#25. Satu Rahasia

8 2 0
                                    

Halowww

Apa kabarnya nihh?? Semoga baik, dan juga jangan lupa untuk bahagia dengan lama 🤗

Selamat datang kembali dan juga selamat membaca semua, 🤗

********

"Pertahankan bahagianya ya, jangan di sakiti lagi"

-anonim

********

Kisahnya masih panjang, namun masanya sebentar lagi selesai. Anara Shevaya Wiratama senang dengan banyak hal, termasuk membuat bahagia orang lain. Pertanyaan nya, bahagia dia abadi atau tidak ya?

“Bi, balik ke kamar yukk” lirih Anara diangguki oleh Bi Inah yang langsung sigap membantu Anara berdiri.

Tentang dia yang memperhatikan dari jauh, jangan lagi ya. Datang untuk memberi kesal namun pergi memberikan luka, dia adalah Nazero Sanjaya.

“Tunggu” panggil Zero membuat mereka berhenti dari langkah, Bi Inah di minta untuk pergi duluan oleh Anara. Kini hanya ia dan Zero yang ada di sana, terdiam tanpa kata.

“Gue bantu ya, buat semua” ujar Zero pada akhirnya, bukan meremehkan seseorang yang kuat di sampingnya itu namun jika ia bisa, ia harap diizinkan untuk membantu perempuan hebat itu.

Menghela nafas pelan “Sudah sampai mana mengetahuinya?” bukan jawaban namun pertanyaan yang ia lontarkan. Ia harap, ikut campur bukan tipe Zero namun ia salah besar, laki-laki itu masuk ke dalam ranahnya.

“Maaf, bukan bermaksud ikut campur. Tapi Lo adalah manusia sosial, yang butuh orang lain buat bantu apa yang disebut masalah itu dalam diri Lo” ujarnya.

“Lalu?” Anara menaikkan sebelah alisnya “Lo bukan orang yang di takdirkan untuk mengisi masa bantu, jadi untuk apa ikut campur?” lanjutnya bertanya.

“Apa harus masuk ke masa bantu? Untuk jadi orang baik?” tanya Zero, Anara kalah telak kali ini.

“Ngak, cuman seharusnya sadar diri kalau Lo bukan ada untuk membantu. Lo datang hanya untuk menyampaikan sesuatu Nazero Sanjaya” ucap Anara lalu melangkahkan kakinya pergi dari sana.
Kembali ke kamar dengan bau obat itu, kembali berbaring di atas kasur dengan sprei berwarna biru rumah sakit, kembali memejamkan mata guna menenangkan diri dari hiruk pikuk dunia luar.

Tenang namun rasanya sakit sekali, berada di sini bukan menjadi keinginan setiap manusia. Terkadang datang untuk melihat sedih dan terkadang datang untuk menjemput jasad. Gelap, kejam, dan takdir memang bekerja di sini.

-Dia yang berjuang, semangat ya. Jangan menyerah hanya karena hal kecil yang melukai, apalagi urusan laki-laki.

“Om, kapan sadarnya sihh?” lirih Naya melihat Wira yang terbaring jauh di dalam sana. Terhalang kaca, yang menjadi pembatas antara sehat dan sakit.

“Nanti”

Menoleh, melihat laki-laki itu lalu memutar bola matanya malas “Lo kapan sihh pulang? Bosen gue lihatnya” ujar Naya, kembali duduk.

“Nanti, ketika waktu dan takdir menjadi satu untuk menentukan” jawab Navaro lirih, melihat perempuannya itu.

Ketika mereka adalah salah satu dari banyaknya orang yang berhasil ia buat bahagia.  Memberikan support dan doa kesempatan untuk ia yang mengusahakan.

Nothing Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang