Hallo,,
Apa kabarnya?? Semoga baik dengan segala senang juga bahagianya 🤗
Dan semoga bab kali ini membuat kalian yang belum atau sudah sekalipun bahagia 🤭☺️
Selamat membaca kisahnya untuk sekali lagi dan seterusnya 🤗🤍
********
"Jabatanmu tinggi, attitude mu rendah. Percuma, itu cuman buang-buang waktu. dilihat bagus memang di awal, tapi di akhir kamu akan jatuh, sejatuh-jatuhnya"
-Elvano Kavindra Adhiyaksa
********
Terbangun dengan leher yang sakit, membuka mata dikarenakan cahaya matahari yang menggangu. Sejenak lupa tentang apa yang ia lakukan di hari kemarin, tapi ingatan kuatnya tak bisa ditipu.
Menghela nafas pelan, berdiri dan menuju kamar mandi untuk bersiap menuju kampus.Setengah jam berlalu, kini Elvano Kavindra Adhiyaksa dengan kendaraannya yang sangat dikenal oleh penghuni kampus itu masuk, melewati keramaian yang membuatnya tertarik untuk melihat.
“Ada apa ini?” tanyanya penasaran, masih tidak bisa melihat apa yang menjadi alasan para mahasiswa dan mahasiswi itu berkerumun di sana.
“Gue juga kagak tau, dari tadi penasaran tapi kagak lihat apa-apa di sana” jawab Navaro yang sudah ada di sampingnya sambil berjinjit guna melihat apa yang terjadi.
“Lo pada lihat apaan?” tanya seorang perempuan mengejutkan mereka berdua yang sibuk berjinjit.
“Astagaa, gue kira mbak-mbak di bawah jembatan teryata Lo” jawab Navaro menetralisir kagetnya,
Geplakan keras mendarat di lengan Navaro, Elvano dan Anara yang melihatnya pun ikut terkejut.
“Gak usah sembarangan Lo” ucap Naya setelah geplakan itu mendarat, menyisakan Navaro yang mengusap lengannya yang mulai memerah itu.
Berbeda dari mereka yang berdebat, kini Anara yang ada di belakang Naya menatap laki-laki dengan posisi sama dengan dirinya yaitu di belakang Navaro. Menatap manik mata hitam legam nan teduh itu.
“Apa seindah mereka di cerita yang ku buat?” benaknya bertanya, gelengan kecil ia tunjukkan membuat mereka bertiga yang melihatnya bingung.
“Ra, Lo kenapa?” tanya Naya yang mengibaskan tangan pelan di depan muka Anara.
Anara terkejap, suara siapa tadi? Benaknya bertanya kembali. Kali ini mungkin sebentar, semoga nanti bisa menjadi lama.
-Suara tenang juga merdu, alunan itu begitu menangkan serta menyejukkan hati. Semoga suara indahmu juga abadi di kisahnya dan selalu dikenang oleh banyak orang.
“Ayolahh, percuma berdiri di sini. Mereka lagi jual preloved baju” ucap Naya menggandeng lengan Anara dan menunjuk kerumunan yang mulai terurai.
Mereka berdua berlalu dari sana, pergi meninggalkan Navaro juga Elvano yang kini saling bertatapan. Mengedikkan bahu lalu berjalan mendahului Navaro yang terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Same Person
Teen FictionAnara Shevaya Wiratama, seorang penulis terkenal yang menyembunyikan identitas nya juga banyaknya rahasia yang ia miliki. Mahasiswi Bastrindo dengan segala indah juga wajahnya yang cantik, rambut tergerai menjadi cirinya yang dapat mudah dikenali ol...