Halow!
HAPPY READING🌷
"Gak akan ada yang pergi ninggalin Marvel. Semua orang sayang sama Marvel termasuk daddy kamu. Ini udah malam tidur gih. Om bakalan disini sampai kamu tidur" Yardan mengelus puncak kepala Marvel lembut.
Marvel tersenyum. "Makasih ya om. Padahal Marvel udah jahat sama Haekal tapi om masih mau nemenin Marvel" Lirih Marvel sedih.
"Kamu tau kalo perbuatan kamu tadi itu suatu kesalahan kan?" Marvel mengangguk. Ia menatap Yardan yang tersenyum kearahnya.
"Itu perbuatan yang gak boleh kamu lakukan lagi. Gapapa kok, kalau sesekali membuat kesalahan. Namanya juga manusia" Marvel mengangguk. Ia menatap kearah kakinya yang tertutup selimut bergambar Spiderman.
"Kamu bakal sembuh Marvel, tenang aja" Marvel mengangguk, menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyuman kecil.
"Tidur gih. Udah malam" Yardan menarik selimut Marvel hingga batas dada. Tangan kirinya mengelus lembut kepala Marvel. Marvel memejamkan matanya, memasuki alam mimpi.
Yardan mendudukkan dirinya dilantai kamar Marvel yang dingin. Langit malam yang tadinya cerah kini justru turun beberapa rintik air. Yang lama kelamaan berubah menjadi hujan yang cukup deras.
Beberapa kali kilat terlihat dibarengi dengan gemuruh yang cukup keras. Tidur Marvel pun terganggu. Beberapa kali ia akan bergerak tidak nyaman.
Yardan tidak bangkit dari posisinya sedikitpun. Tangan kanannya yang berada disebelah tubuh Marvel itu, Marvel genggam dengan erat.
Kilat terlihat, gemuruh pun terdengar. Namun Marvel sudah cukup tenang dengan menggenggam tangan Yardan. Ya setidaknya Marvel tidak merasa benar-benar sendirian. Masih ada Yardan, sahabat ayahnya yang sudah seperti saudara itu.
Lelah dengan posisi duduknya, Yardan dengan perlahan bangkit dan mendudukkan dirinya disebelah Marvel. Waktu terus berlalu. Kantuk pun mulai menyerang Yardan. Dengan perlahan ia menidurkan dirinya disebelah Marvel. Mengarungi alam mimpi yang begitu indah.
~~~•~~~
"Ughhh..." Haekal mengeluh dalam tidurnya.
Jo yang tertidur dengan posisi duduk menyandar pada ranjang rumah sakit, dimana Haekal dirawat itu terbangun dari tidurnya. Ia segera mengelus pelan kepala Haekal yang panas. Keringat membasahi kening Haekal.
Jo menatap kearah jendela ruangan. Cahaya matahari telah menampakkan sinarnya, berganti tugas dengan bulan.
"Ughh... Daddy..." Lirih Haekal yang membuat perhatian Jo segera mengarah padanya.
"Iya sayang daddy disini"
Haekal membuka matanya perlahan. Kepalanya sungguh sakit, bumi rasanya seperti berputar, pusing mendera kepalanya. Tangan kirinya juga terasa sakit.
"Kepala Ekal cakit..." Lirih Haekal yang mulai menangis.
"Ssttt cup cup cup. Ini daddy elus-elus kepala Ekal biar gak sakit" Jo mengusap kepala anaknya tiada henti. Berharap bisa meredakan sedikit rasa pusing yang Haekal rasakan.
"Tangan Ekal, cakit..." Haekal mulai terisak. Sakit dikepalanya semakin terasa ketika ia menangis.
"Daddy..."
Jo yang mulai panik itu segera memencek tombol merah yang berada didekat ranjang Haekal. Tak lama kemudian, dokter dan suster pun memasuki ruangan. Jo melangkah mundur, membiarkan para tenaga medis menangani anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jo
FanfictionJonathan adalah seorang laki laki yang berusia 32 tahun. Diusianya yang masih bisa di bilang sedikit muda, Jo sudah di tinggalkan oleh seseorang yang terkasih untuk selama lama nya. Dan Jo di tinggalkan dua kenangan dari sang istri, yaitu kedua anak...