Haloww, apa kabar??
Semoga baik juga bahagia sekrang menular kepada mereka semua yang membaca...
Semua selamat membaca, semoga bab kali ini sesuai keinginan🤗
********
"Katanya fatamorgana bahagia itu ngak ada ya?"
-Anonim
********
Kevin Aprillio Mahatma, pria yang sudah mengagumi Anara sejak lama. Dengan segala ketampanan yang ia punya, seorang perempuan dengan segala diamnya berhasil membuat ia tertarik.
“Beda agama ngak bisa bersatu” sahut salah satu mahasiswi dari arah belakang Kevin, membuat semua tertawa.
Sedangkan sang empu yang di ajak bicara terfokus pada perempuan, yang masih mengunci pandangannya ke arah laki-laki tampan bergelar Ketua BEM itu.
“Iya dehh, kayaknya gue udah telat” gumam Kevin santai saat melihat tatapan Anara pada Ketua BEM itu.
“Kenapa menyerah kalau belum di coba, cari yang lain jangan gue” ucap Anara sebelum berlalu dari sana memasuki mobil bersama Naya.
“Sudah paham kok, dan sudah kebal juga sama penolakan. Terima kasih juga telah memberikan kesempatan, semoga berhasil ya, kalau nantinya ngak jadi api di hatinya semoga nanti jadi api di hati orang lain yang seagama juga” jawab Kevin menjelaskan, sebelum Anara berlalu.
“Menolak laki-laki ke berapa Ra? 23 ya?” tanya Naya melihat ke arah sahabatnya yang menatap lurus ke depan fokus dengan jalanan yang cukup ramai itu.
“Entah Nay, belum ingin. Ngak tau juga kan umur kita sampai kapan” jawab Anara tak mau membahas hal yang baru saja terjadi.
“Ehhh omongannya gak di jaga” ucap Naya menatap sinis bak bombastic side eye.
“Benar kan, apa Lo yakin kalo di ulang tahun Lo berikutnya Lo masih bisa tiup lilin, party atau lainnya?” tanya Anara menatap sekilas Naya yang duduk bersandar di passenger seat.
“Ya ngak sihh, tapi kan optimis dulu. Setidaknya kita sudah berpikir apa yang akan kita lakukan di hari esok, lusa atau bahkan 15 tahun yang kemudian” jawab Naya, diangguki oleh Anara.
“Banyak keputusan dari banyaknya manusia, banyaknya usulan dari setiap individu Nay. Kita ngak tau mana yang benar, tapi kita harus berusaha menghargai keputusan itu dengan cara menerima, dan melihat nantinya keputusan siapa yang paling benar” ujar Anara sedikit menjelaskan, terkadang Hakim saja butuh mendiskusikan keputusan meskipun ia yang memiliki keputusan akhir di sini.
“Mampir makan di bakso mang Ujang mau ngak?” tawar Naya setelah mereka saling terdiam, karena topik pembahasan sudah habis.
“Bolehh” serunya menjawab senyuman merekah terbit di bibir Anara.
“Jarang banget, tapi syukurlah Ra Lo masih bisa tersenyum selebar itu” gumam Naya dalam batinnya, melihat sahabatnya terlihat senang.
Hanya beberapa menit yang mereka butuhkan untuk menuju Warung Bakso pinggir jalan yang sudah terlihat ramai dari jauh itu.
“Mang, bakso kayak biasa ya 2 mangkok” seru Naya saat baru memasuki warung itu kepada penjual bakso yang menyambut mereka dengan ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Same Person
Ficção AdolescenteAnara Shevaya Wiratama, seorang penulis terkenal yang menyembunyikan identitas nya juga banyaknya rahasia yang ia miliki. Mahasiswi Bastrindo dengan segala indah juga wajahnya yang cantik, rambut tergerai menjadi cirinya yang dapat mudah dikenali ol...