16╭⁠☞Kisah Habibah

2 2 1
                                    


Rasa suka itu tidak dapat diprediksi. Terima aja dulu, ke depannya gimana nanti.
_buat bibah_

*****

Habibah selalu yakin akan ada kebahagiaan di setiap kejadian. Dia menyukai kang Azzam, tapi dia takut akan konsekuensinya. Dia mungkin bisa menyukai dalam diam, tapi dia tak bisa hanya menunggu tanpa ada kejelasan. Sudah sebulan dia mengenal Kang Azzam, tapi belum ada tanda-tanda jika beliau menyukainya juga. Secara pandangan pertama, bisa saja Habibah menyimpulkan bahwa pertemuannya menandakan adanya cinta yang akan terbit dari hati keduanya. Tapi, sayangnya dari pandangan kang Azzam mungkin itu beda lagi.

Berhari-hari Habibah selalu meyakinkan diri, bahwa dia tidak akan jatuh cinta sendirian. Tapi kenyataannya dia memang sedang jatuh cinta sendirian, alias bertepuk sebelah tangan. Kang Azzam memang welcome padanya, tapi itu mungkin hanya sebatas formalitas saja antara murid dan pelatih alias friendly. Kedekatannya tidak lebih dari sekedar berdiskusi tentang eskul.

Sebenarnya Habibah tak semiris itu untuk disebut remaja galau. Karena nyatanya, disaat dia memikirkan cowok lain, ada Hanif yang selalu menemani hari-harinya. Dan disaat dia menyukai orang lain, malah ada Nano yang menjadi pacarnya. Jadi, sebenarnya dia sedang memerankan tokoh sebagai apa? Cewek yang banyak cabangnya? Entahlah, yang jelas, saat ini hati Habibah menginginkan kang Azzam tapi realita nya beliau mungkin tak menginginkannya.

Hidup itu terus berjalan. Tapi rasanya Habibah ingin terus menetap ditempat ternyaman. Hanya saja tempat itu belum ia temui dari beberapa cowok yang dekat dengannya.

"Bibah, bantuin Mama jaga warung dong. Mama mau mandi dulu!" teriak Bu Rini membuat lamunannya buyar.

"Iya Ma, bentar aku ke toilet dulu!" balasnya tak kalah teriak.

"Lagi enak-enak rebahan malah disuruh jagain warung. Gini amat deh nasib beban orangtua," gerutunya.

******

Diakhir pekan pada hari jumat, tepatnya pulag sekolah, katanya Nano mau menejmput Habibah kesekolahnya. Tak hanya itu, Grisca juga dijemput oleh ayangnya. Karena Siska, Novelia dan Thiksana jomblo, maka mereka hanya menguntit untuk meledek Habibah yang pertama kali dijemput ayang setelah pacaran beberapa minggu. Jadi Habibah itu kenal Nano dari aplikasi telegram, sebenarnya Habibah tidak terlalu begitu suka Nano. Tapi entah kenapa dia mau menerimanya bahkan mengorbankan Hanif yang dulu setia menemaninya sekarang malah pergi menjauh dengan alasan untuk menjaga perasaan pacar Habibah.

“Bah mana pacar kamu teh?” tanya Siska.

“Masih dijalan anjay,” jawabnya.

“Eh Sis mending kita sambil maju aja. Liatinnya dijalan depan deket alfamart aja,” saran Thiksana.

“Boleh lah, kita duluan ya guys!” ujar Siska.

“Opet kamu belum mau pulangkan? Jangan lupa ya videoin terus kirim ke grup wels!” seru Thiksana.

“Oke siplah, gue pantau terus mereka berdua!” ujar Novelia.

“Oke bye-bye!”

Siska menjalankan  motornya dengan Thiksana yang berada diboncengannya. Pas sekali saat mereka berhenti dipinggir jalan, mata Thiksana dengan awas melihat sosok Nano. Thiksana tahu karena dia sering cari tahu alias kepo tentang percintaanya Habibah.

“Sis, itu deh kayanya si Nano tuh yang pake baju hitam, coba deh badan kamu agak sinian, malu lihatnya,” ujar Thiksana menggeser badan Siska agar tidak terlalu ketahuan melihat kearah cowok itunya.

“Emang yang mana? Ituloh yang sebelah kiri yang dekat abang-abang dijajaran motor paling depan,” jawabnya.

“Ouh yang itu,”

“Bentar Sis aku foto dulu buat tanya ke si Bibah untuk memastikan takut salah,” ujarnya seraya membuka whatsApp.

“Tuhkan bener Sis dia orangnya,” beritahu Thiksana.

“Ya udah kita gak usah pulang dulu, kita lihat mereka,” ujar Siska.

Setelah beberapa menit, akhirnya Habibah dan Nano lewat dihadapan mereka juga. Thiksana dan Siska cengar-cengir meledek. Setelah kedua pasangan itu, kini giliran Grisca dan Hardiman. Berbeda dengan Habibah tadi yang pura-pura tak melihat Thiksana dan Siska. Grisca malah terang-terangan tersenyum sambil dadah-dadah.

Usai melihat orang-orang itu, Siska langsung pamit duluan untuk pulang. Thiksana juga tak berselang lama langsung naik angkutan umum. Sialnya disaat lampu merah, Siska harus melihat kemesraan kedua temannya itu dengan kedua matanya sendiri. Habibah yang pura-pura tak melihat karena malu, dan Grisca yang asik mengobrol dengan Hardiman. Sementara Siska yang jones harus melihat kedekatan mereka seolah tak kenal. Karena keduanya tak menyapanya duluan, disahuti malah pada sombong.

WELSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang