Dayana, Baylee, dan Chloe terjebak di sebuah dunia yang penuh misteri dan rahasia kelam. Dayana, sebagai pemimpin rela mengorbankan dirinya demi menjaga kedua temannya dari bahaya Di dunia asing ini, banyak keanehan yang mereka temui, namun satu hal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍃🍃🍃
Andai dunia ini lebih dari sekadar bumi, tentu setiap dunia memiliki kisahnya sendiri yang tak akan pernah serupa. Namun, rasa penasaran yang mengalir dalam darah manusia, tak henti-hentinya mendorong mereka untuk mengejar misteri di balik setiap horizon yang berbeda.
Written by Sarah Asiyah
***
Chloe menghela napas pelan sambil menatap dedaunan apel di atasnya yang melindungi mereka dari sengatan matahari. Pohon apel itu memiliki batang yang besar dan kuat, dengan daun-daun yang begitu lebat hingga mereka duduk nyaman di bawah naungannya. "Aku tidak tahu kalau kejadian Dayana digendong oleh Rexton akan seheboh ini," gumam Chloe, sedikit merasa jengkel. Ia menggeser posisi duduknya agar lebih nyaman di tanah yang dingin.
Di sebelahnya, Sharlach menatap lurus ke depan, kedua lengannya bersilang, bersandar ke batang pohon dengan sikap yang tenang. "Bukan hanya kau yang ditanyai oleh para Matera di dapur kehangatan," jawabnya dengan suara yang datar namun penuh keyakinan. "Semua Paratsava juga bertanya padaku, terutama karena aku sering bersama kalian bertiga. Mereka penasaran apa yang sebenarnya terjadi."
Chloe menggeleng kecil, sedikit terkejut. "Apakah kejadian kemarin benar-benar aneh? Sampai-sampai Matera Cia juga ikut bertanya padaku."
Sharlach menatap lurus ke depan, nadanya dingin dan serius saat berbicara. "Tindakan Tuan Rexton kemarin akan terus menjadi perbincangan, Chloe. Karena itu pertama kalinya beliau mengungkapkan pada penduduk. Bukan hanya soal bagaimana Dayana digendong, tapi luka-luka yang Dayana alami parah membuat seluruh penduduk jadi ketakutan."
Chloe menatap Sharlach dengan mata terbuka lebar, sulit mempercayai apa yang baru saja didengarnya. "Dayana korban pertama?"
Sharlach menggeleng perlahan, napasnya terdengar lebih berat. "Bukan, ada beberapa Paratsava sebelumnya yang juga menjadi korban akibat penyakit Tuan Rexton. Namun, semua kejadian itu ditutupi rapat-rapat agar tidak mengganggu ketenangan penduduk. Mereka tidak tahu, dan memang sebaiknya tidak tahu."
Chloe terdiam, merasakan perutnya mengerut karena rasa takut dan cemas. "Jadi... Dayana hanya sial karena berada di tempat yang salah pada waktu yang salah?"
"Ya," jawab Sharlach tanpa ragu. "Dayana tidak beruntung karena memasuki hutan dekat air terjun. Itu wilayah yang tidak boleh dikunjungi oleh siapa pun selain Tuan Rexton, karena biasanya tuan berada di sana saat penyakitnya kambuh. Di tempat itu, Tuan Rexton bisa menyelesaikan masalahnya tanpa melibatkan orang lain."
Chloe menggigit bibirnya, mencoba memahami semua informasi yang baru saja ia dengar. "Penyakit apa sebenarnya yang dia derita? Kenapa harus dirahasiakan?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesak.
Sharlach menggeleng pelan, pandangannya terpaku pada tanah di bawah kakinya. "Saya juga tidak tahu, Chloe. Tuan Rexton tidak pernah mengatakannya. Bahkan Tuan Zacharias, yang lebih dekat dengannya, juga tidak memberitahu kami. Namun, orang-orang yang pernah mengalami kejadian mengerikan sebelum Mara dibangun sering membicarakan hal ini. Gejala yang dialami oleh Tuan Rexton mirip sekali dengan orang-orang tak terkendali di dunia Indi."