#15. Aku Adalah...

8 3 3
                                    

Haloww

Apa kabar?? Selamat bahagia dengan lama 🤗

Bagaimana dengan yang katanya rumah penuh tenang,bahagia juga rasa menyenangkan itu?

Apakah kecil sama, atau besar berantakan? Usahakan hangat tiap hari ya, jangan ada yang saling menyakiti juga ☺️

Selamat membaca sebelumnya, semoga suka dengan apa yang mereka kisahkan dalam sebuah narasi besar ini 🤗🤍☺️

********

"Apa datang hanya untuk melengkapi masa bantu, yang sedikit lagi selesai itu?"

-Anonim

*******

Langit jingga, dengan matahari yang mulai berpamitan itu sangat indah yaa, dinikmati sendirian dengan banyak pikir dalam pola otak. Langit senja, berubah berwarna-warni gelap seiring berjalannya waktu, dengan langkah cepat, namunn kenapa ingin menghabiskan waktu hingga lama untuk duduk di sana dan menikmatinya? Seindah itu memang, tanpa ada gugatan lain yang membuat ia harus segera pulang.

Kewajiban karena dari tadi ia telah ditelepon oleh sang Ayah, mungkin ia akan hiraukan sebentar lagi. Menetralisir rasa yang akhir-akhir ini sering menyapa lebih kerap, daripada sebelumnya.

“Sakit, tapi hal itu masih belum sempurna”

Pikiran boleh berkecamuk, dengan topik yang mungkin sama dengan pokok berbeda. Berbeda dalam hal penempatan, juga rasa, katanya mereka sudah sempurna, tapi kenapa sempurna itu rasanya tak mungkin untuk di usahakan.

“Tidak ingin ya, menjadi sulit yang akan menyulitkannya?” tanya seseorang, sedikit membuatnya terperanjat terkejut dan langsung menoleh.

Menggeleng sebagai jawaban, namun apa laki-laki dengan pakaian aneh serba hitam, tanpa ia tau bagaimana bentuk wajahnya itu mengatakan “Bohong”

“Kenapa menyimpulkan hal yang belum pasti? Bisa saja manusia satu dengan lainnya meskipun bersahabat dekat, ataupun ada hubungan darah sekalipun tidak akan tau isi dalam pikiran masing-masing” sanggah nya, menatap singkat lalu kembali terpaku dengan keindahan langit yang berproses untuk mengatakan “Selamat beristirahat” mungkin, dan “Selamat bertugas”

“Muka” ucap laki-laki itu, menatap wajah Anara sekilas “Banyak hal yang disembunyikan itu, katanya tidak baik. Dan ada yang mengatakan selamat bahagia namun ia sendiri belum bisa mewujudkan itu” lanjut laki-laki itu, kini Anara kalah telak. Diam adalah kunci baik untuk berhenti dari segala hal yang tidak ingin di teruskan, bukan?

“Konsisten dengan apa yang kamu katakan, jangan buat kalimat itu hanya untuk di sampaikan tapi di implementasikan” ujarnya kembali, tanpa membiarkan Anara yang terdiam itu membalas ucapannya.

“Saya pergi, bukan dalam waktu lama. Semoga bertemu dengan versi tebaik, di masa saat waktu menunjukkan jalan untuk mengungkap banyak rahasia besar itu” akhir nya, laki-laki itu pergi, namun apa yang ia katakan membuat pikiran Anara kini penuh dengan kalimat yang laki-laki itu lontarkan.

 Menoleh, melihat ke arah laki-laki dengan baju hitamnya itu. Entah siapa, tapi banyak terima kasih di dalam sana untuknya.

“Terimakasih kasih, sampai bertemu juga di waktu yang telah menjadi takdir”

Nothing Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang