#11. Diamnya Senjatanya

7 3 4
                                    

Halowww

Apa kabar nihh?? Semoga baik juga selalu bahagia ya 🤗

Selamat membaca kisah mereka juga, semoga bahagia di dapatkan setelah membaca cerita ini 🤗

********

"Diamnya ada senjatanya"

-Anonim

********

"Rahasia kalian begitu banyak entah hanya ini atau masih ada lagi yang lain" gumamnya, gumam seseorang yang memperhatikan itu.

Rahasia tentang banyak hal, meskipun tak terungkap di dunia nantinya akan terungkap di masa itu kan? Masa dimana kita berkumpul?

Banyak hal yang diketahuinya, dia memang diam tapi rahasianya juga lebih besar dari diamnya itu. Diam bukan berarti lemah dan bisa untuk se-enaknya ditindas, diam adalah senjata paling tajam ketika mereka berbicara walau hanya satu kata.

Takut? Jangan ia hanya ingin berbicara seperti kalian yang banyak bicara, namun sepatah kata yang dia ucapkan kenapa bulu kuduk kalian meremang? Karena takut? Lemah!

"Ra, wajah Lo pucat banget?" ucap Naya, jelas mereka telah selesai tepat pukul 12 siang. Kini mereka berjalan untuk menuju kantin, itu pun karena Anara yang meminta, alasannya belum sarapan pagi tadi.

Gelengan Naya dapati, "Sifat asli Lo itu buat gue takut Ra" gumamnya dalam hati, lalu memesan teh hangat juga soto ayam di kantin itu.

"Nay? Kenapa?" tanya Anara, senyum tipisnya membuat Naya sedikit khawatir. Wajah itu, wajah ketika Anara datang di mimpinya beberapa hari lalu.

"Lo beneran ngak papa? Kalo ngak fit kita pulang aja" ujar Naya, memegang lengan Anara yang bisa ia rasakan dingin itu.

Lagi-lagi gelengan yang Naya dapati "Gue gak papa, kenapa sih?" tanya Anara, melihat raut wajah Naya yang tak seperti biasanya.

"Ya ngak, muka Lo pucat banget soalnya" ucap Naya mengutarakan apa yang ia khawatirkan.

"Kelihatan ya Nay?" tanya Anara lirih "Kalau gue udah selesai, lanjutin ya Nay" ujar Anara kemudian namun lebih lirih, bahkan hanya bibirnya saja yang berbicara tanpa suara yang keluar.

"Ngak terlalu kelihatan banget, karena senyuman Lo" jawab Naya setelah mengambil sendok serta garpu, untuk menyantap soto yang ia pesan hal itu juga ia lakukan untuk Anara.

"Lo juga, bedak Lo ketebalan bekas Lo nangis semalem sampai ngak kelihatan" jawab Anara, membuat mereka terkekeh kecil bersama.

Kekehan kecil mereka terhentikan ketika, mereka dua laki-laki itu duduk dengan membawa makanan nya.

"Boleh kan?" tanya Elvano dengan nada kebanggaan nya itu.

Anara mengangguk sebagai jawaban, berbeda dengan Naya yang kini tidak membiarkan Navaro duduk di depannya.

"Pilih kasih amat Lo, gue juga mau kali makan bareng cewek spek bidadari" ujar Navaro, memanyunkan bibirnya lucu membuat Naya yang melihatnya tersenyum tipis.

Nothing Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang