Prolog

50 6 1
                                    

🍃🍃🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🍃🍃

Written by Sarah Asiyah

Cahaya terang menyinari lorong panjang dalam bangunan misterius yang penuh dengan ruangan-ruangan tertutup. Mirip dengan ruang isolasi di penjara asal mereka, ruangan-ruangan itu menimbulkan rasa takut dan penasaran bagi ketiga wanita muda yang berlari terengah-engah, mencoba mengejar sumber cahaya tersebut. Lorong yang seolah tak berujung membuat mereka semakin terheran-heran, karena setiap langkah yang diambil terasa membawa mereka lebih jauh dari tujuan.

Mereka berhenti berlari saat melihat ruangan terbuka begitu saja di sepanjang lorong. Seorang pria duduk di kursi jauh di ujung ruangan yang sangat besar. Ruangan itu begitu luas hingga ketiga wanita muda harus menyipitkan mata untuk melihat dengan jelas sosok pria tersebut.

Pencahayaan yang redup membuat bayangannya tampak samar, tetapi mereka bisa melihat bahwa dia duduk dengan postur tegak dan tenang, seolah-olah dia telah menunggu mereka.

Pria itu terlihat berwibawa, meski jarak yang jauh membuat detail wajahnya sulit dikenali. Hanya tatapan dingin dan aura kehadiran yang kuat yang dapat mereka rasakan, membuat mereka merasa kecil dan rentan di tengah ruangan yang luas itu. Suara napas mereka terdengar jelas dalam keheningan, mengisi ruang yang terasa semakin menekan dengan setiap detik yang berlalu.

Langkah kaki yang mendekat dari belakang menggema dengan nada berat, memberikan sinyal akan bahaya yang mendekat. Suara Langkah kaki semakin jelas terdengar, mengungkapkan kedekatan para pengejar yang tidak akan lama lagi tiba. Langkah-langkah itu diikuti oleh dua gagak raksasa dengan ukuran yang menakjubkan, sayap mereka terbentang lebar dan bergetar, menciptakan angin kencang yang membuat suasana semakin mencekam.

Gagak-gagak tersebut bergerak anggun di udara, tetapi kehadiran mereka jauh dari menyenangkan. Salah satu gagak, yang lebih besar dan tampak lebih menakutkan, menanggung seorang pria gagah di atas punggungnya. Pria tersebut memiliki postur yang tegap dan penuh wibawa, dengan tatapan tajam yang menunjukkan kekuatan dan determinasi. Keseluruhan penampilannya menambah rasa intimidasi yang menyelimuti suasana.

Ketiga wanita yang berada di tempat tersebut merasa cemas. Mereka berada di tengah-tengah kerumunan orang-orang yang siap membunuh mereka kapan saja. Kepungan itu memerangkap mereka dalam situasi yang semakin sulit, di mana setiap gerakan harus diperhitungkan dengan hati-hati. Ketegangan meluap, sementara ketiga wanita tersebut berusaha mencari jalan keluar, mengetahui bahwa setiap detik bisa menjadi detik terakhir mereka

***

3 September 2024

Dunia SamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang