#17. Harap

8 2 0
                                    

Halowww

Apa kabarnya hari ini??

Semoga baik, dan juga bahagia yang lebih daripada hari kemarin ☺️

Selamat membaca bab kali ini 🤗

********

"Tunggu sampai kisah kita juga di tuliskan ya"

-NKG

********

Tentang sebuah hal, mengenai jasa yang mungkin akan bertahan lama pada ingatan. Membekas seperti anggan yang tidak ingin hilang, membekas seperti tanah yang tidak dapat berubah warna menjadi putih. Ingatan tanpa hilang, ingin menjaga namunn apa daya ketika ingatan itu memang di takdirkan untuk hilang.

P----i T--p- P---t

Apa lagi ini? Raut bingung, tak paham dengan apa yang beberapa hari ini ia lihat. Semoga kemungkinan buruk yang ada di pikiran ini tidak akan pernah terjadi.
Ketukan pintu, lirih suaranya namun masih dapat ia dengar. Siapa itu? Orang yang tidak ada, mungkin akan di rindukan dengan sangat.

“Angan tentang permintaan maaf itu ingin sekali aku dengar, tapi apa daya? Kenapa hal paling menakutkan terus berputar pada otak ini?” gumamnya, gelisah menghampiri. Telah berhasil membuat trauma itu semakin besar.

Membekas, air mata luruh. Tak pernah seperti ini sebelumnya, kecuali di depan orang yang terkasih itu.

Helaan nafas pelan terdengar, berdiri lalu melihat kamar putri semata wayangnya. Membuka pelan pintu, di sana terlihat Anara yang terlelap, wajahnya terlihat kelelahan.

“Jangan tinggalin Ayah sendiri ya nak” batinnya berharap dengan banyak.
Dering telepon, membuatnya terburu untuk keluar, tidak ingin mengganggu batinnya.

“Ya ada apa?”

“Selamat malam tuan Wira, saya mendapat beberapa hal yang perlu di sampaikan. Apakah kita akan membahasnya besok ketika bertemu atau sekarang juga”

“Besok saja, terima kasih sudah membantu. Malam ini kamu istirahat saja” pesannya lalu mematikan telepon secara sepihak. Mungkin terlihat tidak sopan, namun kini sang lawan bicara di telepon tadi tersenyum tipis.

“Bos gue, dingin-dingin gitu tetap perhatian ya” gumamnya, lalu melajukan kembali mobil itu menuju ke rumahnya.

Malam berganti fajar, senja yang di temui sore kemarin, harus di temui nanti sore lagi pikir sang pemeran utama itu. Beberapa hari ini, pusing lebih kerap untuk menghampirinya. Dan juga beberapa hari lalu, ia di telepon oleh dokter Clara bahwa hari ini ia harus menuju rumah sakit untuk check up.

“Raa? Lo baik-baik aja?” tanya sang sahabat, ya seorang Nayara Raespati orang yang beberapa hari ini mencarinya namun ia tidak berangkat menuju kampus.

Gelengan kecil Anara berikan, curiga dengan sang sahabat kini Naya mengajak Anara untuk duduk di kursi yang tak jauh dari mereka.

“Lo punya banyak cerita kan, selama seminggu ini ngak ke kampus?” tanya Naya, melihat wajah pucat itu meskipun polesan bedak dan lipstik yang di pakai Anara sudah ia lebihkan tadi pagi.

Menghela nafas pelan “Maaf, gue ngak bisa” lirihnya.

“Ngak papa kalau ngak bisa cerita, tapi selama gue ada dan hidup Lo harus ceritain semua masalah Lo ya, kalau Lo sendiri udah siap” ujar Naya dengan senyuman manisnya, seraya membuat Anara juga ikut tersenyum walau tipis.

Nothing Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang