22╭⁠☞Yearbook x manasik

1 1 0
                                    


Mendengar cerita dari Lisa dan Meli rasanya kenapa berbeda dengan yang diceritakan oleh Sipa kepada Thiksana. Jika begini jadinya Thiksana bingung mau percaya yang mana. Kata si Sipa, Meli itu diam-diam menghanyuutkan. Tapi kata si Lisa dan Meli, si Sipa itu kekanakan dan egois mau menang sendiri.

Jika dilihat dari sudut pandang Thiksana, ya ia akui bahwa Sipa itu sangat seperti anak manja banget, jujur pas awal-awal malah dia sebel pada cewek itu gegara merebut perhatian Novelia dari Wels. Namun lama kelamaan rasa kesal dan sebel itu tergantikan karena lambat laun dia bisa menerima sipat Sipa yang memang begitu adanya. Siska saja yang dulu ingin mempersatukan lagi Sipa dengan sirclenya akhirnya menyerah juga dan lebih memillih menerima Sipa menjadi teman seutuhnya saja tanpa memikirkan permasalahan cewek itu, karena nyatanya kebiasaan bersama membuat mereka menjadi melupakan tujuan utamanya.

Selama istirahat berlangsung, semuanya tampak sibuk merundingkan baju dan makeup untuk yearbook nanti. Jadi perlu diketahui, setiap tahun angkatan kelas 3 itu diadakan yearbook gitu, dan semua kelas bebas memilih mau foto tema apa. Disini 12 RPL 4 mengambil tema DPR. Karena waktunya mentok antara bayar manasik, yearbook dan beli baju untuk difotonya. Membuat murid-murid mati-matian menghemat untuk ikut acara keduanya.

*******

Manasik dilaksanakan tepat pada hari minggu, Siska jauh-jauh dari Tanjung Medar menjemput Thiksana ke rumahnya. Mereka berangkat bersama, saat itu kedaaan Thiksana sedang tidak enak badan. Tapi karena ingin merasakan manasik dia akhirnya memaksakan ikut. Sedari tadi hidungnya meler disertai bersin-bersin. Sedari tadi Siska dan Thiksana kesana kemari berdua. Hingga pada saat berkeliling untuk melaksanakan praktik ibadah haji  mereka berdua berkumpul bersama sirclenya.

Tak henti-hentinya Thiksana mengeluh pada Gerisca untuk berhenti saja dan antar ke pinggir lapangan karena sakit, matanya saja sudah berkaca-kaca. Grisca yang baik-baik saja hanya menyemangatinya tak berani mengantarnya istirahat karena jika nanti ditanya kenapa dia tak ikut kegiatan ia tak punya alasan. Berbeda dengan Thiksana yang memang sedang lemas plus batuk pilek.

“Udah sana istirahat aja!” suruh Grisca.

“Anter Ca, gak berani kalo sendiri mah aku,” balas Thiksana.

“Ya udah sabar bentar lagi juga selesai, santai oke. Semangat!” ujarnya.

Akhirnya setelah acara berkeliling melaksanakan ibadah haji selesai, kini akhirnya ada sesi foto perkelas. Karena lama menunggu antrian difoto. Sircle ‘Kamu Gak Jelas Aku Lepas’ akhirnya memisahkan diri untuk foto dulu membuat video transisi untuk digabung ke vidio foto yearbook nanti.

******

Hari itu Thiksana dan Siska mampir dulu ke rumah Habibah untuk mencoba makeup buat nanti foto yearbook. Tepat pada pukul 5 mereka baru mulai makeup, sebenarnya yang dimakeup hanya Thiksana dan Siska serta Hbiabh dan Grisca sebagai muanya. 50% dimake up, 50% ngetawain  wajah satu sama lain plus ngeroasting produk makeup.

Tepat setelah adzan magrib akhirnya selesai juga dimakeup. Kata Grisca dan Habibah, Siska dan Thiksana cantik setelah dimakeup, pangling gitu. Walaupun makeup tipis, kalo yang namanya orang jarang dimakeup tiba-tiba dimakeup pasti pangling.

Sebelum pulang mereka memesan spatula. Tepat setelah selesai makan, hujan tiba-tiba turun begitu deras, membuat Siska dan Thiksana mengurungkan niatnya yang akan pulang. Sambil menunggu hujan reda mereka foto-foto dulu, tak hanya itu mereka juga kembali glatal-glutuk dikasur. Sebenarnya dalam hati Thiksana, Siska dan Grisca ingin menginap dirumah habibah. Hanya saja orangtuanya pasti tak akan mengijinkan.
Setelah pukul sembilan hujan belum juga reda, terpaksa Thiksana meminjam jas hujan Habibah yang kedodoran ditubuhnya. Untungnya Siska membawa jas hujan untuk dirinya sendiri. Ditengah gelapnya malam dan gemercik hujan, ditengah perjalanan terkena macet diantara banyaknya mobil truk.

“Sis kamu mau mampir dulu gak?” tanya Thiksaana.

“Gak deh Thik dah malem gini, lagian mau buru-buru nunjukin hasil makeup ini ke si Mamah,” jawabnya.

“Ya udah kamu hati-hati ya di jalannya, makasih udah dianterin sampe rumah,” ujar Thiksana.

“Iya sama-sama saya pulang dulu ya, assalamu’alaikum!”

“Waalaikumusalam, hati-hati dah malem!”

“Oke.”

Sesampainya dirumah, Thiksana tidak disambut hangat oleh orangtuanya.  Bapaknya acuh tak acuh tidak bertanya sama sekali keadaannya padahal beliau sedang diam diruang keluarga. Sementara Mamahnya sedang berada dikamar sudah tertidur pulas. Thiksana sama sekali tidak ditawari makan oleh orangtuanya. Hingga pagi hari tiba pun kedua orangtuanya tidak bertanya sama sekali perihal kemarin dia pulang telat. Padahal hari ini adalah hari ulangtahunnya. Minimal tanyakanlah kenapa Thiksana pulang terlambat, tanyain kek keadanya bagaimana. Thiksana yang gengsinya setinggi langit pun tak mau menyapa duluan. Dia memilih berangkat sekolah seperti biasa. Padahal perutnya keroncongan belum makan dari kemarin malam.

“Eh kenapa lu Thik?” tanya Habibah.

“Tahu gak sih kemarin sampe sekarang aku gak ditanya kenapa pulang terlambat sama orangtuaku, yang ada malah di diemin,” ucap Thiksana.

“Wah tapi saya mah malah dinasehati gini katanya ‘pulang tuh jangan terlaku malem banget, kalo terjadi apa-apa dijalan gimana?’ Katanya gitu,” sahut Siska.

“Lah menurutku mening gitu setidaknya mereka perhatian. Lah aku ditanya aja enggak,” ujar Thiksana.

“Eh btw hari ini lu ultah ya Thik? HBD ya,” ujar Habibah.

Thiksana hanya mengangguk lesu. Rasanya ulang tahun begitu tak berarti. Apalagi pas tahun lalu, orang mah ulang tahun itu potong kue, ini malah potong rambut. Jika sekarang bukannya dapet ucapan dari orang tua ini malah didiemin.

WELSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang