Bab 28

159 21 3
                                    






HAPPY READING GUYS!💐










Jam diponsel Yardan menunjukkan pukul 09.25. Masih cukup pagi untuk membuat kafe, namun Yardan sudah duduk dengan santai sembari menyesap kopi susu hangat dikursi kafe sembari mendengarkan musik yang mengalun dari ponselnya.

Dengan laptop yang berada dihadapannya, ia dengan santai menyelesaikan pekerjaannya dilaptop.

Suara detingan lonceng tanda pintu kafe terbuka, terdengar membuat Yardan menolehkan kepalanya kebelakang.

"Maaf, kami ma-" Ucapan Yardan terhenti ketika melihat siapa yang datang.

"Loh? Tumben pagi pagi udah disini, Dan?" Tanya Abi yang berjalan menghampiri dengan jaket kulit yang melekat ditubuhnya.

Hujan yang turun semalam hingga jam 5 pagi membuat udara pagi hari ini lebih dingin dari biasanya. Air hujan dijalanan masih menggenang.

"Lagi butuh waktu sendiri aja" Jawab Yardan menyesap sedikit kopi bikinannya.

"Oh? Yaudah kalo gitu gue balik lagi aja dah"

"Elah, kaya sama siapa aja elu" Yardan mempersilahkan temannya untuk duduk dikursi sebelahnya, namun Abi menggeleng. Ia justru berjalan menuju lemari pendingin. Mengambil kotak P3K yang berada diatasnya.

"Lo luka? Ngapain ngambil kotak P3K?" Tanya Yardan heran. Sembari kembali menghadap kearah laptopnya.

"Bukan gue, tapi Kafka" Jawabnya sembari dagunya menunjuk kearah pintu. Yang dimana sang pemilik nama baru saja memasuki ruangan dengan wajah yang babak belur. Luka disudut bibir dan pelipisnya, juga memar dibagian rahang kirinya.

"Loh, Dan? Tumben lo disini pagi-pagi begini" Ucap Kafka terkejut melihat keberadaan temannya itu. Kafka berjalan ke salah satu kursi pengunjung yang tidak begitu jauh dari kursi yang Yardan duduki.

"Gue gabut aja" Jawab Yardan seadanya.

"Lo kenapa bisa luka gitu, Ka?" Tanya Yardan penasaran.

"Biasa" Jawab Kafka sekenanya. Abi menduduki kursi disebelah Kafka. Dan dengan telaten membersihkan luka diwajah Kafka.

Yardan awalnya memperhatikan, namun karena bosan, ia kembali pada kegiatan awalnya. Membiarkan Abi membersihkan dan mengobati luka Kafka.

"Akh! Sssttt, pelan pelan anjir. Lo punya dendam pribadi ya sama gue?!" Tanya Kafka kesal.

"Diem elah"

"Ssttt, sakit anjir ah! Pake perasaan napa. Kagak punya hati ya lo?" Abi hanya diam, ia kembali melanjutkan sesi mengobati luka Kafka.

"Aduh! Sakit Bi!" Kesal Kafka. Abi menarik nafas panjang dan menghembuskan nya secara perlahan untuk menetralkan rasa kesalnya. Lalu kembali melanjutkan mengobati Kafka. Luka disudut bibirnya.

Kapas yang Abi gunakan untuk membersihkan luka, baru saja menyentuh kulit namun Kafka kembali berdesis kesal.

"Akh! Sssttt sakit Bi elah!"

"Yaudah lo obatin aja sendiri luka lo! Ribet banget jadi orang. Gak usah lebai" Habis sudah kesabaran Abi melihat teman nya itu terus saja mengeluh sakit. Seperti anak kecil saja.

"Yaudah iya, maaf. Lagian emang sakit anjir" Kafka membela diri.

"Lagian emang ada luka yang gak sakit pas diobati?" Tanya Abi dengan nada kesalnya.

"Gak ada si hehe" Kafka meringis membuat Abi memukul kepalanya cukup keras.

"Duh anjir! Unpren aja lah kita! Jahat banget lu sama gue! Temen lagi sakit juga bukannya dibaikin" Keluh Kafka mengusap kepalanya yang sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daddy JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang