#13. Alasan Bertahan

7 3 2
                                    

Haloww

Apa kabar nihh??

Semoga baik, senang juga bahagia itu ada ya 🤗

Bagaiman juga harinya? Apakah menyenangkan atau biasa saja??

Selamat membaca juga untuk semua 🤗🤍

********

"Katanya pertama itu selalu di ingat ya, sedangkan terakhir belum tentu di capai"

-Anonim

********

Jika di tanya mengapa, mungkin akan berpikir sejenak merangkai kata. Kira-kira apa sihh pertanyaan yang dilontarkan itu?

“Pak Wira, jika anda di tanya kenapa mempertahankan kesehatan putri bapak yang bahkan sulit untuk dipertahankan hidupnya? Anda akan menjawab apa?” tanya dokter itu, dengan senyum tipis yang terbit. Bukan dokter Clara yang biasa menjadi dokter pribadi Anara tapi dia adalah pimpinan rumah sakit, sekaligus direktur pemilik rumah sakit.

“Apa perlu di jawab?” tanya Wira, menaikkan sebelah alisnya, menatap tajam dokter dengan nametag bertuliskan Andi itu.

“Ini adalah pertanyaan psikologis, tidak perlu menjawab juga tidak apa” jawab Dokter tersebut, tertawa hambar.

“Akan saya jawab” ucap Wira setelah dokter Andi terdiam “Bagi saya, Anara adalah alasan saya untuk bertahan” lanjutnya singkat diangguki oleh dokter Andi yang seraya tersenyum tipis.

“Baik pak, terimakasih telah bersedia menjawab” ujar dokter Andi.

Wira berdiri, pergi dari sana setelah berpamitan. Entah kenapa sejak pagi tadi perasaannya dilanda kegelisahan.

“Ash, banyak yang ingin saya ceritakan ke kamu”

Apa perlu menyusul untuk menceritakan? Takut jika apa yang di ambil adalah sebuah langkah yang salah. Takut meninggalkan orang yang menjadi alasan bertahan, adalah sebuah keputusan berat.

“Lohh bi, Anara belum pulang” tanya Wira, saat baru saja tiba di rumah. Yang ia lihat hanya kosong, tanpa ada siapa pun di sana. Hanya seorang art yang sibuk di halaman belakang menyemai rumput.

“Belum tuan, saya dari tadi juga bingung. Padahal tadi pagi nona Anara bilang kalau pulang siang, tapi sampai sore juga ngak datang” ucap bi Inah, lalu diangguki oleh Wira yang langsung masuk kembali ke dalam rumah.

“Ash saya ngak bisa”

Seorang Anara Shevaya Wiratama ituu, kenapa di bilang hebat ya oleh banyak orang? Padahal, ia begitu lemah, sering menangis dalam diam, dan menumpahkan kisahnya dalam sebuah tulisan tanpa bercerita kepada siapa pun.

“Fero, baru balik?” tanya perempuan itu di depan empat dan satu orang yang baru saja membuka pintu.

Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal “Maaf kak, tadi ada beberapa hal yang harus diselesaikan” ucapnya lirih, merasa bersalah dan sedikit salting karena di tatap oleh semuanya.

“Apa? Apa alasan kamu baru kembali?” tanya perempuan itu lagi, suaranya berubah menjadi tegas.

“Siap salah kak, saya tadi bantu jualan ibu-ibu di pinggir jalan kak” ucap Fero lantang, diakhiri dengan lirih.

Nothing Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang