Rasa sayang teman itu sebenarnya bukan diucapkan, tapi dirasakan.
_kata Ntin_******
Diakhir pekan Thiksana, Habibah, Grisca, Siska dan Novelia mendapat tugas membuat video senam irama. Rencananya mereka akan kerja kelompok dirumah Habibah. Awalnya Thiksana tak tahu dimana rumah Habibah, maka dari itu Kakaknya yang ke tujuh mau mengantarkannya dengan embel-embel kasihan. Ya iyalah masa tega membiarkan adiknya pergi sendiri panas-panas, kalau nyasar gimana?
Pertama kalinya main ke daerah rumah Habibah dan Grisca nyatanya terasa sangat asing. Baginya semua jalan yang ia lewati sama saja. Padahal jelas-jelas jalan ini sangat berbeda.
Thiksana menunggu yang lain di depan rumah saudaranya Grisca. Parahnya dia disangka sosok Grisca oleh bapak-bapak yang ternyata Pamannya Grisca. Beliau sedikit agak malu karena salah sangka. Untungnya si Grisca cepat-cepat menghampirinya.
Semua kumpul di depan teras rumah neneknya Habibah. Rumahnya sangat sepi dan tampak asri karena disekelilingnya terdapat banyak tanaman dan pohon-pohon hijau. Contohnya disamping rumahnya itu terdapat banyak buah naga yang sengaja ditanam disamping rumah yang halamannya lumayan luas.
Habibah menyambut kedatangan mereka dengan sajian pisang goreng sedikit gosong serta gelas kosong tanpa isi. Novelia pun mengeluarkan teh pucuk serta nabati yang ia bawa. Sebelum mulai mengerjakan tugas, rutinitas mereka tentunya bergosip dan makan dulu. Tak lupa Thiksana mengabadikan momen itu dengan membuat video durasi cepat dari handphonenya.
Tugas dikerjakan setelah beberapa menit kemudian, hari semakin panas, tapi gerakan senam tak ada yang benar, membuat mereka beberapa kali melakukan take ulang. Saat mereka sedang asik geol ala senam ibu-ibu, malah datang Mama, Adik, dan Neneknya Habibah. Membuat mereka terdiam sebentar karena malu dan sungkan.
"Ayo guys panas nih, kapan selesainya coba?!"
"Bentar atuh, atur dulu kameranya, jelek banget ini posisinya. Coba pake kursi, Bah sini bawa!"
Setelah mengatur ini itu, mereka mulai take video lagi, dan beberapa menit setelah selesai. Mereka masuk ke dalam. Karena dirasa tidak ada makanan, mereka berniat membeli seblak.
Untungnya ada tiga motor, jadi mereka berangkat bersama. Habibah sendiri, Siska dengan Novelia dan Thiksana dengan Grisca. Mereka melajukan motor beriringan, dipikir-pikir setelan pakaian mereka seperti jamet facebook. Bajunya couple-an warna biru muda, untungnya Thiksana dan Siska memakai baju olahraga sekolah jadi tidak kentara couple-an seperti ketiga cewek itu.
Setelah membeli seblak mereka balik lagi ke rumah nenek Habibah. Menikmati seblak dengan obrolan santai, diselingi canda tawa.
"Sis, kata gue juga pesennya yang level sedeng, sok-sokan tuh kepedesan kan?" sindir Grisca.
"Ya Ca kan kirain saya gak terlalu pedes."
"Tapi btw, porsinya banyak banget ya ini teh, tapi sayang bumbunya agak gak merata deh masa yang atas hambar yang bawah agak asin," ujar Thiksana.
"Aduk atuh biar rasanya nyatu."
"Si Bibah ngeri banget itu ih kuahnya merah banget, gue aja yang level sedeng udah kepedasan."
"Udah biasa Vel si Bibah mah kalo ga pedes ya gak enak."
Sesudah seblak habis, mereka nyetel musik dan joget-joget seru-seruan. Dilanjut berfoto dan setelahnya pulang mengantarkan Thiksana ke rumahnya. Karena Siska rumahnya jauh banget, jadi dia tidak ikut mengantar.
Diperjalanan hujan turun begitu deras membuat mereka hujan-hujanan. Grisca yang saat itu memakai maskara jadi acak-acakan gara-gara kehujanan. Sementara Thiksana yang berada dibelakang Grisca ngoceh terus membuat suasana diperjalanan mereka terasa lebih menyenangkan. Part yang paling romantis itu disaat Thiksana menghapus noda maksara Grisca yang berantakan terkena tetesan air hujan.
Jujur, ini pertama kalinya Thiksana mendapat teman yang baik banget. Mereka mau-mau saja mengantarkannya pulang sambil hujan-hujanan, padahal sebelum-sebelumnya Thiksana selalu mandiri saking mandirinya dia gak pernah main, dan ini mungkin ketiga kalinya dia main dengan jarak sangat yang jauh dari rumah.
"Kalian mau ganti baju dulu gak?"
"Engga usah deh udah basah ini."
Berhubung tadi katanya Grisca ingin pinjam bajunya, Thiksana dengan cepat mengambil asal bajunya. Mengambil celana kulot hitam dengan baju belang-belang. Mungkin Grisca akan ilfeel melihatnya, karena baju itu seperti zebra, garis-garis hitam putih. Alhasil mereka tidak berganti baju, hanya meminta masker saja dan setelah itu buru-buru pulang. Padahal ibunya Thiksana sedang membuatkan gorengan kesukaan mereka. Tapi Grisca, Habibah dan Novelia cepat-cepat pulang jadilah gorengannya mubazir karena kebanyakan tidak ada yang memakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WELS
Novela JuvenilIni bukan cerita tentang eskrim wols apalagi trend barudak well, tapi ini cerita wels. Wacana Elit Laksana Sulit. Tentang jatuh bangun percintaan lima persahabatan yang sering bergosip ria disertai adu nasib. Cekidot.....!