Dayana, Baylee, dan Chloe terjebak di sebuah dunia yang penuh misteri dan rahasia kelam. Dayana, sebagai pemimpin rela mengorbankan dirinya demi menjaga kedua temannya dari bahaya Di dunia asing ini, banyak keanehan yang mereka temui, namun satu hal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍃🍃🍃
"Ku kira dunia ini akan membosankan, namun nyatanya aku kembali lagi ke perpustakaan, meskipun bukan di bumi, rasanya semua tetap sama, hanya saja dengan tulisan yang berbeda. Seolah hidupku dihidupkan kembali untuk belajar. Awalnya, kupikir belajar hanyalah rutinitas, tapi ternyata, itulah kesenanganku yang sesungguhnya."
Written by Sarah Asiyah
***
Setelah Sharlach mengajarkan Baylee, Dayana, dan Chloe cara membaca tulisan dunia Samara, hari-hari mereka di perpustakaan menjadi lebih intens. Pada awalnya, mereka merasa kebingungan dengan huruf-huruf asing yang tampak seperti kode misterius. Setiap huruf dunia Samara terasa aneh dan sulit dipahami. Namun, dengan bantuan abjad Bumi yang mereka tuliskan di selembar kertas, mereka mulai menghubungkan makna dan bentuk. Hari demi hari, mereka duduk bersama, mencoba membaca dan memahami buku-buku yang ada di perpustakaan, meski masih dengan bantuan catatan kecil mereka.
Pada hari ketiga, Baylee dan Chloe sudah mulai kelelahan. Mata mereka berkunang-kunang setelah menatap deretan huruf-huruf asing yang tampak tak berujung di halaman buku-buku tebal. Setiap kata terasa seperti teka-teki yang melelahkan. Meskipun mereka tetap berusaha, rasa lelah itu tak bisa disembunyikan. Kening mereka berkerut, dan sering kali mereka harus berhenti sejenak untuk mengistirahatkan mata. Hingga akhirnya, dengan wajah lesu dan sedikit frustrasi, Baylee dan Chloe memutuskan untuk menyudahi upaya mereka untuk hari itu. Mereka menghela napas panjang, meninggalkan perpustakaan dan kembali ke rutinitas mereka yang lain.
Namun, Dayana berbeda. Saat Baylee dan Chloe memilih untuk mundur, rasa ingin tahu Dayana justru semakin membara. Alih-alih merasa lelah, ia seolah semakin tertarik dan terdorong untuk terus menggali makna di balik huruf-huruf dunia Samara. Dengan catatan huruf yang ia buat sendiri sebagai panduan, Dayana terus berkutat di perpustakaan. Setiap kali ia membuka sebuah buku, matanya menyusuri kata-kata itu dengan tekun, mencoba memahami dan menghubungkan apa yang ia pelajari.. Dayana juga Bahkan menunda latihan bela diri dan menemukan ketertarikan baru, yang jauh lebih memikat daripada aksi fisik.
Pada hari keempat, Dayana sudah tidak memerlukan catatan hurufnya lagi. Setiap judul buku di rak-rak itu mulai terbaca dengan jelas di matanya. Seperti seorang peneliti yang gigih, ia melangkah lebih dalam ke dalam dunia literatur Samara, membiarkan rasa ingin tahunya membimbing langkahnya. Latihan bela diri yang pernah memenuhi pikirannya kini telah terlupakan. Sebagai gantinya, Dayana tenggelam dalam dunia kata-kata, huruf-huruf, dan pengetahuan yang tersembunyi di antara lembaran-lembaran buku.
Dayana berdiri di depan rak buku, matanya menyusuri setiap judul dengan cermat. Tangannya berhenti pada sebuah buku yang menarik perhatiannya. "Tiga Wanita Petualang" gumamnya, membaca judul buku yang terukir halus di punggungnya. Ia mengambil buku itu dari rak yang telah ia telusuri sejak pagi, menyadari masih banyak rak lain yang belum ia sentuh.