#18. Stadium 4

6 2 1
                                    

Haloww

Apa kabar?? Maaf dengan lama yang telah terjadi 🥺

Terima kasih telah menyempatkan untuk datang, dan membaca. Ucapan selamat membaca dan bahagia datang kepadamu 🤗

********

"Mereka adalah bentuk bahagia yang fana"

-anonim

********

“Mereka itu rumit Nay, mereka susah, mereka perlu banyak waktu buat banyak hal juga, yang mungkin ngak akan pernah selesai” ujar Navaro, masih bisa terlihat jelas punggung seorang Anara Shevaya Wiratama itu.

Naya menoleh, masih dengan bingung yang telah ia temukan cara memecahkan kerumitan itu. Banyak hal mungkin, yang harus ia siapkan, lakukan, rencanakan. Tapi apakah waktu akan menjawab dengan hidup yang lama itu? Sepertinya antara tidak dan ya, antara panjang dan pendek, antara lanjut dan berhenti.

Keduanya sama-sama menghela nafas pelan “Apa kita akan berhasil, membersamai masa bantu mereka?” tanya Naya lirih, Navaro mendengarnya namun jawaban tak kunjung di ucapkan.

“Pasti bisa Nay”

“Var, gue balik dulu ya. Lo juga, jangan betah di kampus, apalagi balapan lagi nanti malem” peringat Naya sebelum pergi dari sana, diangguki oleh Navaro yang menatapnya dengan membulatkan matanya lucu.

“Nay” Navaro berteriak, kenapa? Kenapa dia berteriak, bukankah perempuan itu sudah cukup jauh dari tempatnya duduk saat ini. Untuk apa, lagipun Naya tak akan mendengar nya.

Ia berlari, mengejar perempuan itu “Nay” kali ini suaranya lirih, mungkin membiarkan perempuan itu untuk pergi, hari ini banyak yang ia sampaikan kepada perempuan, mungkin kata sudah untuk hari ini akan menjadi nyata di pikirannya.

“Apa?”

Suara itu? Suara Nayara Raespati yang berbalik, ia memang tidak mendengar bahwa Navaro memangil. Tapi ia merasa bahwa ada yang mengikutinya, dan ternyata benar, laki-laki itu kini tak jauh dari posisinya berdiri.

Navaro yang awalnya menunduk kini mendongak, menatap wajah tanya Naya. Menggelengkan kepala, membuat  Naya semakin melihatnya dengan penuh tanya.

“Jujur” pinta Naya, melihat wajah Navaro itu.

Menggeleng kembali sebagai jawaban, semakin membuat Naya curiga “Jujur Navaro Kalandra Ganeswara?” pinta Naya kembali, dengan penekanan pada setiap kata yang di ucapkannya.

“Bo-leh, gue anterin Lo pulang?” tanya lirih Navaro, pengecut pikirnya, ia adalah laki-laki pengecut di sini.

“Hmm”

-Banyak hal mungkin akan berani kita lakukan, berani dalam banyak aspek yang kita lakukan secara santai, aktif dan sebagainya. Tapi ada hal yang mungkin menjadi kelemahan, dan kelemahan itu sayangnya telah terlihat oleh orang. Hmm, lemah bukan berarti ngak bisa semua kan?
Lemah bisa jadi senjata paling kuat untuk mengalahkan mereka yang tidak menunjukkan lemahnya itu.

“Lucu ya, mereka yang memiliki banyak hal dan waktu lebih lama untuk menetap”

“Anara? Ana?” panggil dokter Clara, melihat perempuan itu menatap kosong lukisan indah yang terpajang di ruangannya itu.
Anara sedikit terkejut “Ehh, maaf dok” ujarnya lirih “Gimana hasilnya? Pasti buruk kan dok?” tanya nya, semakin melirihkan suara.

Nothing Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang