Hello apa kabarnya nihh??
Semoga baik selalu juga bahagia setiap hari yaa ☺️
Semuanya selamat membaca, semoga bab kali ini memuaskan hati kalian para pembaca🤗
********
"Takdir yaa, tertawa ketika melihat apa yang terjadi sejauh ini. Apa ini Takdir yang sebenarnya atau masih ada takdir lain yang mungkin lebih indah dari ini"
-Anara Shevaya Wiratama
********
“Dari mana?” ucap tegas Wira di depan Anara yang kini menunduk, nyatanya menipu sang ayah adalah sebuah kesalahan besar.
Gelengan Anara tunjukan “Tadi cuman ke cafe aja” jawab Anara mendongak melihat mata tajam itu.
“Lain kali jangan pernah menipu Ayah lagi Anara!!” ucap Wira tegas, melihat putrinya itu yang seketika terdiam. “Tadi kamu ijin apa ke Ayah? Coba ulangi?” tanya Wira masih dengan nada tegasnya.
“Emm, tadi Anara ijin ke cafe buat ngerjain tugas, Tapi sampai sana Anara bukan ngerjain tugas tapii bahas event bansos sama anak Bastrindo lainnya” jawabnya, suaranya semakin lirih takut? Tidak hanya tidak ingin sang Ayah kecewa.
“Tahu kan kalau lagi sakit? Teknologi sekarang itu lebih canggih Anara, kamu bisa bahas itu secara online” ucap Wira kembali dengan keras, Anara semakin menunduk ia tak berhasil untuk membuatnya Ayahnya agar selalu bahagia.
“Maaf, Ana ngak akan ulangi lagi dehh janji” ujarnya lirih mengundang senyum tipis Wira yang sangat mahal itu.
“Hmm, lebih baik sekarang kamu istirahat. Tepati janjimu!” peringat Wira sebelum pergi dari sana, kembali ke ruang kerja yang berada di ujung barat ruang tamu itu.
“Maaf sekali lagi ya Yah”
-Maaf, tawa kecil, juga janji semua palsu! Ngak ada yang asli semuanya, hanya beberapa orang aja yang bisa melakukan semua itu. Mereka yang ada, pasti memiliki janji yang sampai sekarang belum ditepati dengan alasan lupa atau lainnya. Tidak masalah juga, tapi janji itu mahal.
Banyak hal masih perlu waktu, banyak juga hal yang dirahasiakan namun belum terungkap karena adanya waktu. Waktu berlalu begitu cepat bukan? Waktu rahasia itu menjadi sebuah rahasia semakin singkat.
Anara Shevaya Wiratama, perempuan yang menyembunyikan penyakit Kanker otak nya selama 1 tahun lebih ini dari sang Ayah, sahabat dan semua orang yang ada dan ia kenal. Stadium 2 kata dokter Clara, terkadang penyakit itu datang melanda dengan pusing dan mimisan yang kerap terjadi.
“Santai” katanya “kalau rahasia itu harus terbongkar berarti itu sudah waktunya” lanjutnya bergumam, tawa hambar menyertai. Namun tawanya adalah kebalikan dari apa yang ia rasakan jika rahasia itu terbongkar, takut mungkin, atau tak ingin melihat mereka khususnya sang Ayah yang sudah bahagia itu sedih kembali.
Pesannya untuk mereka, Selamat Bahagia setiap hari.
Di hari baik yang indah, pantai juga keindahan lainnya dan senja yang menyertai. Sore hari setelah beberapa hari melewati hari dengan kecanggungan, tadi pagi Anara melihat sang Ayah yang sudah kembali seperti biasa dalam bersikap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Same Person
Dla nastolatkówAnara Shevaya Wiratama, seorang penulis terkenal yang menyembunyikan identitas nya juga banyaknya rahasia yang ia miliki. Mahasiswi Bastrindo dengan segala indah juga wajahnya yang cantik, rambut tergerai menjadi cirinya yang dapat mudah dikenali ol...