24╭⁠☞Healing sebelum ujikom

1 1 0
                                    

Di awal bulan januari, semua murid kelas 12 disibukkan dengan pengayaan  menjelang ujikom (Uji Kompetensi). Mereka masing-masing mempersiapkan diri untuk mengikuti ujikom nanti. Gara-gara hal itu jam pulang mereka jadi lebih sore dari biasanya. Mana saat ini sedang musim hujan.

Akhir-akhir ini karena banyak tugas kelompok para murid jadi banyak berbaur satu sama lain. Contohnya Thiksana, Siska, Habibah, Novelia dan Grisca mau saja berbaur dengan siapaun. Apalagi demi tugas coding selesai mereka harus pintar-pintar saling berinteraksi baik agar bisa barter tugas dan cepat selesai.

Lelah belajar berhari-hari untuk mempersiapkan ujikom, akhirnya sircle WELS berencana healing . Karena kurang motor, mereka mengajak Sipa sebagai tambahan jadi berenam. Thiksana juga mengajak Dhinie, Reva dan Novi, tapi ketiga orang itu tak mau ikut. Akhirnya disinilah mereka, dikebun teh Subang.  Memandang pemandangan yang bagaikan surga bagi mereka.

Bosan melihat codingan dilaptop setiap hari, akhirnya mereka dapat merasakan keindahan alam yang begitu menyejukkan. Ditemani secangkir kopi dan susu serta cemilan yang dibeli di Alfamart tadi, mereka duduk didekat pohon tempat penjual minuman berada.

“Ini Neng-neng darimana?” tanya si Bapak bersepeda yang baru saja berhenti untuk berisitirahat.

“Dari Sumedang, Pak,” jawab mereka.

“Cewek-cewek semua? Bahaya banget gak ada pawangnya,” canda si Bapak.

“Hahaha… iya gak ada nih, Pak.”

“Sengaja main kesini ini teh?”

“Iya jalan-jalan aja, Pak.”

“Oh ya udah nanti pulangnya hati-hati ya bahaya, saya duluan ya. Mari Neng!”

“Iya pak hati-hati juga.”

Setelah foto-foto dan membuat video akhirnya mereka pulang. Diperjalanan, punggung mereka terasa encok gara-gara kelamaan duduk diatas motor. Lebih kasihan lagi yang membonceng, apalagi Siska. Tadi pagi cewek itu mengantar dulu ibunya ke pasar, lalu langsung berangkat menjemput Thiksana ke Paseh, lalu balik lagi ke daerah Sukamantri dekat rumahnya. Lalu OTW lagi menuju Subang. Dan sekarang nyetir pun bolak-balik tanpa gantian sama sekali. Karena Thiksana tak bisa mengendarai motor dengan lancar.

Sama halnya dengan Novelia yang tidak bisa juga mengemdarai motor sehingga mereka hanya duduk dijok belakang sebagai beban si pengendara. Sementara Grisca dan Habibah, kedua orang itu bisa gantian kapan pun mau, karena dua-duanya bisa motor.

Sebelum pulang, mereka berhenti dulu di Sukamantri, mereka jajan dulu seblak prasmanan. Sesampainya disana, dipinggir jalan ada Lisa lewat, cewek itu mengklakson ke arah mereka sambil tersenyum, anehnya pas cewek itu melihat Sipa, senyumnya surut begitu saja. Mungkin keduanya masih bermasalah dengan egonya masing-masing.
Makan seblak adalah pilihan terbaik disaat kepala sedang pusing gegara perjalanan tadi. Seperti biasa sebelum menunggu pesanan datang, mereka sibuk mereview keadaan tadi dijalan. Sesudah makan seblak mereka lanjut mampir ke rumah Novelia.

“Anjir tadi gue kira bukan si Lisa yang ngeklakson kita,” ujar Novelia.

“Iya ih aku aja gak nyadar, tahu-tahu pas dia udah agak jauh,” balas Thiksana.

“Saya mah dari jauh udah nyadar, makanya dia ngeklakson juga kan sambil senyum,” ujar Siska.

“Tapi ke gue mah gak senyum ah, Sis,” ujar Sipa.

“Masih ada masalah pribadi kali, Sip,” ujar Gisca.

“Iya sih kelihatan pas ke kita senyum, pas ngeliat si Sipa langsung surut tuh senyumnya,” jelas Habibah.

“Sip kamu gak mau gitu  minta maaf duluan ke meraka meskipun konsepnya kamu salah maupun nggak juga?” tanya Thiksana.

Sipa yang sedang makan kripik sontak merenggut, “Ogah mereka juga salah.”

“Tapi kalian tuh sama-sama gengsi anjir,” ujar Habibah.

“Bah gue juga kalo merekanya gak bikin sakit hati mah mau aja minta maaf, tapi ini hati gue udah terlanjur sakit banget,” balas Sipa.

“Masalah awalnya apa sih sebenarnya gue kepo banget deh,” ujar Grisca.

“Ya gitu diadu domba sama si Meli. Dia tuh anjir banget sumpah, busuk banget,” ujarnya.

“Emang sih keliatan dari wajahnya juga,” balas Thiksana.

“Eh kalo si Zira tuh bener gak sih dia lesbian sama si Naisa?” tanya Habibah.

“Iya anjir, gue saksinya,” ujar Sipa.

“Wah parah, kirain gosip doang.”

“Tapi guys kan aku punya temen anak osis gitu, pernah waktu itu dia nanya gini, Thiksana bener gak sih kalo si Zira kelas kamu lesbi? Nah aku jawab wah gak tau tuh emang kata siapa? Terus dia jawab, rame loh dianggota osis udah pada tahu, anjirlah kata aku the, aku aja yang sekelas sama dia gak tahu.”

“Anjir sampe ke osis juga, gue aja temen sekelasnya baru tahu anjir,” balas Novelia.

“Tapi gak heran sih orang nempel banget. Nah si Renti samasi Syintia RPL 3 juga kaya pacaran anjir kelakuannya. Padahal cewek sama cewek.”

“Iya anjir mana sering mojok berdua lagi.”

“Ini tuh orang-orang pada kenapa ya?”

“Gak tahu deh pusing gue makin sini tuh, pada aneh-aneh kaya gak ada cowo aja di muka bumi ini tuh.”

“Mungkin karena disekolah kita gak banyak cowok, jadi sesama cewek aja diembat.”

“Fucklah kata guwehh teh!”

WELSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang