Bab 24

379 41 8
                                    

hellowwwww😁
















HAPPY READING🌷



















"Om Yardan ya?" Sebuah panggilan mengalihkan perhatian dua laki-laki yang tengah bersantai dibawah pohon rindang, dipanasnya sinar matahari siang ini.

"Deni?" Yardan menggeser duduknya. Mempersilahkan laki-laki yang pernah ia temui bersama Haekal waktu itu, untuk duduk disebelahnya. Laki-laki yang badut kartun kembar botak itu.

Deni menaruh kepala badutnya dibawah, tepat disebelah kursi yang akan ia duduki. Ia duduk sedikit menjauh dari Yardan takut aroma tidak sedap akibat keringatnya itu menguar, dan menganggu Yardan.

"Loh kenapa jauhan gitu? Sini loh deketan lagi" Yardan menyuruh Deni untuk menggeser duduknya, namun Deni menolak. Laki-laki berkulit tan itu lebih memilih menjauh.

"Gapapa om, Deni disini aja"

"Serius? Disitu panas loh" Ya memang dedaunan tidak menutupi cahaya matahari pada area situ. Namun Deni tetap pada pendiriannya.

"Yaudah kalo gitu. Eh, tumben ditaman ini? Gak kejauhan sama taman kemaren?" Tanya Yardan penasaran. Pasalnya taman tempat dimana mereka bertemu pertama kali sangat jauh jaraknya dengan taman mereka saat ini.

"Iya kalo disekitar itu doang nanti gak dapat uang banyak" Jawab Deni dengan senyum dibibirnya.

Marvel dengan sedikit menundukkan tubuhnya untuk bisa menatap kearah laki-laki bernama Deni yang tak dikenalnya itu.

Yardan yang melihat wajah bingung Marvel itu segera mengenalkan Deni padanya. Yardan menyandarkan tubuhnya agar Marvel bisa melihat Deni.

"Oh ini Deni, Deni ini Marvel ponakan om" Ucap Yardan memperkenalkan keduanya.

Deni berjalan menghampiri Marvel. Sebelumnya, terlebih dahulu ia melepaskan kostum badutnya. Mengelap tangan kanannya yang sedikit berkeringat itu pada pakaiannya yang sedikit lusuh. Lalu Deni mengulurkan tangannya pada Marvel.

"Aku Deni, salam kenal" Deni tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi juga bersih.

Marvel membalas jabatan tangan itu. "Aku Marvel. Salam kenal juga" Tautan pun terputus.

"Eh, aku bau ya? Maaf ya?" Deni segera memundurkan tubuhnya, menjauh dari Marvel ketika melihat wajah Marvel yang sulit diartikan.

Marvel segera menggeleng. Membantah ucapan Deni.

"Engga kok! Gak bau. Aku cuma kaget aja"

"Kaget sama keadaan aku yang lusuh banget ya?" Tanya Deni dengan nada sendunya.

"Engga bukan gitu" Marvel kembali menggeleng. Bukan itu maksudnya.

"Gapapa kok, aku udah biasa" Deni tersenyum lebar menutupi segela rasa sakit yang ia rasakan.

"Engga gitu. Aku cuma kaget karena kamu masih kecil tapi udah bisa cari uang sendiri" Jelas Marvel. Ini yang sebenernya ingin ia sampaikan. Rasa kagum bukan hinaan seperti yang Deni pikirkan.

Deni tersenyum, ia meringis sembari mengusap tengkuknya yang tidak gatal. "Hehe, kalau aku gak cari uang, aku gak bisa makan dong"

"Emang orang tua kamu kemana?" Tanya Marvel penasaran.

"Aku gak tau orang tua ku kemana. Aku dibuang waktu umurku 5 tahun" Jawab Deni sembari duduk direrumputan taman.

"Terus sekarang kamu tinggal dimana?" Jawab Marvel begitu penasaran dengan kehidupan orang lain, terutama laki-laki yang duduk dihadapannya itu.

Daddy JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang