20. Sang penulis

11 4 0
                                        

🍃🍃🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🍃🍃

"Cerita yang terucap dari mulut atau tersurat dalam tulisan kadang terasa menyeramkan, karena setiap langkah yang kita ambil, hanya ingatan dari kisah orang lain atau kata-kata buku yang terngiang dalam pikiran. Bukan sambutan hangat dari mereka yang kita temui, melainkan bayangan cerita yang lebih dulu menghiasi benak"

Written by Sarah Asiyah

***

Baylee menyengritkan dahinya ke arah pintu keluar, matanya mengerut tajam saat melihat sosok yang dikenalnya, Zacharias. Pria itu belum menyadarinya, terlalu asyik berbincang dengan seorang Wanita, mungkin rekan kerja, pikirnya. Tanpa ragu, Baylee mulai melangkah, mendekati mereka. Ketika ia semakin dekat, Zacharias akhirnya menyadari kehadirannya dan memberikan senyum hangat ke arahnya.

Baylee melambaikan tangannya perlahan, menyambut Zacharias. Namun, ketika wanita di sampingnya berbalik, Baylee terdiam sejenak. Senyum canggung merekah di wajahnya ketika dia mendapati bahwa wanita itu adalah Tiva. Perempuan yang jadi topik hangat tadi malam.

"Selamat sore, Baylee," Zacharias menyapa dengan santai.

"Sore," jawab Baylee sambil mengangguk kecil, matanya bergantian menatap Zacharias dan Tiva.

Baylee mendengus kesal dalam hati mengingat percakapan dengan Dayana dan Chloe tadi malam. Dayana yang menceritakan kisah dari buku yang dibacanya, sementara Chloe justru semakin memperkeruh keadaan dengan membenarkan cerita itu, membuat Baylee semakin curiga. Terutama dengan sikap Tiva yang dalam diceritakan sangat manipulative.

Baylee memandang ke arah Tiva dengan kecurigaan yang disembunyikan rapat. Wanita itu berdiri di hadapannya dengan senyum lembut yang membuat orang lain merasa nyaman. Sosok Tiva, dengan kecantikan dan keramahan yang hampir sempurna, tidak sesuai dengan gambaran Tara yang digambarkan sebagai sosok licik dan jahat dalam buku *3 Wanita petualang*.

"Bagaimana kabarmu, Baylee?" suara Tiva lembut, penuh perhatian.

Baylee terkesiap, tersadar dari pikirannya yang gelisah. Dia berusaha menyembunyikan kecurigaannya di balik jawaban singkat. "Baik, Nona," jawabnya tanpa banyak basa-basi, suaranya datar. Namun, pikirannya masih penuh dengan pertanyaan. Mengapa wanita secantik dan sebaik Tiva bisa dikaitkan dengan karakter Tara yang begitu kejam dalam cerita itu?

Zacharias yang ada di sebelahnya menoleh dan berkata, "Kau sudah mau pulang?"

Baylee segera menoleh pada Zacharias, namun pikirannya kembali melayang pada buku yang dibacanya. Jika benar Zaferino adalah Zacharias, bukankah seharusnya pria ini membenci Wanita ini? Namun, saat ia tenggelam dalam pikirannya, suara Zacharias kembali menyadarkannya.

"Baylee," panggil Zacharias pelan namun tegas.

"Iya," jawab Baylee sedikit tersentak dari lamunannya

"Biar saya antar," tawar Zacharias dengan senyum ramah.

Dunia SamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang