Bab 16

185 20 6
                                    

Halo🤗

















HAPPY READING 💐 🌷




























Setelah tadi mendapat kabar kalau Marvel sudah sadar. Bunda, Yardan dan juga Haekal segera berangkat menuju rumah sakit. Berjalan dengan terburu-buru agar cepat sampai diruangan Marvel.

Didepan sana, sudah ada ayah yang menunggu ketiganya.

"Marvel gimana?" Tanya bunda begitu sampai dihadapan suaminya.

"Marvel ada didalam" Jawab ayah. Bunda bersama dengan Haekal digendongnya segera memasuki ruangan. Namun tidak dengan Yardan. Ia lebih memilih untuk mendudukkan diri dikursi tunggu.

Ayah yang melihat itu segera menghampiri Yardan.

"Kenapa kamu gak masuk?" Tanya ayah penasaran.

"Gapapa yah, Yardan merasa gak pantes buat masuk kesana. Yardan bener bener ngerasa bersalah sama Marvel" Jelas Yardan.

"Ini bukan salah kamu Yardan. Gak ada yang salah atas kejadian ini. Stop untuk menyalahkan dirimu sendiri, Yardan" Jelas ayah.

Yardan hanya menunduk dengan keadaan yang sedikit kacau. Tak hanya Jo, ia juga tidak tidur karena pikirannya terus saja menyalahkan dirinya.

Sedangkan disisi lain. Bunda berjalan menghampiri Jo sembari menggandeng tangan Haekal.

Jo tengah duduk dikursi samping brangkar sembari menyuapi Marvel makan. Keduanya berbincang hangat hingga tidak menyadari kehadiran bunda dan Haekal.

"Marvel cucuku. Gimana keadaan kamu? Ada yang sakit?" Tanya bunda menghampiri Marvel.

Kedua laki-laki itu mengalihkan perhatiannya kearah bunda yang sudah berdiri diujung brangkar, berbeda dengan Haekal yang masih berdiri menjauh dari Marvel.

Tangannya bertaut ketakutan. Mulutnya ingin memanggil nama sang kakak, namun tak bisa. Rasanya seperti ada seseorang yang membekap mulut nya hingga ia bahkan tak bisa mengangkat bibirnya barang seinci pun.

"Marvel gapapa kok grandma. Gak ada yang sakit juga" Jawab Marvel dengan senyuman kecil.

"Syukurlah" Marvel mengangguk.

"Haekal, sini sayang" Panggil sang bunda menoleh pada Haekal yang masih menjaga jarak.

Marvel menatap kearah Haekal yang menatapnya dengan takut.

"Ka-" Panggilan Haekal terhenti ketika Marvel memilih untuk memutuskan pandangan keduanya. Marvel menolehkan kepalanya kearah lain, memilih untuk tidak bertatapan dengan sang adik.

Hati Haekal terasa sakit. Kakak nya seperti tidak menginginkan kehadirannya. Tatapan dingin itu terpatri dimata indah sang kakak. Rasa bersalah kini semakin membuncah.

"Haekal, kenapa? Sini sayang" Panggil bunda lagi. Namun Haekal menggeleng.

"En-engga. Ekal mau sama om Adan aja" Ucapnya. Lalu berjalan kearah pintu.

Bunda dan Jo menatap penuh tanya ke arah Haekal yang kini hilang tertutup pintu ruangan.

"Haekal kenapa bun?" Tanya Jo penasaran.

"Bunda juga gak tau"

"Biarin aja" Ujar Marvel yang menarik kembali perhatian Jo dan bunda.

"Maksud kamu apa Marvel?" Tanya Jo bingung.

"Biarin Haekal. Marvel gak mau ketemu dulu sama Haekal" Ucap nya dengan pandangan yang menatap sinis kearah pintu yang tertutup.

"Kok gitu? Ada apa?" Tanya bunda begitu lembut. Takut membuat emosi Marvel tidak stabil.

Daddy JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang