06╭⁠☞Kunjin

3 2 0
                                    


Kunjin itu cuma kata lain dari healing-healing yang menguntungkan kita sebagai anak emak bapak.
_suara hati ntin_

****

Waktu terasa begitu cepat berlalu, Thiksana, Siska, Habibah, Novelia dan Grisca akhirnya memutuskan mengikuti kursus komputer. Selama itu pula disetiap hari jumat mereka pulang agak lambat. Sementara soal kunjungan industri, setelah dibicarakan dengan orang tua, ternyata Grisca tak jadi ikut bersama mereka dikarenakan masalah keuangan. Pada  h-3 akan berangkat mereka agak sungkan pada Grisca yang tak ikut. Disaat mereka sibuk merencanakan apa saja yang harus dibawa saat kunjungan nanti, Grisca hanya menyimak sambil tersenyum sendu pura-pura bermain ponsel. Padahal jika boleh jujur dia juga ingin ikut bareng bersama keempat sahabatnya.

“Kalian sibuk banget ya ini ngomongin kunjin,” ucapnya tersenyum sedih.

“Eh, Ica jangan sedih dong,” hibur Thiksana.

“Iya, Ca nanti juga lu kebagian sesi duanya ke Garut, kan?” tanya Habibah.

“Iya tapi gue pengen bareng kalian, guys.”

“Ih Ca, kalo saya kaya banyak uang mah di bayarin biar kamu bisa ikut kunjin  bareng kita.”

“Iya Ca gue juga kalo banyak uang mah pasti bayarin lu.”

“Aaaaa…”

“Tapi, Ca kamu tenang aja nanti aku bawain oleh-oleh dari pantai. Sekalian aku tulis nama kamu dipasir tar divideoin.”

“Nah iya bener Thik, tar saya yang jadi kameramennya.”

“Haduh.”

“Eh ada Ibu guys! Nanti aja deh obrolin lagi. Ntar list aja digrup apa aja yang harus dibawanya!”

“Siplah!”

*****

Malam ini adalah hari pemberangkatan untuk kunjungan industri ke Banten. Mereka kumpiul disekolah pukul 9 malam sesuai kesepakatan. Thiksana dari tadi bolak-balik memastikan tidak ada yang ketinggalan. Diluar sedang gerimis hujan, membuatnya gelisah. Karena jika hujan tidak juga reda dia harus menerobos hujan naik motor untuk sampai ke sekolah.

Thiksana membawa dua tas besar yang membuatnya agak kesusahan. Dia awalnya berencana ingin diantarkan oleh Kakaknya saja. Tapi kedua orangtuanya yang ingin ikut membuatnya harus berdempetan bertiga disatu motor. Jadi Thiksana diantar oleh dua motor, yang satu diisi oleh Kakak yang keenam bersama Ibunya yang membawakan tas besar. Sedangkan motor yang satunya diisi oleh Kakak ketujuh yang membonceng, Bapaknya dan dirinya, jadi posisinya mereka reptil membuatnya  harus duduk didepan.

Setibanya disekolah Thiksana diantar ke ruangan tempat berkumpul oleh Bapaknya. Disana sudah banyak orang yang telah tiba. Mereka sibuk memasang tali helm proyek. Untungnya disana sudah ada Novelia dan Habibah jadi dia dibantu ketika kesusahan memasangkan antara tali dan helmnya.

Selang beberapa menit kemudian, datang Siska dengan setelan gamisnya. Thiksana tersenyum senang menyambut kedatangannya. Karena Siska yang akan jadi partner duduk dibusnya nanti. Sementara Novelia dan Habibah berada di bus yang berbeda dengan dirinya.

Sambil menunggu pemberangkatan, Thiksana meminta pada Siska agar mengantarnya ke toilet. Lorong menuju toilet terasa begitu angker membuatnya tak berani jika harus pergi sendiri.
Sehabis dari toilet mereka melihat kedua Ibunya tengah bercengkrama di depan ruang kelas. Ibu Siska dan Thiksana bernama yang sama yaitu Entin. Tah heran saat pertama kali bertemu kedua Ibunya itu sudah langsung akrab.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, nampaknya mereka sudah harus siap-siap masuk bus. Thiksana dan Siska diantar sampai masuk bus oleh Ibunya. Kompak wanita paruh baya bernama Entin itu memeluk dan mencium anaknya serta mendoakan agar selamat sampai tujuan.

WELSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang