Bab 20

210 35 2
                                    

Hellowwww😁🤗
















HAPPY READING🌷




























Langit masih menampakkan awan hitam, namun air sudah tidak lagi turun. Hanya beberapa tetes saja yang masih dengan tidak sabarnya turun kebumi.

Seperti Haekal dan Yardan yang masih asyik bermain dihalaman rumah. Kini kedua nya tengah bermain dengan pistol air. Saling mengejar, mengelak dan menembakkan air adalah kegiatan keduanya.

Tawa dari keduanya masih saja mengudara, mengabaikan rasa sakit yang pernah hadir diantara mereka. Menghilangkan sejenak beban yang tengah Yardan pikul, serta menghilangkan awan hitam yang menyelimuti hati Haekal.

"Om jangan lali! Ekal ndak bisa kejel om!" Kesal Haekal yang tak bisa mengejar langkah besar Yardan.

Yardan tertawa mendengar penuturan itu. Bukannya melambat, ia justru menjulurkan lidahnya mengejek Haekal yang sudah kepalang kesal.

"Ihhh om jelek! Awas aja nanti Ekal gigit!"

"Gigit aja kalo bisa wlee"

Ekal sudah kepalang kesal, bukannya mengejar, ia justru memilih untuk melempar pistol air itu kearah Yardan. Namun Yardan segera mengelak hingga lemparan itu tak mengenainya.

Haekal tak berhenti begitu saja, ia menoleh kearah kanan, disana ada sebuah bola kecil berwarna merah. Ia segera mengambil bola tersebut dan melemparnya kearah Yardan. Namun lagi-lagi meleset.

Tak henti, Haekal terus melemparkan mainan yang berada didekatnya. Jika ada pisau disebelah Haekal, mungkin Haekal sudah melemparnya. Untungnya saja tidak ada.

Beberapa kali Yardan terkena lemparan Haekal yang membuat Haekal tertawa senang.

"Duh kal, kejam banget dah" Keluh Yardan yang terkena lemparan mainan Haekal.

Haekal tertawa senang. Bukannya berhenti, Haekal justru semakin bersemangat melempar mainan yang berada didekatnya. Hingga mainan tersebut pun habis. Haekal tak lagi ada mainan yang bisa ia lempar kearah Yardan.

Yardan yang melihat itu tertawa mengejek Haekal. Haekal tak kehabisan ide, mainannya habis, ia pun memilih untuk mengejar Yardan.

Yardan segera berlari dari kejaran Haekal. Masih dengan pistol air yang terus ia tembakkan kearah Haekal.

"Ih! Itu punya Ekal!" Seru Haekal yang langsung Yardan tolak.

"Enak aja! Ini punya om tau!"

Keduanya kembali bermain kejar-kejaran, hingga tak menyadari kehadiran seseorang yang memperhatikan keduanya dengan berkacak pinggang.

"Ekhem! Haekal! Yardan!" Panggilan itu membuat keduanya segera berhenti.

Disana, berdiri tak jauh seorang wanita lanjut usia dengan pakaian santainya, namun tidak dengan raut wajahnya yang menampilkan geruttan kekesalan.

"Eh bunda, hehe" Yardan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Aura kekesalan bunda menguar membuat Yardan tak bisa berkutik.

"Glandma.." Lirih Haekal yang terkejut dengan kehadiran neneknya.

"Pinter ya? Hum. Udah pinter sekarang main hujan-hujanan? Udah pinter sekarang gak nurut apa kata grandma?"

Haekal dan Yardan hanya bisa menunduk, tak berani menatap apalagi membantah.

"Siapa yang kemaren ngerengek dan nangis-nangis karena hidung nya kesumbat? Siapa yang kemaren nangis-nangis karena badannya gak enak? Siapa yang kemaren nangis karena gak mau diperiksa?" Bunda masih dengan berkacak pinggang. Nadanya tidak lah tinggi, juga tidaklah ia tekan, namun itu berhasil menundukkan kedua bocah nakal itu.

Daddy JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang