coba" Dengan perlahan Acep menyerahkan Safa ke Niki. Dan ternyata bayi cantik itu tidak menangis seperti saat digendong Abi Umi dan Tetehnya.

"Masih bayi tapi udah tau yang mana cogan" Julid Minji.

"Turunan Umi kamu banget Ji" Bisik Asep yang diangguki Minji.

Setelah Safa anteng dengan Niki, mereka pun langsung berangkat ke Nangka runtuh. Karena besok Minji, Niki dan Zam sudah masuk sekolah begitupun dengan Acep.

"Semangat belajarnya, jangan males apalagi kamu bakal mulai PKL kan?"

Acep yang tengah melepas sabuk pengaman nya mengangguk. "Iya Abi. Kalo gitu Acep duluan ya. Abi, Umi, Ji, Zam, Niki, hati-hati dijalannya. Assalamu'alaikum... "

"Waalaikumsalam... "

Acep tersenyum kemudian keluar dari mobil. Ia melambaikan tangannya saat mobil milik Abinya mulai melaju pergi. Baru saja Acep akan masuk ke gerbang kosan, tiba-tiba terdengar suara teriakan.

"ACEP!"

"MY SOULMATE!!"

Bruk!

Brugh!

"Aduh!"

"Kaki saya ke gencet aduh!"

"Huhuhu saya kangen sama kamu Cep"

"Ram sadar body dong kamu tuh gede!" Pekik Jian yang tertimpa tubuh bongsor Ram.

Ya jadi yang memanggil Acep itu Ram dan Jian yang kebetulan juga baru sampai setelah menghabiskan liburan di kampung. Tadi keduanya menubruk Acep, sehingga si sulung itu jatuh dan tertimpa tubuh Jian dan Ram.

"Kalian ngapain tindih-tindihan di depan pagar?" Tanya Chandra yang baru sampai setelah membeli makanan diwarung.

"Ehehhe abang Chan" Ketiga anak itu hanya cengengesan kemudian bangkit dan langsung mengekor Chan kedalam kosan.

"JAUHIN DARI GUE WOY!"

"YEN PLEASE YEN GUE GELI SUMPAH! JAUHIN!"

Ram dan Jian saling tatap bingung saat melihat Abin dan Jeno naik ke atas sofa. Sedangkan di depan mereka ada seorang bocah bermata rubah dengan gigi berbehelnya tengah memegang cicak.

"Ayen gak boleh gitu, kasian itu bang Jeno sama bang Abinnya" Lerai Chan.

"Ah abangmah gak asik!"

"Dia siapa?" Tanya Jian yang diangguki Ram.

"Asep Family"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang