#24. Kekacauan

12 2 0
                                    

Haloww

Apa kabar dengan banyak hari yang telah terlewati??

Semoga baik dan bahagia selalu ya, selamat datang dan juga selamat membaca.

********

"Kacau nya ternyata sekedar sebentar yang bertahan"

-anonim

********

Mereka tahu, ketika di tanya tentang kenapa tidak menghampiri, jawabannya ada dua. Rahasia dan Jaga, mereka memiliki dua hal yang tidak bisa dilaksanakan secara langsung. Kali ini gagal adalah jawaban, gagal menjaga juga gagal membantu.

“Fero maaf” lirih Shenna, melihat laki-laki yang membelakanginya. Saat ini taman rumah sakit menjadi tujuan hiburan, ingin pergi menikmati pantai pun kata tak sanggup adalah jawabannya.

Menoleh lalu menatap tajam perempuan yang ada tepat di belakangnya itu “Apa semua bisa di ulang? Ngak kan? Kenapa hanya maaf yang Lo ucapin, rubah semua kalau bisa, dan itu yang gue mau!” ujarnya dengan penuh penekanan lalu pergi dari sana.

Jahat batinnya, kenapa Fero bisa menjadi sejahat ini? Apa ia adalah pembuat onar, apa yang dikatakan sang ayah benar dia adalah anak pembawa sial?
Nanda melihat mereka yang pikirnya adalah bertengkar, nyatanya adalah benar.

Bugh..

“Maksud Lo apa pukul gue?” ujarnya sambil memegang ujung bibirnya yang memerah akibat pukulan itu.

“Lo-“ ucap Nanda sambil menunjuk tepat di depan muka Fero “Lo adalah laki-laki paling b*e*g*e* yang pernah gue temuin, seenaknya suka sama cewek, seenaknya nyakitin hati cewek dan seenaknya menghakimi satu masalah!”

Tertawa hambar “Kenapa, ngak suka? Lo belain perempuan kayak gitu, perempuan yang buat rencana kita untuk masa bantu jadi berantakan? Mikir Nan, Lo ngak punya pikiran jernih apa?” tanya Fero semakin membuat muka merah padam Nanda terlihat.

“Lo ngak tau apapun Fer, dan yang perlu Lo tau sekarang adalah Shenna ngak yatim piatu, tapi dia di usir sama orang tuanya sendiri gara-gara di anggap anak pembawa sial!” ujar Nanda berhasil membuat Fero terdiam.

“Dan sekarang Lo pasti tau jawabannya” ujar Nanda tanpa memberi kesempatan laki-laki di depannya itu berbicara “Maaf, bukan bermaksud pukul Lo tadi, gue tau Lo kacau semua disini sama kacau. Bayangin dia yang ngalamin, dia lebih kacau Fer. Kita cuman ada di masa bantu bukan seluruh masa nya” lanjutnya menepuk bahu Fero pelan dan pergi dari sana.

-Penyesalan itu kenapa hanya menyapa di akhir sihh? Kalau di awal, katanya sapa yang menjadi permulaan dari sebuah kata yang dikatakan penyesalan itu.

“Maaf nya mahal banget, udah tau salah yang dilakuin bukan hanya mengucap kata maaf, tapii introspeksi diri bahwa kamu belum baik untuk saat ini” bisik seseorang secepat kilat, namun Fero masih bisa melihatnya. Laki-laki dengan jubah hitam itu lagi.

Menghela nafas lelah “Gue adalah b*j*n*a* itu” batinnya, seraya pergi dari sana, entah saat ini tujuannya hanya menenangkan diri untuk waktu yang sebentar.

Kertas yang ada di sampingnya, membuat ia langsung membuka dan membacanya.

Haii, bagaimana kabarnya?

Nothing Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang