Dayana, Baylee, dan Chloe terjebak di sebuah dunia yang penuh misteri dan rahasia kelam. Dayana, sebagai pemimpin rela mengorbankan dirinya demi menjaga kedua temannya dari bahaya Di dunia asing ini, banyak keanehan yang mereka temui, namun satu hal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍃🍃🍃
"Percaya atau tidak, ketika kita mulai benar-benar memperhatikan sesuatu, perlahan akan tumbuh sebuah ketertarikan yang halus, mengundang kita untuk terus mendekat"
Written by Sarah Asiyah
***
Di bawah langit Cerah dipagi hari, Dayana, Baylee dan Chloe berjalan perlahan menyusuri jalan menuju jembatan besar yang membentang di atas sungai. Angin lembut membawa aroma segar, sementara suara riuh rendah kehidupan di sekitarnya menemani langkah-langkah mereka. Sesekali, mereka tersenyum pada orang-orang yang berlalu lalang atau duduk santai di teras rumah, berbagi sejenak kebahagiaan kecil di tengah perjalanan panjang mereka.
Namun, semakin dekat mereka menuju jembatan, langkah Dayana tiba-tiba terhenti. Pandangannya tertuju pada sebuah Domatio yang lebih besar daripada yang lain, milik Rexton. Sebuah ingatan menghampiri pikirannya. tentang buku yang dibacanya kemarin, tentang Plato, sang penyelamat yang menurutnya adalah Rexton.
Dalam buku itu, tertulis bahwa Plato memiliki kekuatan yang dahsyat, namun kekuatan itu juga mendatangkan rasa sakit yang tak terduga. Rasa sakit yang bisa muncul kapan saja, tanpa peringatan. Pikiran Dayana berkecamuk. Mungkinkah alasan dia merasa sulit untuk berbaur dengan penduduk di sini adalah karena ketakutan? Takut bahwa rasa sakit yang ia alami akan menyakiti orang lain, dan bagaimana hal itu mungkin mengubah pandangan mereka terhadap dirinya.
Dayana memegang buku itu erat di tangannya, mengingat kembali halaman-halaman yang ia baca semalam. Di antara kalimat-kalimat yang terjalin rapi, ada sesuatu yang terasa janggal. Pengarangnya hanya menuliskan tentang gejala-gejala rasa sakit yang dialami oleh Plato. Rasa nyeri yang datang tanpa peringatan, rasa lemah yang mendadak menghantam tubuhnya. Namun, tidak ada penjelasan tentang penyebabnya. Tidak ada kisah tentang bagaimana atau mengapa rasa sakit itu muncul. Seolah-olah sang pengarang memang tidak ingin menuliskannya.
Dayana merenung. Semakin ia memikirkannya, semakin ia yakin bahwa kisah dalam buku itu bukan hanya fiksi semata. Mungkin sang pengarang takut untuk mengungkapkan kebenaran sepenuhnya. Mungkin dia memilih untuk menyamarkan nama-nama dan peristiwa demi melindungi seseorang atau dirinya sendiri.
Langkah kaki Baylee dan Chloe mulai melambat, menyadari bahwa Dayana tertinggal jauh di belakang mereka. Ketika mereka berbalik, mereka melihat Dayana berdiri mematung, tatapannya tertuju pada Domatio besar milik Rexton. Wajahnya terlihat termenung, seperti tenggelam dalam pikiran yang dalam.
"Dayana!" panggilan Baylee menggema di udara pagi, memecahkan keheningan yang melingkupi Dayana. Tersentak dari lamunannya, Dayana cepat-cepat mengikuti kedua temannya, mempercepat langkahnya hingga ia bisa menyusul mereka.
"Ngapain?" tanya Chloe dengan alis sedikit terangkat, menatap Dayana dengan rasa ingin tahu. Namun, Dayana hanya menggeleng pelan, enggan mengatakan apapun.