#22. Uang, Pintar

7 2 1
                                    

Halowww

Apa kabar dengan hari ini??

Oh iya, selamat hari sumpah pemuda 28 Oktober jadi hari bahagia sekaligus baik yang diharapkan ya ☺️

Selamat datang dan selamat membaca untuk kalian yang telah hadir, entah nanti atau pada masa baik yang ditentukan.

********

"Thanks, semoga bisa bertemu di lain waktu"

-Elvano Kavindra Adhiyaksa

********

Tentang dia yang masih menyimpan rasa, namun gagal dalam mengungkapkan, gagal dalam menembus tembok besar yang di bangun oleh takdir, dan berhasil dalam menjaga ia yang diharapkan namun gagal ia dapatkan.

Jika bertanya tentang Kevin Aprillio, laki-laki yang memiliki cinta pertama bernama Anara Shevaya Wiratama. Tidak ada yang tau, alasan ia menyukai perempuan cantik itu. Tapi, kita perlu tau bahwa dia adalah laki-laki setia yang hanya ada beberapa di dunia ini.

“Gue punya tanggung jawab, ngak kayak Lo” ucapnya menunjuk Elvano yang duduk tepat di depannya “Ngak malu? Ketika di kasih tugas, tapi Lo sendiri ngak selesain tugas itu dengan baik, benar, dan tepat waktu. Tapi Lo sendiri lalai? Lalai dalam menjaga hal kecil yang dia sendiri seharusnya bisa, buat jaga anaknya sendiri” ucapnya kemudian, membuat Elvano menatap dengan wajah merah padam laki-laki sok tau di depannya itu.

“Kenapa harus malu?”

Kevin menggelengkan kepalanya pelan, terkekeh kecil melihat laki-laki tampan di depannya itu “Pintar yang Lo punya itu, cuman sebuah uang yang di bayar”

“Tau apa Lo tentang hidup gue?”

“Banyak, tentang bohong dan jahat, tentang masalah yang setinggi puncak, dan tentang uang yang dibayarkan untuk beli pintar” ujarnya sarkas, Elvano semakin tak suka melihat laki-laki di depannya itu menceramahi ia dengan panjang lebar.

Menghela nafas kasar “Uang? Pintar? Kalau gue gunain itu, kenapa dunia ngak kasih gue seorang keluarga utuh?”

“Utuh? Utuh bagaimana yang Lo ingin? Dan dapet rumus dari mana Lo minta sesuatu ke dunia? Lo punya Tuhan kan? Kenapa ngak minta dia yang punya hidup?” pertanyaan bertubi datang dari lisan Kevin di tujukan untuk laki-laki bergelar Ketua BEM itu “Lo tuhh terlalu jauh Van, terlalu jauh untuk tersesat padahal jalan utama kelihatan jelas” lanjutnya lalu beranjak dari duduknya pergi meninggalkan laki-laki yang sedang berpikir hebat di dalam pikirannya.

-Jauh yang kali ini adalah tersesat, tersesat tanpa jalan, tersesat yang dibantu keluar oleh ia yang beda agama.

“Raa, Lo baik-baik aja?” tanya lirih Naya, menggenggam erat tangan Anara yang dirasanya cukup dingin itu.

Anara mengalihkan atensi, menatap langit-langit berwarna putih dengan aroma ruangan berbau obat-obatan “Nay, keadaan Ayah gimana?” tanyanya lirih, harapan tentang ayahnya begitu besar, tentang seseorang dengan jasa baik itu dan tentang seorang Ayah yang menjaga putri semata wayangnya.

Naya melihat Navaro yang berdiri di sampingnya “Om Wira, baik-baik aja kok mungkin setelah dia lihat Lo yang sehat dia akan sadar” tentang dusta dari sebuah ucapan yang ditujukan untuk hal baik itu apakah benar untuk di sampaikan?

Nothing Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang